Sorry

401 67 19
                                    

Happy Reading

.

.

Tampan, kaya, terkenal, dan tumbuh dalam keluarga harmonis itulah yang dapat digambarkan pada sosok God Ithipat Thanit. Semua orang yang mengenalnya mungkin akan iri padanya. Namun, tau kah kalian? Dibalik semua itu ada yang ia sembunyikan bahkan terhadap keluarganya sekalipun. Hanya satu yang tau, yaitu kucingnya munich.

God mempunyai masalah dalam pengendalian emosinya. Terkadang ia bisa merasa sangat senang dan berenergi, namun terkadang ia juga merasa sedih dan depresi seketika. God menyadari apa yang ia rasakan ini. Tapi ia tak pernah mau untuk memeriksakannya ke dokter. Ia hanya berusaha mencari tahu sendiri apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

Bipolar disorder, mungkin itulah nama penyakit yang diperkirakan oleh God yang terjadi padanya. Ia berpikir seperti itu karena dari semua gejala yang ia cari, semuanya sama persis dengan apa yang terjadi padanya.

God tahu semua itu sejak ia masuk bangku kuliah. Sejak saat itulah, God memutuskan untuk meminta pada orangtuanya agar ia bisa tinggal sendirian. God berdalih kalau ia ingin belajar hidup mandiri. Tapi itu semua bohong, ia hanya tak mau kedua orangtuanya tau.

God sangat gemar melukis sejak dari sekolah dasar. Baginya melukis bisa menenangkan pikirannya disaat ia ingin melakukan banyak hal gila yang sering terbesit dalam pikirannya dikala fase depresi melanda. Mungkin melukis bisa dibilang dapat menekan penyakitnya ini agar tidak memburuk.

Setahun setelah lulus kuliah dibidang bisnis yang sangat berlawanan dengan hobinya, God memilih menekuni hobi melukis. Beruntungnya, keluarga God tak menentang segala keputusan yang ia ambil. Dan pada akhirnya, kemampuan God memang patut dipuji. Kini ia bisa sukses menjadi pelukis yang di gandrungi seantero Thailand.

Karena pertemuannya dengan munich, membuat karirnya menjadi lebih baik bahkan mungkin gejala yang sering ia alami sudah jarang terjadi.

Namun ternyata segalanya tak selalu sesuai dan menyenangkan bagi God. Ketika hidupnya yang dalam kesendirian hadir seorang Bas. Bas membuat God ingin keluar dari kesendiriannya itu. Tapi sayangnya Bas tak pernah bisa ia gapai. Itu sangat membuat God frustasi.

Saat pertama kali God kehilangan jejak Bas, sejak saat itu kendali emosi God menjadi memburuk. Di pagi hari ia bisa tenggelam dalam kegiatannya melukis, kemudian God bisa menjadi sangat berenergi dalam berbicara mengenai keluh kesahnya kepada munich. Padahal kita semua tau, munich tak akan mengerti dengan apa yang ia katakan.

Di malam hari, sesekali God bisa saja berubah menjadi penuh amarah. Bahkan munich sering tak ia pedulikan. God selalu pergi menuju klub malam dan minum minuman alkohol. Jika ada orang yang mencoba mendekatinya saat itu, ia bisa langsung mencaci atau bahkan menghajar orang itu. Tapi kemudian saat keesokan paginya, God selalu merasa bersalah, menyesal bahkan menangis dengan apa yang ia lakukan tanpa sadar pada malam sebelumnya.

Tapi ketika akhirnya God dipertemukan kembali dengan Bas, semuanya kembali menjadi normal. God bahagia walau hanya bisa menatap Bas dari kejauhan. God memberanikan diri untuk kembali menggapai Bas walau ia tau Bas sudah dimiliki orang lain. Saat itu ia tak mau kehilangan Bas untuk kedua kalinya.

Namun kini God dihadapkan dengan penolakan Bas yang memintanya untuk pergi menjauh. Tentu saja orang lain pasti akan tau apa respon dari God. Ia tak akan pernah sedikitpun terbesit untuk mengabulkan permintaan Bas itu.

Melukis dan bahkan munich kini sudah tak dapat menyembuhkan dirinya dalam kegelapan ini. Yang dibutuhkan God hanya Bas seorang. Jadi sudah sepatutnya bahwa God akan melakukan segalanya untuk mendapatkan Bas bahkan dengan cara kotor sekalipun.

Because of MunichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang