Chapter 9 • Emosi

8.5K 352 19
                                    

Bart keluar dari kantor nya bersama sekretaris perempuan nya yang setia membututi nya di belakang untuk bertemu clien nya yang baru saja sampai dari Spanyol dan akan bertemu di cafe yang sudah di janjikan.

Sampai nya di cafe, Bart masuk ke dalam dengan sekretaris nya. Saat ingin pergi menuju meja yang sudah di janjikan, mata Bart menangkap sosok yang sangat ia kenali. Yang tengah tertawa lepas dengan seseorang yang juga ja kenal. Bart mencengkram ujung jas nya dengan kuat dan menghampiri dua orang yang di kenali nya tersebut.

"QUEEN!" teriakan Bart mampu membuat Queen yang tadi nya tertawa dengan keras menjadi diam seribu bahasa. Diam tak berkutik. Bagaimana bisa Bart berada disini?

"QUEEN! APA YANG KAMU LAKUIN DISINI?!" tanya Bart sarkas dengan penuh emosi membuat para pengunjung melihat kejadian itu dengan penuh tanda tanya. Queen tak membuka mulut nya sedikit pun. Ia memilih untuk diam. Hanya diam!

Karna tak mendapatkan jawaban, Bart menarik tangan Queen dengan paksa dan erat keluar dari cafe. Memcengkram urat nadi Queen dengan seluruh kekuatan nya. Queen hanya bisa menangis meronta untuk di lepaskan.

"Bart, lepasin. Ta-tangan aku sakit Bart. Bart a-aku mohon, ini sakit ba-banget." rintih Queen berusaha melepaskan genggaman Bart. Rintihan Queen rupanya tak membuat Bart sedikit melonggarkan cengkraman nya. Malah Bart memperkuat genggaman nya.

Queen yakin tangan bagian urat nadi nya sudah sangat merah akibat tekanan dari Bart. Bart mendorong Queen masuk ke dalam mobil dan menyetir nya meninggalkan cafe.

🍂🍂🍂

Queen menangis sambil memegangi tangan nya gang sudah sangat merah dan meninggalkan jejak tangan besar Bart. Ia terus mengeluarkan air matanya tanpa henti. Tapi Bart hanya diam dan fokus pada jalanan di depan nya. Seakan ia menulikan indra pendengaran nya sehingga tak mendengar suara isakan Queen.

Hingga mereka sampai di suatu tempat. Yang sangat asing untuk Queen. Queen benar-benar tak mengenali dan tak pernah datang kemari. Queen menolehkan kepalanya kesamping. Bart masih diam, pandangan lurus ke depan, tatapan setajam pisau, mata sedingin es di kutub utara dan dada yang kembang kempis dengan cepat menandakan ia tengah dilanda emosi yang begitu besar.

Queen memberanikan diri untuk memegang pundak Bart. Dengan tangan yang bergetar hebat tentu nya. Saat tangan lentik nya menyapa pundak Bart, detak jantung Bart perlahan normal seakan uluran tangan Queen bisa menjinakkan jantung nya yang sedang marah.

"Bart, aku minta maaf." lirih Queen. Hanya kata itu yang keluar dari mulut manis nya dari banyak pertanyaan yang Bart lempar padanya. Meski sudah meminta maaf, air matanya tak henti-henti nya keluar. Mungkin karna mata indah nya tak tega melihat keadaan Bart yang seperti ini.

Queen mencoba menetralkan napas nya dan air matanya agar tidak mengeluarkan air mata terus-menerus. Tapi itu sangat sulit di lakukan nya. Suara isakan nya masih saja terdengar memenuhi suasana mobil.

Dalam hitungan detik suara isakan itu lenyap karna bibir Queen di cium oleh Bart dengam tiba-tiba. Semua nya terlalu tiba-tiba membuat Queen sulit menyamakan ciuman nya. Perlaham ciuman itu menjadi lumatan hangat di bibir Queen. Ia begitu menyukai lumatan ini dari Bart. Bart melepas ciuman nya dan menatap mata Queen intens. Lalu mencium kening, mata kanan dan kiri, hidung, pipi, dan bibir milik Queen. Bart menghapus air mata Queen dengan jempol nya lalu membingkai wajah Queen dengan kedua tangan nya.

"Sayang, sekarang kamu tenangin diri dulu. Baru kita selesain masalah ini."

🍂🍂🍂

"Begitu cerita nya Bart."

Queen telah menjelaskan semuanya oada Bart mengapa ia melakukan ini semua tanpa ada yang ia tutupi satu hal pun agar tak terjadi kesalahpahaman lagi di antara dia dan suami nya.

"Kenapa gak minta di temenin sama aku aja? Kenapa harus Thomas?"

"Ya karna aku gak mau ganggu pekerjaan kamu. Jadi—aku minta bantuan Thomas."

"Ya jangan gitu juga lah sayang. Thomas juga punya pekerjaan, sama kayak aku, sibuk. Dan aku suami kamu, kalau ada apa-apa sama kamh dan anak-anak, itu tanggung jawab aku. Karna aku tugas nya pemimpin di keluarga. Apa kata orang kalau istri aku ngadu nya sama pria lain? Sedangkan dia sudah memikiki suami sah nya? Apapun itu kamu bilang ke aku ya. Jangan ada yang di tutup-tutupin. Walaupun aku sibuk, aku akan berusaha buat ada untuk kalian. Karna bagi aku, keluarga itu nomor satu yang harus di utamakan."

Queen mengangguk dan menghambur ke pelukan Bart. Bart pun membalas nya tak kalah hangat sambil membelai rambut lembut dan wangi istri nya. "Inget ya, kalau ada apa-apa, bilang aja sama aku. Apa aku harus bisa semua bahasa di dunia ini dulu? Supaya kamu gak minta ke pria lain?"

Queen menggelengkan kepalanya membuat Bart terkekeh sejenak. "Yaudah, sekarang kamu tidur. Udah malem, besok aku anter kamu ke hotel dulu baru aku kerja. Dan minggu depan kita akan balik ke Indonesia. Kamu udah kangen berat kan sama bang Fenzo?"

Bart tak merasakan pergerakan sedikit pun dari Queen. Bart terkekeh kecil saat mengetahui kalau istri kecil nya sudah tertidur di pelukan nya. Bart menggendong Queen ke kasur dan mengecup puncak kepalanya lalu menyelimuti nya hingga leher. "Good night, sweety." bisik Bart pelan.

🍂🍂🍂

MAKASIH UDAH MAU BACA MPH YAAAA. JANGAN LUPA KLIK VOTE DAN KOMENTAR NYA SUPAYA BIKIN CERITA NYA MAKIN SEMANGAT YAPPSSS.

BYE-BYE SEMUANYA

SALAM AUTHOR

Possessive Husband 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang