Chapter 14 ( Meet Him)

11.4K 269 0
                                    

"kadang kita akan jadi orang berbeda di depan orang yang kita sukai, bukan karena mereka merubah kita tapi sesuatu tanpa sadar membuat kita berbeda di depannya. Salah tingkah atau bahkan berubah menjadi lebih baik untuk sekedar di lihat oleh nya"

************************

Aku ketiduran saat sore membuat ku terbangun ketika gelap telah tiba, aku tidak tahu jam berapa ini. Ketika ku cek jam di hape ku, ternyata sudah jam 11 malam lewat. Aku haus, tapi aku tidak tahu dimana dapur nya. Aku langsung ketiduran tadi tanpa berjalan jalan keluar lebih dulu mencari tahu bagian bagian kapal.

Aku melihat Vera yang sedang tertidur pulas, aku tidak berani membangunkan nya. Tapi aku kehausan. Dengan mantap aku memberanikan diri keluar untuk mencari dapur untuk minum.

Aku keluar, sepi. Bahkan beberapa lampu kapal telah di matikan, hanya lampu bagian atas kapal di nyalakan. Tapi cukup terang karena cahaya bulan yang menerangi di atas sana. Aku tersenyum simpul melihat bulan yang bersinar sempurna, baiklah. Aku harus mencari air minum sekarang, rasanya aku sudah seperti dehidrasi.

Aku menemukan seseorang di atas sana. Aku mendekat, menaiki tangga satu demi satu pijakan, akhirnya sampai.

Dari belakang, Poster tubuhnya seperti lucas, tapi mana mungkin dia ada disini mungkin? Mungkin darrel. Pikir ku, atau tidak salah satu awak kapal.

"darrel" panggil ku pelan siapa tahu aku salah orang, namun tidak terdengar karena tersapu oleh angin laut malam.

"darrel" suara ku, ku buat besar. Namun pria itu tidak bergeming sedikit pun, tetap terdiam. Mungkin bukan darrel pikir ku.

"permisi" ucap ku sambil menepuk pundak nya pelan.

Dan

Deg!

Lucas?

Ia menatap ku curiga, seperti melihat seorang pencuri.

Membuat ku mati kutu, tidak tahu memulai kalimat dengan apa.

"kau sedang apa disini?" tanya ku, oke pertanyaan itu benar benar bukan hal yang baik dalam membuka percakapan. Tapi aku harus membuka kalimat apa? Hai?  Halo? Hola? Itu konyol!

Ia hanya mengernyit memandang ku, dan membuka pakaian sweater nya. Dengan refleks aku mundur ke belakang. Siapa yg tidak refleks mundur, jika pria yang sedang membuka baju luarnya itu adalah pria yang pernah meniduri mu dan menyerang mu dengan ciuman secara tiba tiba.

"mau apa kau?" tanya ku, jaga jaga. Penuh curiga.

"kau yang mau apa, tengah malam begini keluar dengan baju setipis itu. Angin malam bisa membuat mu sakit. Pakai ini" ucap nya mencemarahi ku, lalu melempar kan pakaian luarnya yaitu sebuah sweater rajut, dengan sigap aku menangkap nya. Astaga aku sudah berpikiran negatif.

Hal hal seperti ini yang membuat ku tergila gila padanya, meskipun pemarah, kasar, dan cuek. Tapi ada kalanya ia akan menjadi romantis dengan hal hal kecil yang ia lakukan, seperti saat kaki ku lecet ia membeli kan ku sandal jepit meskipun berakhir dengan ia memarahi ku sepanjang jalan, atau juga saat seorang karyawan nya mengatakan aku jalang karena selalu menguntit lucas, lucas memecat karyawan wanita itu karena ku, walaupun akhirnya ia kembali marah kepada ku, dan melarang ku mendekati ku, tapi bukan aku namanya jika aku berhenti pada saat itu, hingga pada episode terburuk nya aku pun mengalah percaya lah aku tidak pernah berhenti karena rasaku masih sama seperti dulu, hanya saja sekarang aku mengalah.

"terima kasih. Lalu kau memakai apa? Bukan kah kau akan dingin juga" hanya itu yang dapat ku ucapkan.

"tidak apa, sebentar lagi juga aku akan kembali. Lagi pula aku pria, aku tahan dengan angin malam" ucap nya, dengan datar tapi tetap saja di mataku ia sangat manis, ahhh aku meleleh aku bahkan hampir terjatuh karena tidak memperhatikan belakang ku, saking salah tingkah nya diri ku. Aku benar benar kehilangan kendali ku.

Bahkan rasa haus ku tiba tiba hilang begitu saja. Aku bahkan sudah berjalan menjauhi nya, dengan senang nya aku berlari ke kamar ku, di depan kamar sudah ada Vera berdiri dengan mata sayup.

"kau dari mana?" tanyanya kepadaku dengan tatapan curiga.

"hanya jalan jalan, aku tadi terbangun lalu mencari udara segar" ucap ku berbohong kepadanya.

"seperti nya ada bau bau kebohongan disini." ia mencurigai ku.

"Aku hanya keluar sebentar vera" ucap ku tegas

"oh yaa? Lalu sweater siapa yang kau pakai itu? " dwarrr!" Aku harus menjawab apa Perempuan ini kenapa juga ia menanyai sweater yg kupakai' dewi batin ku merutuk kesal dan kebingungan.

"punyaku" jawab ku asal.

"ohh yaa? Sepertinya tidak"

"darimana kau tahu? Memang nya setiap pakaian ku kau yang belikan. Hingga semua nya kau tahu?" ucap ku sarkatis dan ketus.

"memang bukan aku yang membelikan. Tapi sepertinya kau lupa, Aku yang membantu mu mengemas pakaian mu, jadi aku tahu sweater itu bukan milik mu dan kau tidak membawa nya" Aku kalah telak, dasar bodoh aku benar benar ceroboh dalam berbohong, lihat saja aku akan di goda hera sampai 2 minggu kedepan karena hal ini.

"ahh, sudahlah. Kau terlalu ingin tahu" ucap ku mengelak.

"jangan jangan kau tadi bertemu, lucas yaa? Atau jangan jangan darrel?" tanya nya penuh selidik dengan senyum jailnya.

"ahh, bukan mereka. Sudah lah. Jangan di bahas" ucap ku tak tahan.

"darrel yaa"

"vera!"

"ohh lucas yaa" ia menggoda ku dengan wajah jailnya, menjengkelkan dan mengesalkan ini yang membuat ku tak suka jika Vera ikut.

"ternyata bersama lucas toh" ucap nya penuh yakin. Dan aku kaget.

"dari mana kau tahu? " tanya ku, mengernyit heran.

" itu, dia ada di belakang mu" tunjuknya.

Lucas memang sedang berjalan ke arah kami dengan wajah khas nya dingin dan datar, hanya melihat nya berjalan ke arah ku saja sudah membuat ku hampir kehabisan nafas karena aku menahan nafas melihat nya.

Tanpa memperdulikan kami, ia berjalan melewati kami, benar benar manusia zombie.

"wahh. Bahkan ia lebih dingin dan datar dari apa yang kau ceritakan" Vera berbisik do telingaku, ketika lucas sudah berjalan melewati kami.

Ia memasuki kamar disebelah ku, demi apa? Kamar disebelah ku adalah dia? Aku langsung ber hore horw ria, bahkan jantung ku pun ikut bergema bahagia, aku sangat bahagia hanya karena ia tidur di kamar sebelah ku, benar benar aku sepertinya sudah tidak normal.

"ia memang seperti itu. Dan kau! Kembali ke kamar mu!" Ucap ku mengusir lalu mendorong nya, kemudian aku masuk kamar ku dan mengunci nya agar ia tidak masuk.

One First Touch Naked Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang