#2 Ga Jadi Belajar

103 9 5
                                    

"Woy! Bangun, dek!"

Pintu kamar Vivian sedang digedor karena sang empu belum juga bangun dari tidurnya.

"Gila, nih anak. Kagak niat sekolah kali ya,"

Kakaknya kembali mengedor pintu. Vivian hanya meringkuk dalam selimutnya sambil menutup telinga. Punya kakak kok berisik banget.

Akhirnya Vivian membuka pintu karena tak tahan dengan suara berisik tersebut. Ketika ia membuka pintu, Kakaknya terkejut.

"Mandi, dek. Itu muka lo kayak Monster tau gak?!" Serunya.

"Iya-iya, jangan berisik makanya!" Ketus Vivian.

"Eh, kutu belalang! Lo liat dulu jam berapa ini? Niat sekolah gak sih lo?!" Balas kakaknya.

Vivian mengedarkan pandangannya ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6.30. Ia mengumpat lalu menutup pintu dan segera bersiap-siap.

Sementara kakaknya hanya bisa mengelus hidungnya yang baru saja kena pintu.

"Justin! Adekmu udah bangun?" Teriak Desy  --mama Justin, mama Vivian juga sih-- dari arah dapur.

"Udah, ma!"

"Buruan kamu sarapan. Biarin Vivian sarapan di sekolah aja." Ucap Desy.

Justin segera turun ke lantai bawah dan memakan sarapannya. Desy masih sibuk membersihkan piring.

Tak lama kemudian Vivian turun dari lantai atas. Justin langsung memberinya sebuah kotak makan lalu memakai jaketnya.

"Makan di sekolah. Udah telat."

Vivian mendecak.

▪▪▪

Sesampainya di sekolah Justin memarkirkan motornya. Vivian turun dari motor dan melepas helmnya. Tiba-tiba Viola menghampirinya

"Wih, cowok lo?" Tanya Viola.

"Iya." Jawab Justin.

Vivian langsung menatap Justin dengan tatapan what-the-heck. Justin nyengir.

"Kenalin gue Viola, temen Vivian." Viola menyodorkan tangannya.

"Justin, pacarnya Vivian." Justin menjabat tangan Viola lalu melepasnya.

"Gue ke kelas dulu," Pamit Justin.

Sebelum Justin pamit, ia mengusap rambut Vivian. Viola hanya menatap punggung Justin.

"Lo ada pacar gak cerita-cerita,"

"Baru juga ketemu."

"Hah? Maksud lo, baru jadi pacar hari ini?!"

"Bukan. Kitanya baru ketemu." Ucap Vivian lalu berjalan ke kelas.

Viola menyusul.

"Gila. Gue pikir lo jomblo. Apa daya gue ya?" Viola tersenyum miris.

"Sebelah lo, Calvin, lumayan juga."

"Tinggi banget elah. Gue cuman sesikunya."

"Bagus dong. Daripada tinggian lo daripada cowoknya. Kan gak lucu," Vivian terkekeh pelan.

"Iya, sih. Tapi orangnya rada-rada dingin kayak gitu. Jadi males deketinnya," cicit Viola.

"Coba aja dulu, mana tau suka."

XARAP CLASSWhere stories live. Discover now