Ku ikhlaskan kau pergi

185 6 0
                                    

Singkat cerita. Ku simpan surat namun suatu saat nanti akan ku berikan kepada orang tertentu seperti Ibu, dan Fikri.
Aku menangis, aku menahan rasa sakitku namun tak bisa. Benteng kuatku tak bisa menahan rasa sakit yang ku alami.

Aku bergegas untuk tidur karena ini sudah malam. Aku terus memaksakan untuk tidur walaupun aku masih merasakan kesakitan.
Lagian besok aku harus pergi kuliah.

Aku bagaikan seorang gadis tanpa keluarga, tak ada yang memperdulikanku. Aku menutup mataku dengan perasaan yang kecewa dan sedih. Berat rasanya menahan semua ini.

***

Pagi hari...

Sinar matahari menerobos jendela kamarku dan berhasil menyinari tubuhku yang masih tergeletak diatas kasur. Biasanya pagi-pagi seperti ini aku sudah terbangun dan lebih cepatnya lagi sudah siap untuk pergi kuliah, tapi mengapa tidak untuk sekarang? akankah aku terbangun dari tidurku? tapi ternyata tidak, ternyata sakitku semakin parah membuatku terpingsan.

Klek! suara kunci dibuka, pasti itu bibiku. Ia menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Nira! bangun! bangun!" ia menarik-narik tanganku.
Ia menyentuh jidatku
"Ya ampun! panas sekali. Ini anak kenapa lagi sih? seneng banget bikin orang kesusahan. Hey Nira! bangun!" bibi terus membangunkanku.
"Kok gak bangun ya?"
Merasa kesal ia mencubit-cubit tanganku, berharap aku terbangun.
"Hey! Nira! bangun Nira! ya ampun gimana ini..masa pingsan sih?!"
Ia terlihat panik. Bibi bergegas pergi meninggalkan kamarku. Tidak lama kemudian ia membawa sebuah ember kecil, apakah dalamnya? tiba-tiba ia menggoyangkan ember itu ke depan dan ke belakang dan...
Brusshh!!
ternyata ia mengguyurku dengan air, teganya bibi melakukan itu, ia pikir aku hanya bersandiwara, tidak! aku tidak sebercanda itu..
namun aku tetap tidak terbangun.
"Yaampun! jangan-jangan dia pingsan?! atau mati?!" ia menyentuh leherku.
"Ah tidak, pasti dia pingsan, bagaimana jika dia makin parah? aku harus memanggil dokter" bibi pergi meninggalkan kamarku. Singkat cerita.

Dokter datang memeriksaku yang pingsan sedari tadi. Setelah itu ia pergi. Sementara bibi ikut keluar.
"Bi"
"Apa?" ucapnya ketus
"Obat mana dulu yang harus diminum? soalnya aku...
Brukk!! pintu ditutup dengan keras oleh bibi yang tidak memberi jawaban atas pertanyaanku.
Tak perlu basa-basi, dengan asal aku meminum obat yang tersedia.
Aku hanya memberikan sebuah ekspresi yang datar kepada pagi yang cerah ini. Tak ku sangka sakitku akan separah ini.

***

Sore Hari...

Aku masih tertidur. Hingga sebuah ketukan pintu berhasil mengganggu tidurku.
"Assalamualaikum?" terdengar ucapan salam tepat dibelakang pintu kamarku.
"Waalaikumsalam..masuk aja.." suaraku lemas.
Ku lihat seorang memasuki kamarku, yaitu Anggi.

"Nira?" Anggi menggenggam tanganku.
"Ya gi?"
"Kamu sakit apa?"
"Cuma kecapean gi.."
"Ah masa..yang bener"
"Iyah gi"
"Nir, aku sekarang mau pulang kampung..kayanya lama nih..jadi aku gak bisa lama nih nir..oh ya ini aku bawah makanan, nanti dimakan yah" ucapnya sambil memberikan sebuah makanan.
"Serius? nanti aku sendiri.." ucapku dengan raut wajah yang sedih.
"Iyahh..maaf yah..aku mau pergi ya nir" ia pergi berlalu meninggalkan kamarku yang gelap ini.

Aku merenung

"Ya allah, siapa yang akan menghiburku? sedangkan semua sahabatku sudah pergi..tapi tak mengapa, aku ikhlaskan itu semua, aku tau engkau mengerti bagaimana perasaanku"

Airmataku mengalir dengan sedikitnya.
Sekarang, hanya aku sendiri dirumah ini. Sedangkan bibi pergi entah kemana. Hidup menyendiri tidak selalu tenang bagiku. Ada kalanya aku merasa kesepian.

Tiba-tiba...
Tuk! tuk! tuk!
Siapa lagi itu? ataukah Anggi? atau bibi? namun aku langsung saja menjawab.
"Masuk"
Perlahan dibuka pintu kamarku, semakin dibuka lebar, semakin aku penasaran. Dan ku lihat itu Fikri. Namun..seseorang dibelakangnya, ia wanita, dan ia adalah Olivia.

Harapan dihatiku menjadi gugur.

Aku membuang muka dengan pelan ke samping kiriku.
"Nira.." ucap Fikri
"Hmm?" aku menoleh
"Kamu sakit apa?" ia duduk disampingku, begitupun dengan Olivia.
"Emm..aku cuma kelelahan fik.."
"Masa sih sampe segitunya.."
"Sejak kapan sakitnya nir?" ucap Olivia
"Baru pagi tadi liv.."
"Aku bawa buah-buahan..nih" Fikri menaruh buah-buahan itu diatas meja.
"Harusnya kamu sama oliv ga usah bawa itu..capek-capek.." ucapku lirih
"Gapapa kok.." ucap Fikri.

Kringg!! kringg!!
Terdengar suara telefon dihandphone Olivia.
"Eh udah dulu yah, aku mau pulang nih, kalian disini aja dulu. Ini mama aku telefon aku nih, udah ya dadah!"
Olivia bergegas keluar. Tumben sekali Olivia tidak marah karena Fikri disini.

Suasana kembali sunyi.

"Nira"
"Iya?"
"Nir, kayanya besok aku mau pergi lama..jadi maaf aku gak bisa nemenin kamu nir, abisnya aku...
"Manamungkin.." ucapku sedih
"Hah? apaan tu yang gak mungkin?"
"Haa?! e..engga..apa sok lanjut lagi kamu mau ngomong apa"
"Yah jadi gini..aku besok mau pergi lama..jadi ga bisa temenin kamu yah nir..aku mau pergi sama Olivia ke rumah ibunya..yah..gitulah kebetulan aku mungkin tahun-tahun nanti pengennya tunangan sama oliv..jadi maaf ya nir"

Sementara aku hanya membuang wajah ke kiri, diiringi dengan isak tangis. Sungguh aku tak terima atas semua ini..sungguh aku sedih.

Akhirnya aku angkat bicara

"Kamu kok pergi gitu aja fik..jujur..aku gak mau kamu pergi.." aku menunduk
"Yah tapi ini demi oliv nir..ya jelas aku lebih mentingin dia kok.."

Aku hanya menunduk, dan meneteskan air mata.

"Yaudah..aku.."

"Apa nir?"

Hatiku, berniat ingin mengungkapkan rasa cinta yang ku pendam bertahun-tahun ini. Namun tidak.

"E..enggak fik, semoga..selamat diperjalanan, dan berhasil tunangan sama oliv.." aku tersenyum, namun hatiku benar-benar hancur.

"Iya nir..makasih yah..aku..perginya besok, mungkin"
"Hmm..iya fik" aku menunduk dan tersenyum.
"Yaudah..aku pulang ya, semoga cepet sembuh..assalamualaikum" Fikri pergi berlalu, meninggalkanku yang sedang diselimuti kesedihan yang sangat mendalam..

Hingga pada suatu malam...

Aku masih sendiri dirumahku yang sunyi ini, tidak ada bibi malam ini..sedangkan aku hanya sendiri, dan masih dengan perasaan yang sama.

Ku melihat sebuah sapu tangan dibawah ranjang kasurku, yang dipenuhi darah. Aku mengambilnya..ku lihat terdapat nama Fikri disapu tangan itu.
"Ini punya Fikri..aku harus mengembalikannya.."
aku berjalan keluar rumah, dan berlari mencari-cari rumahnya. Ku lihat ia berada disebuah warung.
"Fik!" aku melambaikan tanganku
Fikri menoleh ke arahku, dan menghampiriku.
"Apa?"
"Emm..ini.." aku memberikan sapu tangan itu kepada Fikri.
"Eh?makasih nir.."
"Emm..fik, kok banyak darahnya ya?maaf ya..aku kepo" aku menunduk
"Hmm..itu darah aku..tadi..batuk.."
"Hah? kamu sekarang gapapa fik?"
aku benar-benar khawatir.
"Gapapa kok ..." ia tersenyum, aku kembali membalasnya. Kami lanjut berjalan menuju rumah kami masing-masing.
"Lho? kamu mau kemana sekarang fik?"
"Kan mau pulang nir.."
"Ohh.."
Tiba-tiba..butir demi butir hujan turun dan semakin banyak dan menjadi deras.
"Hah?! gimana ini? hujan nir!"
"Hah? hem..gimana ya..kita duduk disana aja dulu" aku menunjuk ke arah rumah yang kosong.
Kami duduk.
"Fik.."
"Apa?"
Aku menatapnya
"Fik..kalo aku mau ngomong sesuatu untuk saat ini..kira-kira kamu bakal marah ga?"
"Hmm enggak, emang apa?"
"Ehm..."
"Apa?"
Aku bangun dari dudukku.
"Nir? apa?"
Aku berdiri diatas tanah yang terguyur derasnya hujan. Aku melirik-lirik tak karuan, bajuku basah.
"Nir?kamu mau bilang apa?"
"Ehm.." aku menunduk
Fikri berdiri
"Nira?" ia memegang kedua pundakku.
"Fik.." aku mengangkat wajahku.
"Apa?"
"Em..aku beranikan ngomong ini sama kamu..kamu dengerin dulu..selama aku kenal kamu..aku sangat senang..tapi..aku merasa kamu ngejauh dari aku..karena dia..ya. Jujur, aku suka kamu fik..aku juga sayang kamu..tapi, aku bilang gini cuma ngungkapin kamu kok fik, aku gak minta jadi pacar kamu kok..maaf ya fik, aku suka kamu.." aku menunduk

"Tapi..nir, maaf aku ga suka kamu..dan aku gak sayang kamu..aku kan udah punya pacar nir..kok kamu bilang itu.."

"Maaf fik, maaf ya..aku bilang gitu, mungkin kamu sakit..maaf ya fik aku sering bikin kamu sakit.." aku menangis
"Hm" hanya itu saja kata-kata yang ia keluarkan. Akhirnya aku memutar badanku dan menggerakkan kakiku untuk berlalu.
Sementara hujan terus mengguyur
Hatiku berkata
"Ya allah..begitu saja dia sudah tidak suka..apa ini hasil perjuangan cintaku?"

VOTE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ya Allah, apa dia jodohku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang