Jadi ibu rumah tangga itu ada susah senangnya, walau seperti itu, Jin tetap tegar menghadapi keluarganya yang rempong.
Di pagi hari, dia bangun duluan, memasak dan membangunkan keluarganya.
"Hobi, bangun nak, udah pagi." Jin membangunkan Hoseok duluan, karena Hoseok adalah anak paling penurut.
"Hm, iya ma."
"Sekalian bangunin yang lain ya, kalau bisa mandi dulu kamu."
Jin kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Beberapa menit kemudian, semua anggota keluarga sudah berada di meja makan.
"Kamu masak apa hari ini?" Namjoon bertanya dari bangkunya.
"Ayam goreng sama terasi."
Desisan minyak di penggorengan membuat satu persatu dari mereka mulai bangun, bahkan Jungkook mengendus udara berbau terasi sambil tersenyum.
Anak-anak berebut makanan, bahkan Jungkook dan Jimin nyaris berantem gara-gara ngerebutin paha ayam.
Sesi sarapan mereka dihiasi dengan candaan Jin dan reaksi keluarganya yang bervariasi. Setelah makan, anak-anak dan Namjoon kembali ke kamar untuk bersiap, meninggalkan Jin untuk membersihkan piring kotor mereka. Tapi kadang ada yang membantunya.
Jin maklum, dia juga pernah seperti itu.
Keluarganya pergi, Namjoon ke kantor dan anak-anak ke sekolah, tersisa dirinya di rumah. Nanti siang ia harus pergi untuk mengurus usahanya.
Katanya sih, jadi istri jangan cuma diem di rumah dan makan uang dari suami, istri juga harus bisa kerja. Mama Jin panutanqu.
Menunggu siang, Jin membersihkan rumah dan mengurus kebun. Dia nggak mau nyewa pembantu sama tukang kebun, kalau masih bisa di urus sendiri, kenapa enggak?
Siangnya Jin pergi mengurus usahanya, lalu cepat-cepat pulang. Dia lupa nyiapin makan malem, bisa bahaya kalo keluarganya mati kelaparan, mana porsi makan mereka banyak, kan ga lucu kalo ada breaking news yang mengabarkan "Satu keluarga mati kelaparan karena ibu lupa masak".
Yang ada pas pulang, Jin malah di sambut Jungkook yang lagi ngambek, gak tau kenapa.
"Ma, liat kak Jimin tuh! Masa dia marahin aku, ga jelas banget!"
Jin memeluk anaknya, "Yaudah, panggil Jimin ke sini dulu."
"Nggak sudi," Jungkook menggerutu.
Kok hati gue agak sakit ya ngeliat anak gue begini?
Jin akhirnya memanggil Jimin.
Jimin datang dengan muka sebal.
"Iya ma, kenapa?"
"Katanya Jungkook, kamu marahin dia? Kenapa?"
"Itu, lagian dia makan gorenganku, mana sampe abis lagi."
"Jungkook, kamu nggak boleh gitu, itu Jimin yang beli loh, kalo Jungkook mau, kan bisa minta ke Jimin, nggak perlu dimakan diem-diem, kan?"
"Tuh dengerin,"
"Tapi kan ma-"
"Tapi, Jimin juga jangan marah, kalian sesama saudara harus saling berbagi, ya?"
Keduanya diam, berfikir.
Kok tumben, mama kayak gini?
"Iya, ma."
"Sekarang, maafan."
Jungkook berdiri dari pangkuan mamanya.
"Maaf ya hyung, kapan-kapan kalo Jungkook mau makanan, Jungkook minta."
"Huh, iya deh, hyung maafin."
"Udahkan? Sekarang mama mau masak, jangan marahan lagi, ya?"
Jin pergi ke dapur, sebenernya dia capek banget, belum istirahat, pas sampe aja anaknya lagi ngambekan, coba di biarin, gimana jadinya? Anak remaja memang susah di atur.
Bayang-bayang "Satu keluarga mati kelaparan karena ibu lupa masak." masih setia menghantuinya. Sampai dapur, Jin melihat Yoongi sedang memasak.
"Loh, Yoongi?"
Anaknya yang satu ini jarang keluar kamar, wajar kalau dia kaget.
"Eh, mama, duduk aja ma, biar aku yang masak."
Yoongi menyuruh Jin duduk.
"Kamu kok tumben masak?"
"Ya, tadi aku denger yang di ruang tamu, aku tau mama udah capek, biar mama ga capek, aku aja yang masak ya? Walau kemampuan masakku rendah, aku akan berusaha."
Jin diam, masih menunggu Yoongi untuk bercerita lebih lanjut. Jin tahu Yoongi masih punya uneg-uneg untuk di keluarkan.
"Dan juga, maaf ya ma,"
"Lah kenapa? Kamu salah apa emangnya?"
"Seharusnya aku kasih tau Jungkook biar dia nggak makan gorengannya Jimin, tapi aku malah biarin, aku nggak bisa jadi hyung yang baik. Maaf ya ma," Yoongi sekarang tertunduk malu di depan Jin.
Jin, tentu saja, terharu melihat anaknya ini.
Jin memeluk Yoongi.
"Yoongi, kamu udah besar, kamu dengan begini sudah menunjukan rasa tanggung jawab kamu, kamu memanglah hyung yang baik."
"Makasih ma."
"Yaudah, sini mama aja yang masak."
"Lah, kenapa ma?" Yoongi mengernyit.
"Itu, kamu masak air aja gosong, gimana mau masak?"
"YA! SEJAK KAPAN AIR DI TEKO BISA ABIS?!"
"Tuh, liat. Nyampe teko mama bolong lagi gara-gara kamu, mama berhenti ngisi paketan kamu." Jin menjewer telinga Yoongi.
"ADUH MAAF MA, NGGAK LAGI DEH NGGAK! AKU TAK BISA HIDUP TANPA KUOTA!"
"AHAHAHA! YOONGI-HYUNG KENA MARAH!" Jimin tertawa histeris.
"JIMIN SINI KAMU! BANTUIN MAMA CUCI PIRING! INI JUGA PIRING KOTOR KOK BISA SEBANYAK INI?!" Jin melempar sendalnya ke arah Jimin, tapi Jimin lari dan sendal mengenai muka Namjoon yang baru pulang.
"Ada apaan? Kok rame?" Namjoon kebingungan.
"PANGGIL JIMIN SURUH NYUCI!"
"HOSEOK-HYUNG AJA!"
"Yeh! Apa-apaan lu!"
Namjoon sekali lagi memegangi dadanya sambil menonton keluarganya dan berkata,
"Namjun kuat kok."
//
Apa cuma gue, yang nulis pas pagi/siang malah nggak selesai dan berhenti-berhenti, tapi pas malem bisa nulis satu cerita panjang banget?
Komen pliz klo boleh spam komen aja, syarat giveawaynya komennya minimal 50 *crying*
Maaf kalo kepanjangan, retjeh dan nggak jelas :,)
DAN GUE BAHAGIA BANGET DI FOLBEK sugasuhendra GILA GILA, BAHAGIANYA~
Lima chapter kedepan pendek-pendek, jadi bakal up besok semua, terus ke misterinya!
-Francis(tar lagi mau rebrand)
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS : BANGTAN THE SCENE
FanfictionPokoknya, buku ini rame. Dari bapak, ibu, anak, sampai tetangga pun ada. Ft. Sherlock Holmes Short chapter. Slice of life di selingi cerita berlanjut.