My (ex) idol

2.7K 179 5
                                    

Dia disana, melakukan penampilan solo diatas panggung yang luas, dikelilingi oleh ribuan manusia yang menyoraki namanya tanpa lelah.

Park Jimin! Park Jimin!

Mengagumi setiap sisi dirinya, Ia bernyanyi dengan suaranya yang dapat menjadi candu, Ia meliukkan tubuh indahnya dengan lihai. Dia seorang penyanyi dan dancer yang hebat.

Takkan ada yang tak terpesona barang sedetikpun kepada dirinya, bahkan hingga orang awam sekalipun aku yakin mustahil tak terpesona. Ia memang memiliki aura memikat yang sangat kuat.

semua menyukainya, begitupula.. denganku.

Konser telah usai, rasanya seperti baru lima menit yang lalu. Mungkin karena aku terlalu hanyut terbawa dan menikmatinya.

Penampilan yang luarbiasa, rasanya senang sekali walaupun kau hanya berteriak menyerukan nama sang idola dan berharap akan di notice, menjadi lucky fans diantara ribuan penggemar lainnya.

"Itu BTS! itu BTS!!"

Aku menolehkan kepalaku kesana kemari seperti orang linglung, aku sangat luarbiasa lelah, mendengar lagi-lagi teriakan-teriakan penggemar lain diluar venue membuat kepalaku mendadak pening.

Mereka berlarian, mendekat kearah jalur jalannya mobil-mobil berisikan para member tersebut, melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan.

Aku mendengus, ingin sih mengucapkan salam kepada mereka, tapi aku ingin segera sampai rumah. Cukup sudah berdesakkan di dalam venue tadi, di luar tidak.

Masih ada saja kesialan dihari aku berbahagia ini, mendadak ingin buang air kecil disaat-saat ingin lekas pulang.

"A-aish, merepotkan saja"

Aku berlari menuju toilet umum terdekat, beruntung tempat ini sepi sehingga aku tak perlu mengantri lama untuk mendapatkan tempat.

"Ah, ya Tuhan leganya.."

Aku segera mencuci tangan di wastafel, terlalu fokus pada satu titik membuatku tak tahu-menahu ada orang lain yang memasuki toilet umum ini.

Aku mendongakkan kepala, menatap bayangan diriku di cermin dan seseorang dibelakang ku–

Oh astaga!

demi si bodoh kumamon, mimpi apa aku sebelum ini?!

"..o-oh, J-jimin ssi"

Aku membungkuk memberi salam, kuintip dari balik topi hitam dan ia tersenyum. Seperti biasa senyum ramah yang memikat siapapun dijumpainya.

Kau mengertikan bagaimana perasaan jika tak sengaja bertemu dengan idolamu, senang.

Tidak, aku harus menahan diri. bagaimanapun, artis mempunyai privasinya dan harus kita hargai, ini bukan diatas panggung ataupun di depan layar kaca.

"Selamat malam, Jimin ssi. K-konser yang luar biasa, penampilanmu di atas panggung sungguh memukau" Min–bodoh–Yoongi kau terlalu banyak bicara, ugh. aku merutuki diriku yang terlalu berbasa-basi.

Segera aku kembali membungkuk dan mengucapkan salam perpisahan, tanpa mendengar jawaban atau bahkan ucapan terima kasih dari seseorang di hadapanku ini.

"Kalau begitu, saya permisi duluan Jimin-ssi.. sekali lagi, selamat malam"

Agak lancang memang, tapi kau tentu tahu rasanya berada disituasi yang canggung-inginnya berlari pulang saja.

Bersyukur ia berdiri di depan salah satu bilik, memudahkanku untuk bergeser menggapai pintu keluar karena tak ada yang menghalangi—

sreet

"E-eh?!"

Sebuah tangan menarikku kebelakang, membuatku gagal memutar kenop pintu.

"Jimin-ssi?"

Pandanganku tak sampai bertemu matanya, sekali lagi karena topi hitam di kepalaku ini. Yang kupanggil hanya bergeming, tangannya masih erat memegang lengan kiriku.

"Min Yoongi..." tangannya yang bebas melepas topiku, membuatku mendongak dan bertemu dengan manik kecoklatan itu. ini bukan seperti yang aku harapkan.

tidak, kumohon jangan begini

matanya menyendu, "Yoongi-hyung..."

jangan, tolong jangan katakan–

"Aku merindukanmu"

Aku menunduk dalam, tak ingin melihat bagaimana tatapan itu ikut berbicara.

Ya Tuhan, rencana apa yang sedang Kau buat untukku?

"Hyung"

"J-jimin.."

Aku kembali menatapnya, mata itu membola terkejut karena bulir-bulir ini telah turun membasahi pipiku "Jimin... tolong jangan begini"

Suaraku melirih, tangisku semakin deras, sialan sejak kapan aku menjadi se mellow ini?

"Kita sudah selesai—"

Ia menarikku kedalam dekapannya, membenamkan wajahku di dada bidangnya, mengelus rambutku dengan hati-hati. Dan aku tak kuasa untuk menolak semuanya.

"K-kau jahat, "

"Iya hyung, aku tau– maafkan aku.. aku terlalu merindukanmu"

"T-tapi jim—"

"Aku tidak peduli." Jimin melepas pelukannya, sekedar untuk menghapus air mataku yang terus saja mengalir.

"Hyung.. aku tidak akan kuat begini terus, kumohon" ia menangkup wajahku melupakan topiku yang sudah teronggok di bawah kaki, aku melihat itu semua– sorot matanya benar-benar menyampaikan bahwa ia rindu.


"Min Yoongi, kembalilah kepadaku.."





End.

hehehehe
udah nyampe situ aja deh

dengan tida elitnya ya, minta balikan ditoilet umum :"

Our Stories: MINYOON/JIMSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang