Pink Babies (1/2)

1.9K 163 5
                                    

Drrt.. drrt..

"Halo, ada apa jim?"

"Hyung! aku ke rumahmu ya. oke, 15 menit lagi aku sampaii"

"Eh! apa-apaan itu memutuskan sepihak?"

tuut tutt..

Park–sialan–Jimin. Umpat Yoongi, selalu saja begitu, memutuskan semuanya sepihak yang entah kenapa Yoongi oke-oke saja pada akhirnya. Sudah pasrah mungkin?

Cuaca kurang bersahabat, diluar sana mendung. Mungkin saja sebentar lagi akan hujan dan Jimin belum datang juga.

Aish, anak itu bisa kehujanan. batin Yoongi.

15 menit berlalu, hujan sudah turun dengan derasnya. Untunglah Yoongi sudah mandi tadi, jadi dia tidak perlu merasa serba salah lagi.

badan lengket, mau mandi tapi dingin.

Ding dong!

"Iya, sebentar!"

Yoongi agak berlari kecil, segera menghampiri pintu masuk flat nya. Itu sudah pasti Jimin, siapa lagi memang yang akan iseng memencet bel secara brutal? Yoongi sudah hapal betul.

"Tidak bisakah kau sabaran sedikit?" Yoongi protes, sesaat setelah membukakan pintu dan membiarkan lelaki basah kuyup itu masuk dengan cengiran bodoh.

Jimin membawa bungkusan yang entah apa isinya, Yoongi tak mau tahu tapi Ia berharap itu adalah makanan. Ia menaruh paper bag hitam tersebut diatas meja ruang tivi dan segera berlari masuk ke kamar mandi, hendak berganti pakaian. Jimin sering main bahkan menginap tempat Yoongi. Tentu sudah hapal seluk-beluk rumah ini, jadi tak perlu heran.

Jimin selesai berganti, Ia memakai kaos hitam lengan pendek dan celana kain selutut. Mendekat ke ruang tivi, ia duduk di sofa bersebelahan dengan Yoongi yang asik saja menikmati coklat panasnya dan menonton televisi.

Mengapa Yoonginya ini terlihat menggemaskan sekali? tubuh mungil itu dibaluti oleh setelan piyama berwarna soft pink yang agaknya kebesaran, duduknya bersila di atas sofa dengan secangkir coklat panas digenggamannya. Belum lagi wajah imutnya yang nampak serius menonton entah acara apa yang ditayangkan oleh stasiun tivi tersebut.

"Yoongie kenapa imut sekalii~"

Jimin tidak tahan untuk tidak mencubit pipi gembil itu, inginnya sih langsung digigit tapi Jimin masih sayang nyawa.

"Ughh--Jim swakith---" Yoongi tidak bisa melawan selain protes, tangannya sedang memeluk cangkir coklat panas.

"Sakit, bodoh!"

Yoongi mengusap bekas cubitan Jimin, ia tidak bohong memang sakit rasanya. Sedang Jimin hanya terkikik puas, pipi Yoongi memerah karenanya.

"Aku membawa macarons, hyung. Lama sudah kita tidak memakannya" Jimin membuka paper bag hitam itu, ternyata berisi sekotak kue macarons yang memiliki banyak warna.

Yoongi agaknya mengernyit saat melihat kotak itu terbuka "Kenapa.. banyak sekali yang berwarna pink?"

"Aku bahkan tidak terlalu memerhatikan, mungkin karena pink warna macaron yang masih banyak.."

Jimin hanya mengedikkan bahu lalu sedetik kemudian kembali memberikan cengiran "Beruntung lagi aku dapat banyak bonus karena penghabisan dan kata bibi penjualnya, aku ini tampan, hehe.."

.

.

.

Sebenarnya masih terlalu sore untuk tidur, tapi mata lelaki manis ini tak dapat diajak kompromi, mungkin faktor hujan juga paling tepat untuk tidur. Sedang Jimin? dia sih ikut-ikut saja naik ke atas kasur dan tidur di bawah selimut yang sama dengan Yoongi yang memunggunginya.

Yoongi tak masalah toh, Ia senang-senang saja Jimin memeluknya, karena hangat. Sudah hal biasa jika Jimin akan memeluknya saat akan tidur. Tapi yang jadi masalah disini adalah, Tangannya.

iya.

"Jauhkan tanganmu dari pahaku sialan, otak cabul!" Yoongi memukul tangan si mesum dan menendang asal kebelakang–karena posisi back hug–hampir mengenai kejantanan Jimin.

"Hyung, kau hampir menendang kebanggaanku"

"Peduli setan. Jangan ganggu, aku mau tidur!"

Pada akhirnya mereka hanya bermalas-malasan di atas kasur, tidak jadi tidur. Yoongi yang memainkan handphone dan Jimin yang masih memeluknya dari belakang.


huk oeee

"Jim.."

"Hmm.."

"Kau dengar sesuatu tidak?"

"... dengar apa?"

Yoongi berbalik menjadi terlentang, keningnya berkerut mencoba fokus.

"Dengar ap--

"sshutt!"

oeee oee..

"Kau dengar itu?"

Jimin agaknya ikut terkejut, jari Yoongi yang menutupi mulutnya agar terdiam tadi diturunkan. Mereka saling tatap sejenak, "Kenapa aku merinding ya?"

"Hyung, mungkinkah rumahmu ada hantunya?"

"Jangan semakin menakuti, bodoh!"

Mereka diam lagi, mencoba memastikan apakah suara itu benar ada atau hanya halusinasi mereka saja.

Dan bukannya menghilang, suara itu malah terdengar semakin jelas dan terasa dekat walaupun beradu dengan gemericik air hujan.

Yoongi mencoba berpikir positif bahwa suara itu berasal dari tetangga, tetapi seingatnya tetangga kanan-kiri flat sedang ke luar kota, dan ini belum jam orang-orang kantoran pulang kan?

"Perasaanku saja atau itu dari depan pintu luar?"

"Menurutmu.. itu suara apa?"

"Yah, hyung. Memang apalagi kalau bukan suara tangisan bay-- Astaga! jangan-jangan beneran bayi?"

"Periksa sana jim!"

"Ck, kau juga ikut lah hyung-- ayo!"

Dengan tergesa mereka bangun dari tempat tidur, berlari kecil menuju pintu luar. Sepanjang langkah Yoongi sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

"J-jim aku takut.."

"Hyung, kau percaya padaku tidak?"

Sempat ia terdiam, namun akhirnya Yoongi mengangguk.

"Sini, genggam saja tanganku"





.

.

To Be Continued
.

Akhirannya agak ngedrama ya? tapi, yasudahlah /apasih. 😂😂
sudah lama banget draft ini ada di note hp ku, heuh baru diselesaikan sekarang.

Dibagi dua karena.. pengen aja, biar ga panjang-panjang banget hehe.

Our Stories: MINYOON/JIMSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang