03

70 12 3
                                    

"Hoaam..."

Ah, ketiduran rupanya.

Kulihat jam dinding menunjukan angka lima, Aku masih punya beberapa waktu untuk mandi dan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Uh?

Ketika Aku berniat berdiri dari sofa tempat di mana Aku tertidur dalam posisi terduduk, sesuatu menahan pahaku untuk bergerak.

"Ne-neph!?"

Aku terkejut ketika mendapati Nephityx yang tertidur dengan kepala yang berada di pangkuanku.

Aku harus tenang.

Aku bukan lagi remaja, tubuhku memanglah milik seorang remaja. Tapi berkali-kali siklus yang pernah kualami, membuatku menjadi bukan lagi seorang remaja.

Jadi Aku seharusnya bisa dengan tenang menghadapi kejadian seperti ini.

"Neph, bangunlah."

Aku mengatakan itu dengan suara yang tenang, sesekali Aku mencolek pipinya yang halus.

Karena orang yang bersangkutan tidak kunjung sadar, Aku akhirnya menggoyangkan tubuh ringannya dengan perlahan.

"Nghh..."

Dia akhirnya membuka mata, bertepatan dengan bola matanya yang terarah tepat ke arah indera penglihatanku.

Bukannya bangun, Nephityx malah mencoba memejamkan kembali mata sayunya.

"Hei, Aku harus pergi sekolah kau tahu."

"Mmm..."

Erangan karena rasa kantuk yang bisa kudengar, pemilik suara itu malah memutar posisinya dan membuat nyaman dirinya.

Aku memang tidak merasakan rasa sakit apapun pada pahaku, ditambah bau wangi dari sampo yang di pakai Nephityx membuatku agak merasa betah. Padahal dia seharusnya memakai sampo yang sama denganku.

Ah! Tidak-tidak!

"Maaf Neph, tapi Aku harus berangkat sekolah."

Secara perlahan Aku merangkul tubuh Nephityx, serta dengan pelan berdiri supaya tidak kehilangan keseimbangan.

Kemudian setelah Aku berdiri sempurna, Aku kembali membaringkan tubuh Nephityx di sofa.

Karena tidak mendengar protes apapun, Aku segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Mengganti pakaian dengan seragam putih-abu, serta blazer abu-abu gelap. Tidak lupa Aku juga mengambil satu bungkus roti dari kulkas untuk sarapan.

"Neph, Aku pergi dulu."

Tanpa mengharapkan jawaban, Aku keluar rumah dan mengunci pintu rumah.

Pukul 05.30, jalan ke stasiun lima menit, kereta 15 menit, Aku masih memiliki cukup waktu sepertinya.

Aku hanya berharap kereta yang akan kutumpangi tidak mengalami gangguan mendadak.

Di stasiun Aku juga melihat beberapa siswa dengan seragam yang sama, karena kami tidak saling mengenal, akhirnya kami tidak saling bertukar kata.

Kereta yang ditunggu pun tiba.

Seperti biasanya, saat Rush Hour seperti ini, Aku berdesakan dengan penumpang yang lain, dan akhirnya agak terjepit di pintu.

DesiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang