06

49 11 3
                                    

Tidak kusangka, seorang jelmaan kehancuran yang sedang berdiri di hadapanku ini, memiliki wujud yang menawan. Aku bahkan hampir lupa kalau gadis cantik dengan rambut putih-perak panjangnya ini adalah seseorang yang berbahaya.

"Hero?"

"Ah ... maaf."

Secara tidak sadar Aku mungkin menatapnya terlalu lama, melamun terlalu mengagumi keanggunan gadis bernama Nephityx ini.

"Kau sangat cantik Neph."

Sampai akhirnya Aku memutuskan dengan memberinya pujian tulus untuk memecah kecanggungan yang kuciptakan sendiri.

Subjek yang kupuji tidak menunjukan respons apapun terhadap pernyataan yang barusan kuberikan, ia tetap dalam wajah datarnya seolah tidak peduli terhadap dunia.

"Baiklah kalau siap?"

"Mm."

Anggukan tanda positif berhasil kuterima, dan inilah saat di mana Aku harus menunjukan dan membiarkan Nephityx belajar mengenai dunia luar yang berada di balik pintu rumah.

Kami berdua berjalan menuju stasiun, pada hari Sabtu jam sibuk tidak terlalu parah walaupun sekarang masih sekitar pukul sembilan pagi.

Banyak pria dan wanita yang terlihat berpasangan, dan salah satunya adalah kami. Memang apa boleh buat, bahwa Aku dan Nephityx saat ini terlihat seperti pasangan yang sedang menuju kencan mereka.

Untungnya Aku berbicara tentang Nephityx, dia tak akan peduli terhadap hal-hal kecil seperti ini.

"Itu?"

"Kereta. Sebuah kendaraan yang akan mengantarkan kita sampai di tujuan."

"Ilmu Pengetahuan?"

"Ya, kendaraan itu tercipta karena Ilmu Pengetahuan, tanpa sihir sama sekali."

Mata peraknya terpaku terhadap kereta yang semakin melambatkan kecepatannya, kemudian tepat berhenti di depan peron yang sedang kami pijak.

Kerumunan orang yang tak terlalu banyak memasuki kereta yang lenggang itu.

"Ayo Neph."

Kemudian Aku mengajak Nephityx untuk naik juga.

Langkah Nephityx terlihat ragu ketika melangkahkan kakinya ke dalam kereta, dia bahkan berhenti di sana sekitar beberapa detik.

"Hati-hati."

Sebelum akhirnya Aku menarik tangan kanannya, dan menuntunnya untuk memasuki kereta secara sempurna.

Di sini pun, orang-orang melihat ke arah Nephityx dengan berbagai maksud, di saat orang lain memiliki rambut hitam, rambutnya yang berwarna perak adalah salah satu mengapa pusat perhatian adalah dirinya.

Kulitnya yang putih agak pucat juga menambah keanggunan dibarengi dress merah dengan kaus kaki hitam yang menutupi seluruh kakinya.

Entah kenapa Aku memiliki perasaan bangga tersendiri ketika Aku membantunya memilih pakaian itu secara tidak langsung.

Melihat sekeliling, kursi telah diisi penuh oleh orang-orang yang membutuhkan. Nephityx kubiarkan bersandar di dekat pintu, dan Aku berdiri di depannya.

Ketika kereta mulai melaju kembali, matanya seketika melebar, sepertinya dia terkejut akan hal ini sampai pegangannya terlihat sangat kuat ia arahkan ke gagang dekat pintu.

DesiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang