10

50 6 3
                                    

"Neph! Aku berangkat!"

Sembari sedikit berteriak, Aku mengunci pintu rumah dari luar.

Belakangan ini hampir setiap hari, Kami berdua selalu tidur bersama. Di sofa dengan televisi yang masih menyala.

Fungsi kamar yang sudah kusiapkan untuk Nephityx, sampai sekarang belum berguna sebagai mana mestinya.

Aku sendiri sudah jarang sekali tidur secara teratur, namun Aku tidak merasakan efek apapun yang mengganggu.

Mungkin karena tubuhku yang kurasa sudah tahan banting, oleh bantuan aliran sihir yang telah kupelajari sejak Aku masih di dunia sana.

Dengan menumpangi kereta tenaga listrik selama kurang lebih setengah jam, Aku akhirnya tiba di Sekolah.

Seperti biasa kelas masih dalam keadaan kosong, Aku hampir selalu menjadi penghuni pertama yang datang setiap hari.

Aku menuju bangku di mana biasanya Aku mendengarkan celotehan semua penghuni kelas, mereka mungkin memang tidak membicarakanku.

Namun tetap saja, penghindaran terhadapku sangatlah terlihat jelas.

Aku merindukanmu Ashia!

Saat sedang bersembunyi dalam lamunanku, Aku mendengar suara pintu kelas terbuka.

Aku hampir tidak pernah menghiraukan tindakan itu, karena siapapun yang masuk ke Kelas lalu melihatku, mereka akan menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk.

Karena itulah Aku mencoba tidak peduli dan tetap menggeser-geser menu di Ponsel Pintar yang kugunakan.

Namun tindakan itu kuhentikan, ketika Aku menyadari seseorang duduk di samping kiri bangku belajarku. 

Ashia, tidak biasanya dia datang sepagi ini.

"Hei, selamat pagi Ashia. Tumben pagi?"

Mengalihkan pandanganku, Aku melihat ke arahnya yang baru saja duduk di kursi.

"Emang kenapa? Bukan urusanmu."

Uh...

"Haha ... seperti biasanya. Ashia kau tahu hari ini ada diskon di Supermarket yang ada di Mall sebelah? Kulihat brosurnya ada yang sampe sembilan puluh persen."

Jangan salah, gaya bicara Ashia memanglah buruk. Tapi bukan berarti dirinya itu tidak suka bicara dengan orang lain, setidaknya itulah pendapatku selama Aku mengenalnya. 

"Huh ... terus?"

"Bagaimana kalo Kita pergi ke sana?"

"Jadi Kau memintaku untuk membantumu belanja?"

"Hei ayolah, kita teman kan?"

Ashia mengeluarkan nafas lesu, walaupun begitu...

"Baiklah, tapi jangan terlalu merepotkanku."

"Aha, tentu saja. Terima kasih Ashia."

Sejujurnya, Aku tidak butuh bantuannya sama sekali dalam hal belanja. Namun ada sesuatu yang ingin kulakukan.

Sampai saat ini, Aku masih berprasangka bahwa Ashia ada hubungannya dengan kejadian ledakan bom misterius.

Beberapa saat kemudian, satu per satu penghuni kelas ini mulai bermunculan. Karena hal itu pula, perbincanganku dengan Ashia harus terhenti. 


--

"Nih lihat? Ini adalah yang kudapatkan di salah satu forum tertutup. Cukup mengerikan bukan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DesiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang