Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!
---
"Di sini cuma punya minuman ini." Kata Krisan seraya meletakkan botol minuman yang berisi sari jeruk tersebut di atas meja yang berhadapan langsung ke arah Puri.
"Makasih" ucap Puri dengan nada sedikit tinggi. Pandangannya masih tertuju pada pintu kayu yang tertutup itu. Di dalam sana ada Ardan dan Anjani.
"Atau kamu suka jenis minuman yang lain? Kopi, teh, atau susu mungkin? Biar aku pesenin di bawah."
Krisan mencoba untuk lebih santai walau tangannya sudah gatal untuk mengarahkan kepala Puri guna menengok langsung ke arahnya. Sejak kecil, dia diajarkan bagaimana seharusnya dia memperlakukan tamu dan sialnya saat ini tamunya adalah Puri si cewek judes. Mau tidak mau, tentu Krisan harus lebih bersabar.
"Nggak perlu."
Kembali jawaban pendek plus nada tinggi dari Puri membuat Krisan kesal setengah mati. Alhasil, dia pun mengumpat dan sedikit melompat untuk segera mengikis jarak antara dirinya dan Puri. Setelah tepat berada di samping perempuan itu, barulah Krisan dengan berani memegang kepala Puri dan mengarahkan pandangan perempuan itu ke arahnya. Pergerakan tiba-tiba yang membuat Puri membelalakkan mata saking terkejutnya.
"Apa-apaan?" teriak Puri sembari menepis keras tangan Krisan.
"Kalo ngomong itu natap ke orang yang ngajakin ngomong." Krisan mencoba menjelaskan.
"Urusanku" kata Puri. Merasa tidak suka sekaligus risih jika Krisan menyentuh tanpa izinnya. Apalagi kepala yang mana Puri merasa tangan Krisan malah membelai puncak kepalanya.
"Oh, di kuliahnya diajarin gitu ya?" Krisan pun terpaksa menggunakan kalimat sarkas yang segera membuahkan hasil dengan keterdiaman Puri.
"Aku cuma penasaran tentang apa aja yang dibicarain mereka berdua di dalam sana." Puri pun sedikit melunak dengan mencoba menjelaskan alasan sikapnya sembari menunjuk ke arah pintu kayu.
"Urusan mereka. Sebenarnya aku juga penasaran. Ardan nggak pernah berurusan sampai seperti ini sama cewek selain Kinara."
"Jani juga nggak pernah berurusan sama cowok sampai seperti ini. Ini pertama kalinya buat dia. Terus ... siapa Kinara itu?"
Oh, ternyata Puri bisa normal juga kalau bicara, pikir Krisan seraya tersenyum dalam hati.
"Pacar Ardan yang udah meninggal beberapa tahun lalu" dan Puri hanya ber-o-ria.
"Sebenernya banyak cowok yang ngejar Jani sih, tapi nggak sampe kaya tadi."
"Bukan Ardan banget kalo dia ngejar sahabatmu itu. Mungkin masalah lain."
"Tapi menurutku nggak seperti itu. Bahkan sahabatmu itu mohon-mohon ke aku supaya bisa bicara sama Jani."
"Mungkin mereka sodaraan dan baru tahu."
"Konyol!" Puri sedikit berteriak dan memandang Krisan tidak suka.
Bertambah tidak suka lagi ketika ia melihat kerlingan jahil di mata Krisan. Puri tahu benar berapa jumlah keluarga inti sampai keluarga besarnya Anjani dan Sakia. Sepengetahuan dia, Ardana Razqa tidak pernah terdaftar sebagai bagian dari nama keluarga Anjani Rumi.
"Bukannya kita harus selalu berpikir positif?"
"Iya, tapi mikir positifnya pake otak jadi logika ikut jalan. Nggak macet."
Krisan terkekeh geli. Godain Puri asyik juga, pikirnya.
"Oh iya, kenapa punya akses masuk ke lantai tiga di kafe ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Efemeral (#1 ELK Series) - ON HOLD
Fiction généraleNamanya Puri Prameswari. Perempuan berambut lurus sebahu. Penggila bunga krisan (seruni) dan warna biru. Berparas cantik dan manis. Sifatnya cukup tertutup sehingga tidak menutup kemungkinan hanya memiliki dua orang sahabat, Anjani dan Sakia. Tapi b...