Part 7

1K 160 27
                                    

Pegangan tangan Minki kepada Jinyoung langsung di lepas sepihak. Minki langsung tersenyum canggung.

"Jadi, bagaimana, Minki? Mau bareng, tidak? Omong-omong, Jonghyun selalu mencarimu. Dia bilang, dia kangen denganmu."

Ugh, sumpah, ya. Kalau Minki itu seorang yang mempunyai kekuatan super, dia harap bisa menjadi invisible. Saat itu juga.

Minki tersenyum kikuk. "Ah, Papa. Habis dari mall, aku memang berencana mengunjungi Jonghyun, kok. Aku bersama teman, Papa bisa duluan."

Dan Minki harus bersyukur karena dia tidak berpapasan dengan Tuan Kim saat dia sedang bermesraan dengan Jinyoung.

Bisa mati dia.

Atau, Minki memang harusnya mati saja?

Minki menggeleng, menghilangkan pikiran aneh.

Tuan Kim tersenyum sekilas lalu pamit pergi.

Hilang satu, dan Minki harus menjawab beribu pertanyaan dari Jinyoung yang sedang menatapnya tajam serta sorot bingung yang tertampang jelas di wajahnya.

"Jelaskan, Choi Minki!"

☘☘☘

Jaehwan rasanya ingin pingsan saja, seriusan.

Lee Jisung—istrinya itu, sedang menangis tidak karuan di depan televisi kesayangannya.

Menangis karena drama.

Sungguh tidak bagus sekali, serius.

Apalagi, anak bungsunya yang dari kapan tau, tiba-tiba menjadi pemurung. Sepertinya, selepas selesai mengerjakan projek lagunya bersama kedua kakak Jinyoung yang katanya adalah penulis lagu terkenal.

Hey! Bahkan Jaehwan juga seorang penulis lagu. Dan, kenapa anaknya lebih memilih dua orang itu daripada dia?

Sempat waktu itu dia tersindir akibat permintaan Daehwi yang ingin kolab dan reflek bertanya kenapa dia tidak mau kolab dengan ayahnya sendiri.

Dan dengan entengnya dia menjawab,

"Tidak mau. Suara Papa
jelek. Melengking tidak jelas, aku tidak suka."

Jaehwan ingin berenang di kolam ikan lelenya kala itu.

Dia benar-benar tidak habis fikir dengan kelakuan anaknya yang kelewat menyebalkan seperti ibunya itu.

"Hey, Jisung. Kapan kau mau masak untuk makan siang? Aku lapar asal kau tau," ujar Jaehwan sembari mengelus perutnya pelan, dibalik gitar yang sedang dia pangku.

"Hiks, berisik!! Masak sendiri, sana! Tidak tau apa, kalau aku--hiks, sedang sedih?!" omel Jisung sembari melempar selembar tissue bekas kearah Jaehwan.

"Makan saja gitarmu itu! Atau kau potong sekumpulan lele tidak jelasmu itu! Makan sepuasnya!!"

Nah, 'kan.

Jaehwan jadi menyesal karena menuruti rayuan istrinya yang bilang ingin memasak makanan enak jika dia mau membelikannya setumpuk kaset drama.

"Mama, kapan masak? Laparr~" rengek Jihoon yang baru turun dari lantai atas. Bahkan kakinya belum menapak sepenuhnya di lantai bawah. Masih berada di pertengahan tangga.

nevarno ; deephwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang