Part 11

886 146 13
                                    

Sejujurnya, Daehwi masih agak trauma dengan kotak kemarin.

Bayangkan, organ tubuh manusia yang di letakan di dalamnya, masih terdapat bercak darah yang menempel, membuat bau amis menguar. Membuat siapapun merasa mual.

Sehabis Jisung menghubungi Jaehwan, polisi langsung mendatangi kediaman Daehwi.

Banyak polisi yang bolak-balik kesana-kemari, membuat Daehwi sedikit pusing.

Dirinya di temani Jihoon di dalam kamarnya. Dengan segelas teh manis hangat, sedikit membuat Daehwi tenang.

Hari ini, dirinya mau tak mau harus masuk.

Dengan Jinyoung yang menjemputnya. Keduanya berangjat menuju sekolah.

Dengan keadaan hening, keduanya selamat sampai sekolah.

Berpisah di parkiran—berjalan kearah kelas masing-masing tanpa ada sapaan sama sekali.

Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Terutama Daehwi yang masih kalut dengan kotak kemarin.

Ew, Daehwi benar-benar tidak mau sok tau lagi! Sumpah, Daehwi menyesal. Sifat ingin taunya tidak pernah bisa di kontrol. Membuatnya harus menanggung sial seperti kemarin.

☘☘☘

Bel istirahat berbunyi. Para siswa keluar dari kelas, dan berbondong-bondong menuju kantin.

Tapi, tidak dengan Daehwi. Ia lebih memilih untuk memejamkan matanya.

Rasanya begitu malas hanya untuk turun ke lantai bawah dan membeli makanan, juga minuman.

Daehwi pikir, itu akan memakan energi yang besar, belum lagi dia akan mengunyah makanan, itu juga memerlukan energi.

Hei, jangan salahkan Daehwi yang malas, semalaman dia tidak bisa tidur karena kotak sialan itu.

Hampir saja Daehwi tertidur, jika saja Bae Jinyoung tidak mengganggunya.

Si tampan yang satu itu malah menggebrak meja milik Daehwi dengan sekuat tenaga.

"Gak makan, Dae?" tanya Jinyoung. Dia mendudukan dirinya di depan meja milik Daehwi.

"Gak, malas."

"Makan nih," ujar Jinyoung sembari memberikan sebungkus roti juga sekotak susu.

Makanan yang biasanya Daehwi beli dan makan.

"Gak mau, ih!" tolak Daehwi. Mengembalikan rotinya, namun susunya di minum.

"Makan, Dae!"

"Ih gak mauuu!" bantah Daehwi. Lalu meminum susunya.

"Makan dong, nanti kalau sakit gimana?" tanya Jinyoung.

Daehwi lantas cemberut, "Terserah lah! Aku mau tidur!" Setelahnya, Daehwi kembali memejamkan matanya. Meninggalkan Jinyoung yang menatap Daehwi dalam diam.

Tidak ada yang sadar, bahwa seseorang sedang menyeringai kepada seseorang yang akan menjadi korban selanjutnya.

☘☘☘

"Loh, Dae. Ini kotak apaan?" tanya Jihoon.

Sekarang kedua kakak-beradik itu sedang berada di dalam kamar milik Daehwi.

Sepulang sekolah, tiba-tiba saja Jihoon datang menghampiri adiknya itu. Entah dirinya ingin apa.

"Gak tau. Kakak aja yang buka," suruh Daehwi.

Jihoon mengangguk, lalu membuka kotak yang berlapis dengan kertas kado berwarna baby blue.

Cantik sih, luarnya.

Setelah membukanya, Jihoon reflek berteriak dan melempar kotak tersebut kesembarang arah. Berusaha menjauhkan kotak tersebut dari dirinya.

Daehwi yang sedang tiduran, juga langsung mendudukan dirinya. Memandang isi kotak yang sudah berserakan di atas lantai kamar miliknya. Reflek, dirinya juga ikut terteriak.

Daehwi benar-benar tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.

2 hari berturut-turut, dirinya seperti di teror dengan hal yang mengerikan.

Kotak yang isinya tak jauh berbeda dengan kotak yang kemarin—kali ini berisi satu buah bola mata, penggalan telinga, juga ada satu buah bangkai tikus.

Rasanya, Daehwi ingin menangis saja.

Jihoon sudah histeris setengah mati. Berteriak sekeras-kerasnya, sembari menangis.

Jisung yang mendengar teriakan histeris kedua anaknya, langsung menghampiri kamar Daehwi.

Jisung menatap tak percaya kearah kotak tersebut.

"Siapa yang bawa kotak yang isinya begituan sih?!" bentak Jisung. Dirinya shock—karena kembali menemukan kotak mengerikan seperti itu.

Jihoon langsung menunjuk kearah Daehwi. Masih dengan teriakan histerisnya dan tangisannya.

Jisung menggeleng pelan dan langsung menghubungi suaminya untuk segera pulang.

Sekitar 35 menit setelahnya, Jaehwan sampai di rumah.

Keadaannya bisa di bilang cukup kacau. Rambut berantakan, kemeja lusuh, sepatunya pun tidak di gunakan secara benar.

Benar-benar kacau! Membantu mencari orang hilang bukanlah hal mudah. Perusahaannya sendiri harus di serahkan ke orang lain karena mencari Minki yang belum kunjung ketemu.

Jejaknya pun, tidak terdeteksi sama sekali.

Belum lagi masalah teror dengan kotak berisi organ manusia—di tambah bangkai tikus.

Haduh, intinya Jaehwan itu pusing setengah mati.

Dari kemarin, dia gak berhenti-berhenti berurusan sama anggota kepolisian.

Entah itu masalahnya Minki, entah itu masalah kotak. Pokoknya fia gak pernah jauh-jauh dari anggota kepolisisan dari kemarin.

Sekarang, detik ini, dia harus berurusan dengan kepolisian lagi.

Daehwi dan Jihoon sudah pindah ke kamar milik Jihoon. Kamar Daehwi sekarang penuh sama polisi-polisi ganteng yang lagi bolak-balik ngurusin kotak warna baby blue tadi.

Mau di telusurin lebih lanjut lagi katanya. Daehwi sama Jihoon gak ngertilah, pokoknya.

"Dae, itu kotaknya dapet darimana sih?" tanya Jihoon.

Iya, dia udah gak histeris kayak tadi. Tapi masih rada shock. Wajar sih, ya.

Daehwi menggeleng, "Gak tau."

Jihoon menghela nafas. Lebih memilih menghubungi pacarnya itu daripada kalut memikirkan masalahnya yang tadi.

☘☘☘

Hai💜

Sorry karena udah lumayan lama gak up(?)

Ti stuck parah sama ini cerita:<

Udah stuck, sibuk+lagi sakit.
Jadi, sorry ya:<

Bukannya gak mau up, cuma memang kondisi yang lagi gak memungkinkan untuk up, jadinya begitu, kalian ngertilah:<

Ti harap masih ada yang mau nungguin ceritanya yaa💜

Makasih juga yang udah kasih support buat Ti, makasih banyaaak💜💜

Sekian, semoga ceritanya gak ngalur ngidul:'>

See ya!
-Ti☘

nevarno ; deephwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang