Sejak kejadian tadi, ia tidak ingin memikirkan hal itu lagi. Ia tidak ingin mengambil pusing dengan terus mengingat perilaku kedua temannya itu. Ia akan melupakan hal itu seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
Tasya pulang bersama Rio tanpa Angga lagi. Dan selama perjalanan pulangnya itu ia tidak berbicara dan Rio pun bungkam saja. Jadi selama tadi sepulang sekolah mereka berdua di dalam mobil, tak ada satu pun yang berbicara hingga Tasya sampai dirumah dan Rio langsung pulang tak ingin main, katanya ia ingin langsung pulang kerumah. Jadi tasya langsung masuk ke dalam rumahnya setelah klakson mobil Rio berbunyi menandakan dirinya pamit.
"Tasya, kamu udah makan?" tiba-tiba suara seorang wanita diluar pintu kamar nya muncul, sedangkan gadis itu di dalam kamar sambil tiduran diatas kasur nya.
"Tasya belum laper, mah" kata Tasya.
Suara pintu terbuka pun berdecit menandakan ada seseorang yang masuk, lalu wanita yang nyatanya ibu Tasya tersebut berjalan ke arah nya dan duduk di tepi kasur sebelahnya. Tangannya mengusap lembut ke arah puncak kepala gadis itu hingga merasakan sebuah ketenangan dan kehangatan yang menjalar ke seluruh aliran darah di tubuhnya.
"kamu ada masalah apa sama temen kamu si Rio dan si Angga itu?" Tanya ibu Tasya.
Tasya menoleh ke arah wanita di sebelahnya dengan cepat, alisnya sontak bertaut namun sedetik kemudian ia kembali mengarahkan pandangan lurus ke depan. Kepala gadis itu menggeleng, entah menandakan karena persahabatannya itu tidak terjadi apa apa atau ia tidak tahu dan bingung untuk menjawab apa.
Ibu Tasya mendengus nafasnya, lalu kembali berbicara, "ngomong aja sama mamah, benerkan kalian lagi marahan?"
Ibu Tasya bertanya sedangkan dirinya hanya diam tak menjawab. Ia bingung, benar-benar bingung bagaimana harus menjawabnya. "mamah itu cuma bingung aja sama kalian, biasanya kalo pulang sekolah tuh suka ngumpul dirumah kamu, tapi ini? Udh jarang kumpul lagi, bahkan mamah liat kemarin gak berangkat bareng bertiga, kamu ada konflik kan?"
Tasya bukannya menjawab, ia justru mendekat dan memeluk ibunya itu dengan erat. Kepalanya ia tenggelamkan di dekapan ibunya. Namun, lalu Tasya pun bicara, "apa itu cinta mah?"
Ia tahu pasti ibunya akan bereaksi seperti ini, ibu Tasya merenggangkan sedikit pelukan anaknya itu dan bertanya, "jadi ini soal cinta?" kata ibu Tasya yang justru malah menggoda nya membuat semu kemerahan di area pipinya justru muncul secara tiba-tiba.
"iih.. Mamah 'kan Tasya cuma nanya"
"hmm.. Jadi kamu mau tanya apa? Kamu mau tanya soal cinta?"
Tasya mengangguk pelan dengan pipi yang sudah memerah,"kalau cinta itu bagi mamah adalah kejutan kecil yang sederhana. Maksudnya, suatu perasaan yang muncul terhadap seorang lawan jenisnya, dimana perasaan itu muncul ketika kita merasakan hal-hal aneh dan akan lebih sensitif saat mendengar nama orang yang bersangkutan. Dan cinta itu perasaan yang muncul dan identik karena tanpa alasan" kata ibu Tasya mendeskripsikan apa arti cinta yang sesungguhnya.
"terus kalo Tasya bener-bener jatuh cinta sama seseorang, apa yang harus Tasya lakuin?"
"kamu bisa bilang perasaan kamu yang sejujurnya. Urusan di balas atau tidak nya perasaan kamu, itu hak dia. Intinya, kamu jangan memaksa dan biarkan perasaan itu tersampaikan saja sudah cukup"
Tasya terdiam mencerna kata demi kata dan kalimat demi kalimat dari makna ucapan Ibu nya itu. Mengatakan perasaan dirinya yang sebenarnya? Yang benar saja. Ia tidak akan mampu melakukan hal itu.
Akhirnya Tasya pun hanya mengangguk dan melepaskan dekapan tersebut lalu bergelayut dengan selimut tidurnya, mungkin untuk saat ini ia hanya membutuhkan istirahat saja karena kepalanya sangat pusing sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang & Angan🍃
Teen FictionAku, Bukanlah seorang perempuan yang memiliki segudang kekayaan, Bukanlah seorang perempuan yang memiliki segala nya, Bukanlah seorang perempuan yang di senangi banyak orang. Aku, Hanyalah seorang perempuan yang hidup sebatang kara, Tak memiliki...