Chapter's #10

25 2 0
                                    

NOTED : Jangan lupa putar lagu nya

•••

"Dari pada nunggu gerbang sekolah, mending gue anter pulang yu." Alice yang saat itu sedang menatap sepatunya tiba-tiba saja tersentak saat seseorang menyodorkan satu buah helm padanya.

Alice menganga tak percaya, seseorang yang ia takutkan itu sekarang ada dihadapannya.

Alice mengedipkan matanya sekali lagi, untuk memastikan apakah benar di depan nya kini adalah Rio. Seperti hantu saja, tidak dimana mana selalu ada makhluk ini.

"Al, jangan bengong. Buru! Panas, nih!." Alice tergagap. Dua detik setelahnya, Alice hendak mengambil helm yang Rio sodorkan, akan tetapi ia teringat sesuatu.

"Maaf, ngga bisa." Rio diam, wajah nya kebingungan dan lalu ia bertanya.

"Hm? Maksud lo?." Alice tergagap, ia melempar pandanganya ke sembarang arah dan justru berbalik bingung harus berkata apa. Akhirnya ia mengatakan sejujurnya.

"Ma-maaf, saya ngga bisa. Saya di suruh buat nunggu Angga disini." Raut senyum Rio memudar seketika, niatnya untuk mengajak Alice pulang bareng akhirnya tidak jadi setelah mendengar pernyataan dari Alice bahwa Angga mengajak Alice pulang ternyata membuatnya lagi lagi harus mengalah.

Pantas saja sedari bel pulang sekolah berbunyi, Angga terlihat buru-buru. Ternyata mereka ada janji untuk pulang bersama.

Rio mengurungkan niatnya untuk memberi helm pada Alice. Ia menghempas nafasnya berat, ada sesuatu yang harus Rio katakan.

"R...rio..?" Rio menoleh padanya dengan raut wajah yang tidak bisa Alice pastikan. Namun yang pasti Alice merasa tidak enak padanya.

"Angga yang nyuruh lo buat nunggu di sini?." Alice mengangguk dengan cepat.

Lagi, Rio menarik nafasnya kembali. "Dan dia nyuruh lo nungguin di tempat panas kaya gini?."

"Dia... cuma nyuruh saya buat tunggu disini.. sampai dia balik lagi." Mendengar jawaban Alice membuat Rio seakan hendak naik pitam. Kalau saja yang ada di hadapannya adalah Angga, sudah Rio pastikan ia akan habis.

"Dan lo nungguin Angga sampai sekarang??."

Dengan ragu Alice menjawab, "Y-ya..."

Lepas sudah rasa kesabaran Rio kali ini. Ia menggosokkan wajah nya dengan kedua telapak tangannya dengan kasar. Ia mengacak-acak rambutnya dan terlihat begitu muncul guratan emosi di setiap sorot tekuk wajah dan matanya.

"Lo ngga bisa nungguin Angga disini terus, Al.. sampai kapan?."

"Tapi...Angga nyuruh begitu."

Rio kesal pada Alice, ia begitu keras kepala dan nurut sekali pada orang lain yang baru dikenal. Tapi kenapa Alice juga tidak ikut nurut pada Rio, apa yang salah darinya.

"Alice, niat gue baik mau anterin lo balik."

"Tapi...."

"Ngga ada tapi tapi, buat kali ini aja. Please."

Dengan ragu Alice menerima kembali helm yang diberikan Rio, namun Rio sengaja langsung menyalakan mesin motornya agar Alice cepat naik.

"Udah selesai pake helm nya?"

Meski tak berbicara namun Rio mengetahui anggukan Alice. Rio pun menarik pedal gas motornya dan berlaju pulang.

Selama di perjalanan, yang Rio pikirkan adalah mengapa anak lugu ini mau menunggu Angga yang jelas jelas dia pulang bersama Tasya tadi. Dan yang tidak Rio habis pikir lagi, Angga lah yang menyuruh Alice menunggu.

Bayang & Angan🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang