Pelajaran bahasa inggris tadi sudah selesai dan sekarang pelajaran IPS. Di kelas 10 IPA 1 tepat nya kelas dimana Angga, Tasya dan Rio berada. Seorang guru piket datang ke kelas mereka dan memberikan surat izin mengatas namakan Angga Fernando disana.
"Si Angga kenapa si?" tanpa sadar Tasya bergumam dengan matanya yang lurus menghadap kertas berterakan nama Angga disana.
"Ooh dia di UKS? Gara-gara ribut itu ya? Tapi serius tadi itu keren banget, gue jadi iri"
"Iya, gue juga sama. Tapi kenapa sih mesti si cewek culun itu yang harus di tolongin? Ga pantes banget tau gak kalo dia yang nolongin cewek culun itu"
"Tau tuh cewek, cari muka banget" dahi Tasya mengerut. Ia mendengar percakapan dua teman di sebelahnya. Memang tidak disebutkan nama orang yang bersangkutan di atas, akan tetapi Tasya merasa apa yang ada di pikirannya itu adalah apa yang menurut nya benar. Bahwa orang itu adalah Angga.
Awalnya Tasya hendak menoleh dan menanyakan kepada teman nya yang lain mengenai siapa yang ada di UKS untuk memastikan, namun mendengar suara deheman dari seseorang di depan kelas akhirnya niat itu ia urungkan karena Pak Billy yang menyuruh kepada kedua teman Tasya tadi untuk tidak mengobrol disaat jam pelajaran sedang berlangsung.
Tasya mengeluh dan menyenderkan punggung nya di kepala kursi. "Lo tuh kenapa si, Ga?" Tasya bergumam sendiri, lagi-lagi.
***
Seperti renungannya sejak jam pelajaran tadi, Tasya akan bertemu dengan Angga di UKS seperti yang di katakan oleh teman sekelas nya tadi.
Tangannya meraih ransel lalu ia sampirkan di bahu kanan. Kaki hendak nya berjalan dengan sedikit tergesa-gesa, akan tetapi seolah ada yang menahan dirinya dengan memegang siku milik Tasya yang membuat dirinya spontan menoleh dan mendapati Rio.
"Lo buru-buru banget, mau kemana?" Tasya melirik kesana kemari untuk mencari jawaban, karena jika ia memberitahu kepada Rio mengenai rencana nya untuk menemukan Angga, maka ia yakinin seratus persen akan gagal. Melihat setiap kali respon Rio mengenai Angga tadi itu membuat dirinya untuk tidak membocorkan kepada siapa pun. Akhirnya Tasya tersenyum menampilkan senyuman khas miliknya.
"Maaf, gue mau ke toilet dulu soalnya kebelet, Yo. Gapapa, kan?" Rio melepaskan tangan dari siku Tasya. Kemudian ia mengangguk.
"Gue tunggu lo di parkiran ya" dengan itu kemudian Tasya tersenyum dan mengangguk. Dan hal ini bukan pertama kalinya Rio merasakan hal yang sama seperti dulu ketika ia melihat Tasya jika ia sedang tersenyum, dan Rio menyadari hal tersebut bahwa ia selalu suka dengan senyuman khas yang di miliki sahabatnya itu.
Namun, seketika ia menyadari sesuatu hal. Ia menyukai, namun mereka hanya sebatas sahabat. Dan lagi-lagi Rio mendengus kemudian ia tersenyum miring. Ia sangat miris karena menerima kenyataan bahwa sahabat nya ini menyukai temennya yang satu itu. "Gue gak ada apa-apanya dibanding Angga"
***
Gadis itu melangkah berjalan ke arah indra pendengarannya ketika di kelas tadi. Ya, Tasya menuju ruang UKS untuk memastikan siapa orang yang dimaksud. Dan tepat ketika ia sampai di depan pintu UKS, ia tidak menemukan siapa pun disana dan pintunya juga sudah di kunci. Tasya menghela nafas, ia berfikir untuk tidak pedulikan lagi, namun tidak bisa. Baru saja Tasya ingin pergi, ia mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal.
"Lo balik bareng gue ya, inget itu!"
Tasya menoleh dan spontan berlari ke arah asal suara tersebut dengan senyum sumringah, "Angga, akhirnya gue ketemu lo!"
Lalu memeluk Angga yang terkejut begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang & Angan🍃
Teen FictionAku, Bukanlah seorang perempuan yang memiliki segudang kekayaan, Bukanlah seorang perempuan yang memiliki segala nya, Bukanlah seorang perempuan yang di senangi banyak orang. Aku, Hanyalah seorang perempuan yang hidup sebatang kara, Tak memiliki...