00 ; Start

99 10 2
                                    

00 ; once upon a november.

Setelah melewati siang dengan panas yang menyengat, sore ini datang ditemani oleh hujan tanpa diketahui sebabnya. Tapi akhir-akhir ini si gadis sudah tahu kuncinya tentang hujan yang suka datang tiba-tiba ini.

Kalau siang harinya panas menyengat, biasanya di sore hari akan turun hujan.

Rintik hujan itu perlahan menciptakan embun di kaca jendela kamarnya, menghalangi pandangannya keluar. Biasanya sewaktu hujan akan ia gunakan untuk terlelap, berlayar menuju pulau yang seketika menghilang kala ia membuka matanya. Tidak memperdulikan datangnya. Namun, sekarang menonton tetesan air itu menghantam bumi lalu terkumpul jadi genangan terasa jauh lebih baik. Entah itu untuk menikmati atau membenci. Ia rasa kalau ia bisa melakukannya bersamaan.

Mungkin ada securah kenang yang menyamar jadi genang,

Mungkin ada pesan berisi rindu terselip di tiap alirannya,

Atau datang rasa nyaman bagi mereka yang menanti.

Setidaknya begitulah yang gadis itu kerap baca tentang hujan dari orang-orang. Walau kini hujan sudah punya arti tersendiri baginya. Bukan hal-hal indah yang suka dibicarakan orang lain. Arti sebuah hujan harus berubah menjadi sesuatu yang—tanpa ia sadari—benci. Perasaan itu mati-matian harus ia kendalikan menjadi sebuah sikap menerima dengan lapang dada.

Katanya, hujan punya banyak cerita. Milik Dia salah satunya.

"Airyn," panggil seseorang yang jelas gadis itu ketahui siapa, menembus pintu kamarnya yang tertutup rapat.

Tak ada balasan, kemudian terdengar pelan bunyi kenop pintu dibuka. "Irin, ayo. Dia nyariin kamu." Kata lelaki yang umurnya lebih tua dari gadis yang masih terpaku dihadapan jendela. Otaknya masih mencerna berkali-kali ucapan yang didengarnya barusan. Ia membalikkan badan, akhirnya menatap lelaki itu.

"Aku gak mau nanti—"

"Nggak akan, jangan mikir kemana-mana dulu. Ayo."

Lelaki yang tadi masih di ambang pintu kini sudah ada di hadapan gadis itu. Meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja setelah apa yang ia terima berhari-hari yang lalu.

Satu minggu lamanya Ia menanti, akhirnya binar mata itu kembali menatapnya. Meski pertanyaan tentang siapa diri gadis itu benar-benar bukan yang ia harapkan.

==========

A Rainbow for Your Rain
naelsa, 2018.

(edited: June 2021)

Galvin Nadip Aryuda"someone in somewhere, i've ever loved to

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galvin Nadip Aryuda
"someone in somewhere, i've ever loved to. She never came back, yet i'm still waiting. Because i only want to be forgiven."

Airyn Chivala Handita"It's not the rain, right? You have no right to blame it all to the rain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airyn Chivala Handita
"It's not the rain, right? You have no right to blame it all to the rain. But if so, then let me be the rainbow in your rain."

==========

Note :

Ha El!

Welcome to my second work! It wont go easy as this chapter. Setelah lama lama lamaa sekali, akhirnya anakku yang satu ini keluar juga dari draft. Silahkan komen yang rame karena kusuka keramaian. Bintang mah bonus ajalah.

Untuk visualisasi Airyn bebas, gambar cuma pemanis. Kalau ada saran siapa pemeran Airyn bisa drop disini, ya.

Buat yang baru nemuin cerita ini, hello! Ini baru awal, enjoy your stay. Have a good day and see you on another updates!

Tertanda,
E.

a rainbow for your rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang