01 ;

99 8 2
                                    

01—hotspot.

Kalau dibilang masa remaja merupakan masa paling berkesan dari fase-fase hidup manusia lainnya, sepertinya sudah banyak yang beranggapan begitu. Fase dimana manusia mencari jati diri, mencoba bermacam hal-hal baru, bermacam usaha yang dilakukan untuk mematahkan rasa takut, patah hati, nilai akademik yang jelek, dan lain-lain. Pokoknya YOLO atau You Only Live Once. Dan untuk menemaninya, ada pula teman. Entah itu yang katanya Real friends atau fake friends. Berada di masa transisi, remaja kerap melakukan hal-hal aneh namun terasa menyenangkan. Dan rasanya hal itu akan tampak aneh bila dilakukan saat menginjak dewasa—it's preferable.

Bagi gadis bersurai hitam panjang yang kini sedang melintasi tengah lapangan sekolahnya sambil diseret gadis surai hitam sebahu itu, menjadi remaja menyebalkan. Walau harus diakuinya kalau sebenarnya seru juga.

"Rinnnnn, cepetan jalannya. Bentar lagi jam 3 ini." Kata gadis surai sebahu itu, masih menarik tangan temannya.

"Iya, udah kurang cepet apa coba gue. Serasa titisan Flash gue!" kesal gadis yang ditarik itu. Surai sepanjang sikunya itu mulai terasa lepek oleh peluh yang muncul akibat olahraga mendadak ini. Sapuan angin yang tiba-tiba lewat memberikan rasa adem di kulitnya, dalam hati gadis itu bersyukur.

Kaki mereka terus berlari hingga sampai ke trotoar yang membatasi lingkungan sekolah dengan jalan raya, enggan mengurangi kecepatannya. Padahal saat itu kendaraan sedang ramai dan melaju dengan kencang. Sontak gadis bersurai panjang itu protes.

"Eh Vana, gue belum mau mati sekarang ya. Masih banyak impian gue yang belom tercapai. Jangan ajak-ajak gue plis." Ujarnya lalu menghentikan langkahnya paksa. Otomatis gadis yang dipanggil Vana ini ikut berhenti dan tertarik ke belakang karena tangan keduanya masih terkait.

"Iya juga ya. Gue juga masih mau ketemu sama Kak Win besok-besok. Mau maaf-an sama dia. Mau ketemu sama dia nanti, besok, dan hari-hari berikutnya." Cerocos gadis bernama Vana itu.

"Astaga, geli. Maafin dulu tuh Hezza, kasian." Cibir Airyn, gadis bersurai panjang tadi. Membawa ingatan Vana kepada seorang cowok yang identik dengan senyum manisnya—dan sempat menjadi daily moodboosternya. Alih-alih membalas, Vana malah menyeret temannya itu menyebrangi jalan yang ternyata sudah cukup sepi dari lalu lalang kendaraan.

"HEH, OTAKNYA DIMANA SIH ANDA INI SODARA KLIVANA!!!" amuk Airyn, walau ujung-ujungnya iya hanya mampu menuruti langkah temannya itu. Bagusnya Ia masih dibawa ke jalan yang benar, jadi ya ikuti saja lah.

==a rainbow for your rain==

Semua acara lari-larian tadi akhirnya berakhir di lingkungan sebuah kampus yang memang sebenarnya jadi tujuan mereka dari tadi. Sebuah universitas yang letaknya bersebrangan dengan sekolah mereka. Masa bodoh dengan tatapan aneh beberapa mahasiswa karena melihat dua gadis dengan seragam sekolah berkeliaran di lingkungan kampus, Vana punya urusan yang lebih penting disini.

Gadis dengan potongan rambut bob, namanya Klivana Phazaya Nirran. Dia lah sebenarnya yang memiliki kepentingan disini hingga harus menyeret paksa temannya untuk menemani. Pernah sekali ia sendirian kesini, yang ada malah ia digoda dengan mahasiswa disini saat berpapasan dengannya. Nampak diluar gadis itu cuek, padahal dalam hati dia sudah misuh. Karena Abangnya kuliah disini dan ia memiliki kepentingan dengannya, maka Vana harus menginjakkan kaki di kampus ini.

Gadis yang satu lagi—dengan surai panjangnya itu bernama Airyn Chivala Handita. Bisa dibilang korban disini. Dengan ancaman tidak boleh nebeng dengan Vana, ia dengan terpaksa menuruti kemauan temannya ini. Padahal sebenarnya bisa saja ia minta tolong dengan teman-temannya yang lain—yang sayangnya cowok dan Airyn tidak ingin memulai gossip-gosip murahan bertebaran.

a rainbow for your rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang