02 ;

78 4 0
                                    

02 – RUPANYA

Biasanya raut 3L—lemas,letih,dan lesu—milik para siswa akan konstan berubah menjadi ceria begitu bel pulang dikumandangkan. Apalagi untuk seorang Airyn yang mendengar soundtrack Upin-Ipin saja sudah tertawa, bel pulang juga mempunyai efek yang luar biasa dalam perubahan moodnya. Namun, sayangnya hari ini semua kesan yang ditimbulkan bel pulang sekolah nyaris tidak memberi dampak apapun pada gadis itu.

Kalau di hari-hari biasanya Airyn akan tahu pulang dengan siapa, kali ini, kalau kata Upin-Ipin, ia benar-benar mirip seperti anak ayam kehilangan induknya. Tadi saat Airyn baru keluar dari kelasnya, seperti biasa akan ada Vana menungguinya di depan kelas, duduk di kursi panjang yang disediakan. Tapi, Airyn merasakan satu hal yang janggal ketika melihat seorang lelaki tinggi yang berdiri tegap disamping kursi panjang yang diduduki temannya. Tatapan matanya saat menatap gadis itu yang tajam serta bibirnya yang terkatup rapat membuat niat Airyn untuk menarik tangan temannya menguap begitu saja.

"Oh, Rin," panggil Vana kala sadar orang yang ia tunggu telah datang. "Sini dulu. Ikut gue bentar." Lanjutnya sambil membawa Airyn menjauh dari pintu kelas. Dari pengamatan Airyn, jelas ada sesuatu yang tidak beres. Cara bicara Vana yang jauh lebih serius dari biasanya, belum lagi tatapan tajam yang diterimanya dari lelaki—yang ia tau adalah pacar Klivana yang bernama Win apalah itu mengekori langkah mereka. Untungnya tidak untuk waktu yang lama.

Setelah merasa cukup jauh dan aman, Vana mulai berbicara dengan pelan dan berharap temannya ini akan mengerti keadaannya dan tidak akan marah padanya nanti. Yaaa, walaupun dia tau kalau temannya ini bukan tipe manusia yang mudah marah kecuali untuk hal-hal yang sudah berada lewat dari ambang batas maklumnya.

"Ehm, Rin, hari ini gue gak bisa pulang sama lo. Kak Win abis ngedumel ke gue, dia kesel sama gue yang lebih suka pulang sama lo." Airyn diam sebentar, mencerna ucapan Vana. Tak lama setelahnya dia malah tertawa. "Ohhh, pantes tadi tuh ada dia! Hahaha!"

Klivana langsung lega sebab respon temannya sesuai dengan harapannya. Ia kemudian lanjut menceritakan bagaimana Kak Win sambat habis-habisan tentang 'percuma punya pacar, punya motor satria ganteng, tapi pulangnya sendirian juga' kepadanya. Hal itu malah sukses membuat tawa Airyn makin lepas, dan dia juga yakin siapapun yang mendegarkan kalimat itu juga akan memiliki reaksi yang sama dengan dirinya. Soalnya demi apapun dangdut parah.

"Yaudah gue mending pulang sekarang deh, ya. Hati-hati sayang. Tahan aja dulu, ini cuma sampe dia adem lagi kok." kata Vana lalu jalan berputar arah ke tempat kak Win menunggu. Baru berapa langkah, gadis itu berbalik ke Airyn lagi. "Nih, uang buat pulang ya, gue tau kok uang lo udah habis buat jajan. Gih cari kang ojek yang ganteng!" katanya sambil menyelipkan selembar uang sepuluh ribu di tangannya dan kali ini benar-benar balik ke kak Win.

What the flute... Klivana...?

Airyn memandangi selembar kertas merah keunguan itu. Antara senang dengan sedih, entahlah. Memang uang jajannya hanya bersisa lima ribu, tapi.... ah sudahlah. Otaknya kemudian memunculkan ide cemerlang nan menguntungkan. Dia mengambil ponsel dari kantong rok sekolah yang panjangnya hanya sampai atas dengkul kemudian menekan tombol panggil dari nomor yang sudah dipilihnya.

"Halo, Bang—" Ide Airyn adalah meminta supaya abangnya menjemput dia dan jadilah uang yang diberikan oleh Vana bisa disimpannya untuk membeli masker atau kuota.

Tapi mau sebagus dan serapi apapun rencana, saat tahap eksekusi belum tentu akan berjalan lancar seperti yang diharapkan.

"Apa dek? Abang lagi buru-buru dipanggil dosen, nih. Udah dulu ya." Potong suara diseberang sana yang terdengar sedang tergesa-gesa kemudian panggilan terputus. Gadis itu mendengus kesal.

a rainbow for your rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang