Thirty Five

627 70 3
                                    

"Ada apa?"

Dianne seketika tersadar dari lamunannya. Inspektur Andrew menatapnya dengan penuh tanda tanya. Dianne hanya menggeleng kemudian mengisyaratkan untuk melanjutkan penyelidikan bukti.

"Jujur, sebenarnya aku merasa terganggu dengan buku tabungan ini," kata Dianne sambil menunjuk ke foto buku tabungan.

Mereka memeriksa dengan seksama. Foto itu menunjukkan bahwa pemilik buku tabungan itu adalah Ayah Dianne, Harry Waterson.

"Bagaimana bisa buku tabungan milik Ayahmu ada di tempat itu?" tanya inspektur Andrew. Kini giliran ia yang bingung.

"Nah, aku juga tidak tau," jawab Dianne dengan sedikit emosi dalam nada bicaranya.

Tiba-tiba, terdengar suara ringtone dari HP Dianne. SMS masuk, pikirnya. Langsung di obrak-abrik saku celananya yang lumayan lebar itu. Yah, ia menggunakan celana training sehingga saku celananya menjadi sedikit lebih lebar. Setelah beberapa lama mencari HP-nya, akhirnya ia menemukan HP yang daritadi rupanya ia taruh di dalam tasnya.

Ia nyalakan HP tersebut dan melihat pesan yang masuk. Judul pesan itu adalah "Gawat". Karena ia pikir terjadi sesuatu di rumahnya, ia langsung membaca pesan itu dengan perasaan tidak karuan.

From: Jamie
To: Me

Hei, di mana kau?! Dosen hari ini datang lebih cepat karena nanti dia ada acara!

"What the hell, Man!" umpat Dianne setelah membaca pesan itu. Umpatan di pagi hari itu cukup membuat polisi lainnya menengok ke arah Dianne.

"Ada apa?! Apa ada sesuatu?!" tanya detektif Victor ikutan panik karena umpatan pagi hari itu.

"Ah, tidak. Cuma telat kelas hari ini," jawab Dianne lalu mengemasi barang-barangnya. Setelah membeli kopi kaleng di mesin minuman, Dianne pun meninggalkan kepolisian pusat.

Para polisi pun melanjutkan penyelidikan bukti. Mereka menyelidiki buku tabungan milik Ayah Dianne. Tanggal terakhir setoran tabungan itu adalah ketika ulang tahun Dianne yang ke-10. Sudah 9 tahun yang lalu nasabah tidak aktif melakukan setoran, tarikan tunai, ataupun transfer. Yang membuat mereka merasa janggal adalah, kenapa buku tabungan milik Ayah Dianne bisa ada pada orang yang mereka curigai sebagai tersangka?

Kondisi buku tabungan itu juga masih bagus, walaupun ada sedikit lecek pada halaman pertama. Apakah orang yang mereka curigai itu mencurinya dari rumah lama Dianne? Tapi bagaimana bisa ia tahu rumah lama Dianne dan tempat Ayah Dianne menyimpan buku tabungan itu?

Apa hubungan orang itu dengan Ayah Dianne?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala mereka. Agar tidak lupa, detektif Cloe mencatat apa-apa saja yang mereka tanyakan di benak mereka.

"Tapi kalau hanya dengan foto-foto ini, kita tidak akan bisa mengambil bukti lebih banyak," keluh detektif Cloe.

"Kita membutuhkan barang-barang yang ada di foto ini," lanjut detektif Victor.

Mendengar keluhan bawahannya, inspektur Andrew hanya bisa berpikir. Ia mencoba mencari solusi dari keluhan bawahannya.

"Lebih baik, kita cari tau kenapa Ayah Dianne berhenti melakukan transaksi di Bank pada ulang tahun anaknya yang ke-10," kata inspektur Andrew. "Apakah ada insiden yang menyebabkan Ayahnya berhenti bertransaksi di Bank?"

Pertanyaan itu terasa seperti kilat yang melintasi otak mereka. Aliran listrik terasa membuat otak mereka berpikir lebih maju.

"Sepertinya, kita harus bekerja sama dengan polantas (polisi lalu lintas), ya?" gumam detektif Victor.

"Baiklah kalau begitu. Cloe, datangi divisi lalu lintas untuk meminjam file bulan September tahun 2013. Dan Victor,

"Buntuti Dianne untuk mencegahnya melakukan hal yang aneh-aneh," perintah inspektur Andrew. "Yang lainnya, tetap melakukan identifikasi bukti."

"Siap!" seru para detektif polisi dengan semangat.

Mereka pun pergi melakukan tugasnya masing-masing. Inspektur Andrew pun kembali ke ruangannya untuk menangani beberapa kasus lain yang berdatangan. Siapa tahu, ada yang berhubungan dengan kasus utama mereka.

***

"Permisi, saya dari divisi tindak kriminal dan pembunuhan," kata detektif Cloe memperkenalkan diri. "Apakah saya boleh masuk?"

"Oh, silahkan," kata seorang polisi lalu lintas. "Ada perlu apa?"

"Kami ingin meminjam file bulan September tahun 2003," jawab detektif Cloe.

"Untuk apa? File-file insiden adalah rahasia publik. Kau tau, kan?" kata polisi lalu lintas itu. Sepertinya ia berniat untuk tidak mengizinkan divisi lain meminjam file-file yang ada.

"Kau tau kasus pembunuhan berantai yang abstrak itu? Salah satu bukti yang kami temukan membutuhkan file itu untuk dipecahkan misterinya," jelas detektif Cloe.

"Mungkin aku akan meminjamkannya kalau bukan kau yang meminjam," kata polisi itu dengan ketus.

'Apa- dendam pribadi?!' pekik detektif Cloe dalam hati.

Tiba-tiba, muncul seorang polwan dari balik polisi itu kemudian menepuk bahu polisi itu dengan keras. Tampangnya sangat tegas, lebih tepatnya menyeramkan. "Jangan kau sangkutkan dendam pribadi dengan tugas. Tiap divisi pasti membutuhkan bantuan dari divisi lain. Baik berupa materi atau jasa. Kau tidak bisa menolak permintaannya hanya karena dendam pribadi."

Setelah mendengar omelan dari polwan rekannya, polisi itu langsung mengambilkan file yang ingin dipinjam divisi tindak kriminal dan pembunuhan. Detektif Cloe sangat berterima kasih kepada polwan itu. Di luar dugaan, ternyata polwan itu sangat easy going dan hanya galak ketika dibutuhkan.

Detektif Cloe yang sangat ingin tahu isi file tersebut iseng membukanya. Ketika melihat halaman awal file itu, ia sangat terkejut melihat Dianne dengan janggut dan kumis. Setelah menjalankan logikanya, ia pun paham kalau itu adalah Ayah Dianne.

'Wajah mereka memang mirip,' batin detektif Cloe. 'Tapi, Ayahnya berambut brunette. Darimana rambut hitam milik Dianne itu?'

Ia pun menutup file itu karena ada orang lain di dekatnya. Berusaha untuk tidak mencari masalah dengan divisi lalu lintas. Detektif Cloe pun kembali ke ruangan divisi tindak kriminal dan pembunuhan.

'Kecelakaan di London Bridge? Entah kenapa aku merasa aneh ....'


























Bersambung ...

The Sadness: Fake Person [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang