Encounter

45.5K 2.3K 926
                                    

Malam terus menyapa, waktu juga hampir menunjukkan dini hari namun lelaki dengan setelan jas mahalnya masih bergegas memasuki gedung bertingkat belasan tersebut dengan tergesa seakan tak ada hari esok untuk dia temui. Sepatu pantofel mahal nya mengetuk lantai dengan nyaring memasuki lift, menekan tombol berangka 7 dengan terburu-buru dan menunggu dengan wajah gusar tapi tak menghilangkan ketampanannya.

Ting

Pintu lift terbuka perlahan, dengan segara lelaki tersebut berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun, tujuannya hanya satu yaitu pintu berwarna coklat tua bernomorkan 233. Dengan perlahan ia membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya tak lupa melepas sepatu yang sedari tadi membungkus kakinya. Ia berjalan terus ke dalam dan menemukan pintu bercat coklat yang lebih muda dari pintu depan dan membukanya perlahan, berharap tak membangunkan yang ada di dalam.

"Mark-"

Ya, lelaki itu bernama Mark, Mark Lee. Tampan, kaya, dan tentunya masih muda, berusia 27. Direktur utama di Lee Company, bergerak dibidang perhotelan mewah yang tersebar di seluruh Korea Selatan, juga dibidang fashion dengan mengepakkan sayapnya di USA dan tentunya Korea Selatan sendiri. Benar-benar penuh percikan harta.

"Dari mana? Apa kau terbangun?" Mark menghampiri pemuda yang memanggilnya tadi dengan segera.

"Aku mengambil air di dapur dan yah aku belum tidur" Pemuda bersurai gelap itu menundukkan kepalanya, ada gurat lelah di wajah seputih porselen miliknya.

"Maafkan aku, aku tau kau menungguku. Aku bahkan sudah memintamu untuk tidur lebih dahulu, tapi kau selalu keras kepala." Mark berkata dengan mengusap pipi pemuda yang lebih pendek darinya dengan pelan.

"Iya aku tau, tapi aku tidak bisa. Aku selalu terbayang apakah kau sudah selesai disana? Apakah kau sudah makan, apakah kau sudah membersihkan dirimu, dan banyak lagi 'apakah-apakah' yang lain. Aku benar-benar memikirkanmu"

Terdengar tawa kecil Mark, "Astaga Renjun, aku sudah berkata padamu untuk tidak mengkhawatirkanku, tapi kau terlalu keras kepala. Kalau begini aku jadi ingin memelukmu. Kemari aku akan memelukmu" Mark merentangkan kedua tangannya, menunggu sambutan kedua lengan milik Renjun.

Renjun memeluknya erat di pinggang dan menyenderkan kepalanya tepat di pundak kanan Mark membuat yang dipeluk merasakan nyaman dan tenang diwaktu yang bersamaan.

"Kau selalu berkata padaku untuk pulang lebih awal, tapi kau selalu bertindak sebaliknya. Aku benci itu" Renjun melepaskan pelukannya dan menatap Mark dengan pandangan sedikit kecewa.

"Renjun, kita sudah sering membahasnya bukan? Aku memiliki pekerjaan lebih akhir-akhir ini, apalagi pembukaan cabang di Chicago seminggu lagi, itu benar-benar menyita waktuku. Kumohon mengertilah Renjun" Mark berkata dengan pelan berharap Renjun mau memahaminya, sungguh apa yang dikatakan Mark memang benar adanya. Pembukaan cabang sebentar lagi jadi sudah dipastikan tak ada waktu untuk berleha bagi seorang Direktur muda seperti Mark ini.

Renjun menghela nafas pelan, dia sudah tahu alasan yang akan Mark katakan tapi, "Baiklah aku mengerti" dia hanya berusaha tetap tenang.

Mark tersenyum cerah, mendekatkan dirinya kearah Renjun dan menciumnya tepat di dahi, lama, sangat lama, bahkan sampai Renjun membuka mata dan bergerak sedikit gelisah. Mark menjauhkan kepalanya dan kembali menatap Renjun yang sudah lebih dulu menatapnya.

You are Mine ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang