Conclusion

11.8K 1.2K 202
                                    

Kasih tau aku buat lanjutin atau udahin ini ff?

😢😢😢😢😢











.
.
.

Matahari menampakkan cahayanya, menerangi mulai dari ujung Timur sampai Barat juga keseluruh penjuru Utara dan Selatan Seoul. Lelaki bermata moomin itu masih setia memeluk guling dengan nyamannya.

Suara nyaring ponsel mengganggu waktu tidur berharganya, oh ayolah~ dia tidak tidur 3 hari ini karena menyiapkan keperluan caffe yang mulai kembali ramai.

Renjun meraba disekitar nakas sebelah tempat tidurnya dan segera mengambil ponsel hitamnya, tanpa melihat ID Caller dia menggeser tombol hijau ke kanan dan menempelkan persegi canggih itu ke telinga kanannya.

"Halo? Renjun?" Seketika matanya terbelalak lebar dan menarik ponselnya untuk sekedar mengecek siapa penelepon ini.

'Astaga eomma! Matilah aku.' -Renjun

"Ah iya eomma? Ada apa?"

"Bisakah siang nanti ke rumah sebentar? Ada yang ingin eomma bicarakan padamu"

"Siang nanti? Iya eomma, akan Renjun usahakan"

"Baiklah. Xie xie Renjunie~"

"Ye eomma"

Beep

Setelah sambungan terputus Renjun mengusap wajahnya kasar, dia merasa ada hal penting yang akan eommanya bicarakan dan itu menyangkut masa depannya dan Mark tentu saja. Astaga Renjun lelah, ingin sekali rasanya dia menangis karena hal ini.

.

.

Mark berjalan pelan menuju sebuah apartement sederhana di daerah Gangnam, walau sederhana tapi apartement ini bisa diisi lebih dari 6 orang, terbayangkan bagaimana luasnya apartement ini.

Mark menekan bel dengan sabar, berharap yang dia temui sudah bersiap dan segera pergi. Dalam hitungan detik lelaki manis muncul dari balik pintu dan tersenyum amat manisnya.

"Morning~ sudah siap?"

"Sudah, tapi tunggu aku ambil tas dulu" Setelahnya Haechan masuk ke dalam mengambil tas miliknya.

Di dalam mobil Mark dan Haechan kembali diam, hening tanpa suara. Mark fokus dengan jalanan sedangkan Haechan entah fokus apa.

"Kau ada rapat siang nanti?" Mark bertanya saat traffic light berubah merah.

"Tidak, hari ini cukup santai"

"Apa kau ada janji makan siang?"

"Tidak juga sih. Apa kau mau mengajakku makan siang?" Tanya Haechan antusias dengan mata menyipit lucu, ditambah pipi bulatnya yang terangkat sempurna. Membuat Mark gemas dan mengusak rambutnya pelan menggunakan tangannya yang bebas.

"Yaishhh kau merusak tatanan rambutku, Mark"

"Tak apa, kau tetap cantik walau tanpa rambut sekalipun"

You are Mine ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang