Para pangeran Papan Langit sedang mengadakan pesta perjamuan makan dan minum di Kerajaan Angin-Angin. Kerajaan Angin-Angin merupakan salah satu kerajaan yang berada di sana. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan mempunyai seorang putra mahkota yang sangat tampan bila dibandingkan dengan para pangeran dari kerajaan lain di Papan Langit. Saat acara pesta perjamuan berlangsung mereka mendengar suara bergemuruh dari Telaga Cermin.
"Kalian dengar suara itu? Itu pertanda ada gadis bumi yang cantiknya seperti bidadari di sini. Tidakkah diantara kalian ada yang ingin melihat wajahnya di telaga?" tanya salah seorang pangeran yang dituakan di sana.
"Sebenarnya aku ingin melihatnya. Tapi seperti kejadian-kejadian sebelumnya, pasti para bidadari yang menjaga telaga akan segera menutupinya dengan selendang mereka," jawab salah seorang pangeran dengan nada kesal.
"Para bidadari itu tidak ingin kita-kita di sini beristerikan gadis-gadis bumi yang cantik," berkata pangeran yang lain.
"Tapi suara kali ini tidak seperti biasanya. Ini lebih dahsyat. Sepertinya gadis bumi itu sangat cantik. Bisa jadi melebihi kecantikan para bidadari Papan Langit," kata pangeran yang dituakan.
"Kalau begitu biar aku saja yang melihat ke telaga," kata Pangeran Muda dari Kerajaan Angin-Angin, "aku ingin sekali pergi ke bumi dan mendapatkan gadis cantik itu."
Berkatalah para pangeran lain mengomentari keinginan Pangeran Muda dari Kerajaan Angin-Angin.
"Silakan saja kalau engkau berkeinginan pergi ke telaga."
"Engkau pasti akan dibuat kecewa dengan ulah para bidadari di telaga."
"Benar! Aku yang sudah beberapa kali melihat ke telaga selalu saja kecewa. Mereka telah menutupi telaga dengan selendang-selendangnya."
Tanpa menghiraukan perkataan dari para pangeran lainnya, Pangeran Muda Kerajaan Angin-Angin segera pergi meninggalkan acara perjamuan. Dia segera memacu kudanya menuju Telaga Cermin. Suara dari telaga masih terdengar bergemuruh. Bahkan semakin menggelegar suaranya.
"Benar, suara itu ... tidak seperti biasanya. Telaga Cermin bergejolak begitu rupa hingga menggelegar suaranya. Seberapa cantiknyakah gadis bumi itu?" kata Pangeran Muda penasaran. Dia mempercepat laju kudanya agar bisa segera melihat bayangan wajah gadis bumi itu.
"Sepertinya hanya aku satu-satunya pangeran yang datang ke sini," kata Sang Pangeran Muda ketika menghentikan kudanya agak jauh dari telaga.
Dia turun dari kudanya dan berjalan mengendap-endap mendekati telaga. Dilihatnya para bidadari sedang asyik mandi dan tidak mengetahui kedatangannya.
"Telaga itu ... mengapa para bidadari tidak menutupi dengan selendangnya?"
Pada saat itu banyak bidadari yang sedang mandi dan berendam di Telaga Cermin. Mereka bersenda gurau, bermain, berenang dan berlarian di air sepuasnya hingga tidak menyadari keadaan air telaga. Pangeran Muda memperhatikan keadaan telaga yang semakin bergejolak airnya, tetapi tidak disadari oleh para bidadari di sana.
"Para bidadari itu benar-benar tidak menyadari keadaan air telaga. Mungkin mereka mengira air yang bergejolak itu karena akibat mereka bermain-main air seenaknya di telaga. Ini kesempatan dan mungkin sudah jodoh buatku ...."
Perlahan-lahan air di tengah telaga menjadi tenang dan muncul bayangan wajah cantik gadis bumi di permukaannya. Para bidadari terkejut dengan kejadian itu dan memperhatikan ke sekeliling telaga.
"Ada Pangeran Muda di sana! Dia melihat ke telaga. Cepat bentangkan selendang kalian!" teriak salah satu bidadari ketika menyadari kehadiran sosok lelaki di balik bebatuan di tepi telaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Suli Dewi Kupu-Kupu (The Butterfly Goddess)
RandomMitos tentang Dewi Suli ... seorang gadis bumi yang memiliki kecantikan melebihi kecantikan para bidadari sehingga dapat memudarkan warna pelangi dan menggetarkan Telaga Cermin yang berada di Negeri Papan Langit. Gadis itu menarik perhatian seorang...