Up dateMereka bertiga menyusuri jalan sambil menikmati indahnya pemandangam alam Desa Kenongo hingga tiba di rumah orang tua Dewi Suli.
"Ini rumah orang tuaku, Jaka. Dan mereka itu ayah ibuku," Dewi Suli menjelaskan pada Jaka.
"Ayah dan Ibu Dewi Suli, perkenalkan, namaku Jaka Angin-Angin dari lereng Pegunungan Dieng. Aku datang bermaksud meminang putrimu," kata Jaka menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke rumah orang tua Dewi Suli.
"Sepertinya kalian berdua sudah saling kenal dan saling mencintai. Tapi aku belum bisa menerima pinanganmu, Jaka," kata Ayah Dewi Suli.
"Apa yang engkau minta padaku, Ayah Dewi Suli, agar engkau menerima pinanganku ini?" tanya Jaka Angin-Angin.
"Aku tidak meminta apa-apa darimu, Jaka. Aku hanya ingin memastikan kebaikan dan ketulusan hatimu sebelum engkau meminang anakku," jawab ayah Dewi Suli.
"Mengapa, Ayah? Kurang apa dia? Dia pemuda yang baik dan telah menolongku. Bagaimana ayah akan memastikan itu semua?" Dewi Suli terkejut dengan jawaban ayahnya.
"Ada hal-hal yang tidak mungkin kukatakan sekarang anakku. Biarlah ini berjalan apa adanya seperti ini. Sampai aku memutuskan menerima lamarannya," kata ayahnya.
"Benar apa yang dikatakan Ayahmu, Dewi." Jaka Angin-Angin menyetujui syarat yang diberikan Ayah Dewi Suli. Mereka berteman dan saling mengenal satu sama lain untuk beberapa lamanya.
Setelah pertemuan itu Jaka sering berkunjung ke Desa Kenongo menemui pujaan hatinya. Mereka bercengkerama saling mengungkapkan perasaan hatinya dan merencanakan masa depan mereka. Dan Jaka Angin-Angin sudah dikenal luas oleh penduduk Desa Kenongo sebagai calon suami Dewi Suli. Hingga suatu malam ayah Dewi Suli menemui anaknya yang sedang duduk sendiri di depan rumah.
"Suli, Anakku. Setelah sekian lama aku tidak menjumpai sifat buruk pada diri Jaka. Aku memutuskan untuk menerima pinangannya untukmu."
"Terimakasih, Ayah. Ayah telah mempercayai Jaka sebagai calon suamiku."
"Tapi ayah mempunyai firasat lain tentang siapa jati diri Jaka sebenarnya. Ayah merasa engkau akan pergi jauh meninggalkan ayah ibumu di bumi setelah pernikahanmu kelak."
"Ayah dan ibu tidak usah khawatir. Setelah pernikahanku kelak aku tetap akan selalu mengunjungi kalian berdua. Aku berjanji padamu, Ayah," kata Dewi Suli sambil memeluk ayahnya. Tidak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
Tiba hari yang telah ditentukan. Penduduk Desa Kenongo di sibukkan dengan acara pernikahan Dewi Suli. Penduduk desa laki-laki bergotong-royong mempersiapkan tempat dan menghias jalan menuju rumah Dewi Suli. Sedangkan penduduk desa wanita bergotong-royong mempersiapkan dan memasak untuk hidangan pestanya.
Sesaat kemudian rombongan Jaka Angin-Angin tiba di Desa Kenongo. Mereka disambut gembira oleh orang tua Dewi Suli dan penduduk desa. Pesta pernikahan berlangsung meriah. Semua penduduk Desa Kenongo larut dalam suasana gembira. Mereka menikmati hidangan yang ada di sana.
Selesai acara pesta pernikahannya Dewi Suli di boyong ke Dieng dan tinggal di sana bersama keluarga suaminya, Jaka Angin-Angin, yang tiada lain adalah Sang Pangeran Muda beserta prajurit dan dayang-dayang istana Kerajaan Angin-Angin dari Papan Langit. Mereka menempati sebuah rumah sederhana di lereng Pegunungan Dieng.
"Inilah rumah orang tuaku, Dewi. Kami tinggal di lereng yang sunyi ini. Semoga kamu betah hidup di tempat seperti ini," kata Jaka.
"Tidak apa-apa, Jaka. Aku merasa bahagia dapat hidup bersamamu, apa adanya dirimu dan di manapun kamu berada." Senyuman Dewi Suli menghiasi wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Suli Dewi Kupu-Kupu (The Butterfly Goddess)
RandomMitos tentang Dewi Suli ... seorang gadis bumi yang memiliki kecantikan melebihi kecantikan para bidadari sehingga dapat memudarkan warna pelangi dan menggetarkan Telaga Cermin yang berada di Negeri Papan Langit. Gadis itu menarik perhatian seorang...