Pemuda Desa dari Dieng

97 4 0
                                    

Teman-teman Dewi Suli berusaha menghalang-halangi prajurit itu agar tidak mengejar Dewi Suli. Tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan apapun sehingga dapat dengan mudah dilumpuhkan. Sang prajurit segera mengejar Dewi Suli yang berlari bersama salah seorang teman lainnya. Karena panik Dewi Suli tidak menyadari telah berlari keluar menjauhi desanya.

"Sepertinya kita salah arah, Dewi. Kita semakin jauh dari desa dan tidak mungkin kembali lagi ke sana."

"Kita bersembunyi saja. Aku sudah tidak kuat untuk berlari lagi," kata Dewi Suli berlari menuju semak-semak di ikuti oleh temannya. Tapi terlambat, prajurit itu sudah begitu dekat dan mengetahui tempat persembunyian Dewi Suli.

"Cukup! Jangan mempermainkan aku lagi. Keluarlah dan ikut denganku!" kata prajurit berdiri di dekat semak-semak tempat persembunyian Dewi Suli.

Dewi Suli dan temannya semakin panik dan mencoba berlari lagi. Tapi prajurit itu dengan cepat dapat menangkap tangan Dewi Suli. Mereka tidak bisa berlari menghindar lagi. Terjadi tarik menarik diantara keduanya. Menyadari keadaan ini, teman Dewi Suli berteriak minta pertolongan.

"Percuma saja kalian berteriak minta tolong tidak akan ada yang mendengar teriakanmu. Tempat ini jauh dari desa dan tidak ada orang di sekitar sini," kata prajurit.

Sementara itu Sang Ksatria yang sedang memacu kudanya ke arah desa, sayup-sayup mendengar teriakan itu.

"Seorang wanita berteriak minta tolong. Mungkin gadis itu telah ditemukan dan dipaksa untuk ikut dengannya. Aku harus mencegahnya sebelum terlambat." Dia berusaha mempercepat laju kuda tunggangannya.

"Suara itu semakin dekat. Aku harus meninggalkan kudaku di sini supaya tidak terjadi kecurigaan pada mereka," kata Sang Ksatria sambil melompat dari punggung kudanya.

Dia meninggalkan kudanya dan berlari secepat kilat menuju asal suara teriakan tersebut. Sang Ksatria tiba beberapa puluh langkah dari tempat Dewi Suli dan bersembunyi dibalik rimbunnya semak belukar. Dia mengamati kejadian yang sedang menimpa Dewi Suli.

"Itu prajurit dari Papan Langit. Dia memaksa seorang gadis untuk ikut bersamanya. Mungkin dia gadis yang wajahnya muncul di Telaga Cermin. Aku akan mencegah prajurit itu," kata Sang Ksatria bersiap menerjang prajurit dari Papan Langit. Tapi dia mengurungkan niatnya itu.

"Pakaianku ini mungkin dapat menimbulkan kecurigaan bagi gadis itu. Sebaiknya aku melepas atribut pakaian kebesaranku ini."

Kini Sang Ksatria telah berganti pakaian seperti pakaian pemuda desa setempat.
Dia segera keluar dari tempat persembunyiannya sambil membawa potongan kayu. Dilemparkannya kayu itu tepat mengenai tangan sang prajurit Papan Langit. Begitu kerasnya kayu itu menghantam tangannya hingga prajurit itu melepaskan cengkramannya  pada tangan Dewi Suli.

"Hentikan! Jangan kau paksa gadis itu untuk ikut denganmu, Prajurit!" teriak Sang Ksatria dalam samaran seorang pemuda desa.

Prajurit itu menoleh ke arah suara. Dilihatnya seorang pemuda desa berwajah tampan dan berperawakan sedang. Dia berdiri tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Dewi Suli dan temannya pun dibuat terkesima dengan pemandangan di depan matanya.

"Siapakah pemuda tampan itu? Apakah dia juga dari Papan Langit yang akan memperebutkan diriku juga?" tanya Dewi Suli pada temannya.

"Sepertinya bukan, Dewi. Dia seperti kebanyakan pemuda desa di sekitar sini. Tetapi wajahnya begitu tampan. Semoga dia berniat menolong kita," jawab temannya.

Sang prajurit tidak menyadari kalau pemuda desa itu adalah seorang pangeran dari salah satu kerajaan di Papan Langit. Dia hanya mengganggap bahwa pemuda desa itu telah mengganggu dan akan menggagalkan tugas yang diberikan oleh junjungannya.

Dewi Suli Dewi Kupu-Kupu (The Butterfly Goddess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang