Papan Langit

147 9 2
                                    


Papan Langit adalah sebuah negeri yang berada di atas awan dan mempunyai pemandangan yang amat indah. Sebuah negeri tempat bermukimnya anak keturunan para dewa hasil perkawinan dengan penduduk bumi Nusantara. Di negeri itu para wanitanya terkenal mempunyai paras yang cantik jelita secara alami dan mempunyai bentuk tubuh proporsional sempurna. Sedangkan lelakinya berpostur tinggi tegap dan berwajah tampan.

Dari bumi, Papan Langit merupakan lembaran awan putih tebal yang terbentang di atas cakrawala. Papan Langit itu seperti fatamorgana di langit. Karena akan tampak dari arah manapun di belahan bumi Nusantara ini dan terlihat sangat dekat.

Papan Langit mempunyai satu pintu gerbang dua dimensi yang menghubungkan wilayahnya dengan bumi Nusantara yang disebut Lawang Alus. Lawang Alus berupa awan hologram putih yang tidak pernah berpindah tempat dan berada tepat di atas Pegunungan Dieng. Lawang Alus akan memudar warnanya ketika bulan baru dan akan semakin terang warnanya ketika malam puncak purnama.

Melalui Lawang Alus itulah para penduduk Papan Langit turun ke bumi Nusantara. Mereka kebanyakan para wanitanya. Dan Pegunungan Dieng merupakan tempat tujuan utama bagi mereka karena kesejukan dan keindahan alamnya mirip dengan negeri mereka. Orang-orang yang bermukim di dataran tinggi Dieng sering menjumpai kehadiran para wanita dari Papan Langit tersebut. Karena kecantikan dan kelebihan fisik yang dimilikinya, penduduk Dieng memberi nama bidadari pada mereka.

Ada sebuah danau atau telaga yang menjadi tempat favorit bagi para bidadari ketika turun ke Pegunungan Dieng. Selain pemandangan alam yang indah di sekitar telaga, air telaga itu juga sangat jernih dan terasa sejuk. Banyak bidadari yang hilir mudik menuju telaga tersebut untuk mandi ataupun sekedar berendam sambil bermain air. Mereka masih memakai selendang warnanya ketika berendam di sana. Sehingga air telaga yang semula jernih itupun berubah warnanya sesuai dengan warna selendang yang dipakai oleh para bidadari. Telaga itu di kemudian hari terkenal dengan nama Telaga Warna.

Kecantikan para bidadari itu benar-benar tidak tertandingi oleh kecantikan gadis-gadis bumi Nusantara pada umumnya. Tapi ada kalanya seorang gadis bumi dianugerahi wajah cantik jelita bak bidadari Papan Langit. Kecantikan wajah gadis bumi itu memancarkan getaran-getaran yang dapat ditangkap oleh Telaga Cermin di Papan Langit. Telaga Cermin adalah satu-satunya telaga di Papan Langit tempat mandi para bidadari. Telaga Cermin selalu dijaga oleh para bidadari sepanjang hari, siang dan malam.

Tetapi kecantikan dan kemolekan yang terpancar dari wajah gadis bumi tersebut akan membuat air Telaga Cermin semakin bergejolak dan menimbulkan suara bergemuruh. Hal itu membuat hati para bidadari yang menjaga Telaga Cermin menjadi resah. Mereka bertanya-tanya apakah benar ada gadis bumi yang cantiknya seperti para bidadari di Papan Langit.

Para bidadari tidak ingin para Pangeran di Papan Langit mendengar suara itu dan melihat wajah cantik gadis bumi di air Telaga Cermin. Mereka segera membentangkan selendangnya yang berwarna-warni untuk menutupi Telaga Cermin agar wajah cantik gadis bumi di air Telaga Cermin itu tidak terlihat oleh para Pangeran.

Percikan air jernih dari Telaga Cermin pun berjatuhan ke bumi dan memantulkan bayangan dari selendang para bidadari. Pantulan bayangan itu membentuk paduan garis-garis warna yang indah di langit. Dan penduduk bumi menyebutnya sebagai pelangi.

Telaga Cermin di Papan Langit akan selalu menangkap getaran-getaran wajah cantik dari gadis bumi di Nusantara selama gadis itu belum melepas masa lajangnya. Dan para bidadari selalu membentangkan selendang-selendangnya untuk menutupinya. Sehingga secara berulang akan tampak garis-garis warna pelangi yang indah di langit. Hal ini menjadi pertanda bahwa ada gadis bumi yang cantik seperti bidadari tapi belum memperoleh jodohnya.

*****

Dewi Suli Dewi Kupu-Kupu (The Butterfly Goddess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang