Rindu pada Ayah

86 4 0
                                    


Pangeran Muda pulang kembali ke Papan Langit dengan membawa seorang gadis bumi sebagai permaisurinya disambut gembira oleh seluruh rakyat Kerajaan Angin-Angin.

Tidak berselang lama kemudian Pangeran Muda Kerajaan Angin-Angin melangsungkan pesta perjamuan pernikahannya dengan Dewi Suli di Papan Langit. Pesta itu berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam. Semua pangeran datang memberi restu dan memberikan doa-doa terbaiknya. Dan berkata-katalah para pangeran ...

"Pangeran Muda, engkau sungguh beruntung mendapatkan gadis bumi itu. Kecantikannya bagaikan bidadari di negeri ini."

"Benar, Pangeran. Semoga permaisuri kerasan tinggal di sini."

"Semoga pangeran cepat mendapatkan keturunan."

"Pangeran Muda ... mengapa waktu itu engkau berbohong pada para pangeran di sini tentang gadis bumi itu? Kami sebenarnya juga ingin mendapatkan gadis itu." Pangeran Biru menatap tajam Pangeran Muda.

"Aku sebenarnya tidak berbohong. Hanya aku yang datang ke Telaga Cermin. Maka akulah yang paling berhak mencari gadis bumi itu. Dan telah menjadi keberuntunganku dapat melihat wajahnya di telaga," jawab Pangeran Muda.

"Tapi ... setidaknya engkau bisa mengatakan telah melihat gadis bumi itu dan akan pergi mencarinya." Pangeran Biru belum puas mendengar jawaban itu.

"Dan engkau, Pangeran Biru, akan berusaha untuk mendapatkan gadis itu lebih dulu dari aku, bukan?"

"Bukan begitu ... aku hanya ingin memberi semangat padamu," Pangeran Biru terkejut mendapat pertanyaan itu. Dia merasa salah tingkah di hadapan Pangeran Muda Kerajaan Angin-Angin.

"Pangeran Muda curiga padaku. Sebaiknya aku menghindar dulu," kata Pangeran Biru dalam hati dan bergegas pergi meninggalkannya.

"Kalau begitu, selamat buatmu, Pangeran. Semoga kalian berbahagia."

"Sepertinya Pangeran Biru yang telah mengutus prajurit itu untuk mendahuluiku," kata Pangeran Muda dalam hati.

Pangeran Muda kembali bergembira menikmati suasana pesta perjamuan bersama dengan para pangeran Papan Langit. Mereka menikmati hidangan makanan dan minuman yang telah di sediakan. Perjamuan pernikahan yang meriah dan diliputi suasana gembira tidak dapat dirasakan sepenuhnya oleh sang permaisuri, Dewi Suli.

Semenjak kepindahannya ke Papan Langit, Sang Dewi di hantui perasaan bersalah pada kedua orang tuanya karena telah meninggalkannya. Mengetahui keadaan ini Pangeran Muda berusaha menghibur isterinya.

"Mengapa Dinda Dewi bersedih setelah pindah ke sini? Bukankah Kerajaan Angin-Angin di Papan Langit ini juga menjadi rumahmu sekarang?"

"Memang benar, Kanda Pangeran. Tapi di sini aku jauh dari ayah dan ibuku. Aku merasa kasihan pada mereka. Aku tidak bisa menemani dan merawat mereka di hari tuanya." Dewi Suli menitikkan air mata teringat pada kedua orang tuanya.

"Jangan bersedih, Permaisuriku. Suatu saat kita masih bisa pergi ke bumi untuk mengunjungi kedua orang tuamu," janji Sang Pangeran Muda.

"Bukankah penduduk bumi yang sudah tinggal di sini tidak bisa pergi melewati pintu gerbang  itu lagi? Bagaimana aku bisa menengok mereka nantinya, Kanda?"

"Jika Dinda Dewi pergi bersamaku atau dengan penduduk langit lainnya, Dinda bisa melewati pintu gerbang itu."

Dewi Suli merasa lega mendengar penjelasan Sang Pangeran. Ada sedikit harapan baginya untuk pulang ke bumi menengok dan mengobati rasa rindunya pada kedua orang tuanya. Wajah Dewi Suli kembali cerah ceria. Sorot matanya berbinar-binar. Dia dapat bergembira kembali menikmati pesta perjamuan pernikahannya. Senyum dan tawa lepasnya selalu menghiasi wajah cantik jelitanya. Dan tidak ada seorang bidadari Papan Langit pun yang dapat menandingi kecantikan sang permaisuri Kerajaan Angin-Angin tersebut.

Dewi Suli Dewi Kupu-Kupu (The Butterfly Goddess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang