Jeon Jungkook dikelilingi banyak orang hebat dan luar biasa. Mulai dari seorang produser, dokter hingga manusia-manusia rasa hewan nokturnal seperti Yoongi dan Hoseok dan makhluk-makhluk absurd seperti Kim bersaudara.
Semua orang jatuh cinta dengan sosok Jeon Jungkook, menyayangi hingga akhir. Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran mereka sejak pertama kali mendeklarasikan afeksi kasih sayang dan cinta mereka.
Namun, diantara mereka tidak ada yang mampu menggapai Jungkook sepenuhnya. Hanya tangan semu yang berhasil mereka raih, karena Jungkook masih berada di tempat yang sama. Itu yang ada di dalam pikiran mereka, bagi mereka Jungkook bisa meraih tangan mereka, namun mereka tidak pernah bisa meraih tangan Jungkook.
Malam ini, Jimin dalam perjalanan pulang dari ruang belajar. Terdengar terlalu rajin, namun Jimin tidak ingin mengecewakan ayahnya. Sejak sang ayah mengizinkannya menjadi trainee, Jimin juga bertekad tidak akan mengecewakan sang ayah yang sudah memberi kepercayaan kepadanya. Karena Jimin tahu betul, membangun kepercayaan bukanlah hal yang mudah.
Rambu lalu lintas menunjukkan warna merah yang membuat mobil terhenti, sejenak Jimin membuka matanya pelan kemudian melihat ke luar jendela yang gelap. Namun, detik berikutnya matanya memicing, tanpa menunggu lama Jimin membuka pintu dan berlari kecil menuju objek yang berhasil menarik perhatiannya.
"Hey! Hentikan atau aku telfon polisi!" itu ancaman kekanakan menurut Jimin, namun berhasil membuat rombongan itu meninggalkan lokasi. Meninggalkan sosok korban yang kemudian terduduk lemas.
"Jungkook-ah!" Jimin bergegas menghampiri sang korban. Air matanya nyaris menetes, otaknya kembali bertanya-tanya apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan Jungkook, meskipun kejadian ini membuat Jimin menemukan jawaban atas pertanyaan berasal dari mana luka-luka di tubuh Jungkook.
Sejenak dia menatap ke arah menghilangnya rombongan tadi, kemudian menatap Jungkook yang sudah meringis kesakitan. Ini adalah pertama kali Jimin melihat Jungkook meringis kesakitan, karena bahkan saat diomeli dan diobati oleh Yoongi, Jungkook tidak menunjukkan bahwa dia merasa kesakitan.
Jimin ingin sekali bertanya, apa dan kenapa kemudian bagaimana dan siapa. Namun, sejenak Jimin menyingkirkan egonya untuk menanyakan hal tersebut dan memilih membawa Jungkook dalam rangkulannya.
"Apa yang terjadi denganmu eoh? Kau itu troublemaker bagaimana bisa kau kalah seperti itu eoh? Dan siapa mereka? Apa mereka orang yang balas dendam denganmu?"
Jungkook tidak menjawab, anak itu sekarang malah berjongkook sembari meremas kepalanya kuat-kuat, membuat Jimin menjadi bingung sendiri, apalagi saat terdengar erangan kecil yang tertahan. Jimin panik, dia khawatir, dia bingung harus berbuat apa, hingga dia memutuskan menghubungi satu-satunya orang yang dia harap bisa membantunya.
"Hallo ... Ahjussi aku park Jimin, maaf mengganggu malam-malam begini, tapi ... Jungkook-ah ...."
Air mata Jimin kembali tumpah, saat dirasa Jungkook semakin tidak beres. Anak itu sekarang menepis tangan Jimin dan menjauh. Tubuh Jungkook tremor, sedangkan Jimin sungguh bingung dengan apa yang terjadi.
"Ahjussi ... hiks aku harus bagaimana?"
Di seberang sana Sihyuk sudah membuka matanya lebar-lebar, khawatir bergemuruh dalam dadanya.Khawatir dengan kondisi Jungkook dan khawatir dengan Jimin yang sudah menemukan salah satu keping kehidupan Jungkook. Hingga dia memutuskan melakukan sesuatu.
"Jimin-ah, jangan panik, sekarang kau periksa tas Jungkook apakah ada kotak bergambar iron man disana?"
Jimin yang mendengar intruksi dari Sihyuk –orang yang ditelfonnya- mengangguk, kembali mendekat ke arah Jungkook yang masih bersimpuh dengan tubuh bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hope [ COMPLETE ]
FanfictionSemua orang yang hidup pasti memiliki harapan. Ada orang bijak mengatakan bahwa manusia bisa bertahan hidup selama beberapa hari tanpa makan maupun minum, tapi manusia tidak akan bertahan hidup lebih dari empat detik tanpa harapan. Jeon Jungkook t...