Afeksi

3.4K 430 11
                                    

Jimin menarik napas sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan untuk turun dari mobil yang mengantarnya. Sang supir hanya maklum melihat hal tersebut dan memutuskan untuk menunggu hingga tuan mudanya yakin dengan perasaannya. Jimin memang sudah menemukan satu keping kehidupan misteri Jungkook, namun Jimin terpaksa menyembunyikan keping yang dia dapat dari semua orang. 

"Ahjussi, aku harus bagaimana, rasanya aku ingin menangis saja saat melihatnya."

"Bersikap seperti biasa saja tuan muda, toh bukannya teman tuan muda juga tidak menyadari kalau malam itu, tuan muda yang menolongnya?" Jimin menarik napas panjang, berusaha menenangkan hati dan pikirannya. 

"Bolehkah saya memberi ide?" Jimin mengangguk saja sedangkan sang supir tersenyum. 

"Berikan makanan atau minuman favoritnya tuan muda, bukankah Anda sudah membelinya?" Jimin tersenyum kemudian mengangguk, bergegas meraih kantong plastik berisi beberapa set susu pisang dan beberapa kotak strawberry. 

"Terima kasih ahjussi, aku pergi dulu jemput aku di jam biasa di ruang belajar." 

Sang supir hanya mengangguk, terkekeh pelan dengan kelakuan Jimin yang terkadang menggemaskan.




________

"Selamat sore semuanya ..." Jimin menyapa riang, sejenak memberikan kedipan genit kepada Inha yang tengah membantu melayani pelanggan, Inha hanya terkekeh melihatnya. Jimin bergegas menuju tempat biasa mereka berkumpul, kemudian meletakkan kantung plastiknya di meja. 

"Susu pisang dan strawberry untuk Jungkook." 

Jungkook yang sedari tadi kesal karena Taehyung yang tidak berhenti memeluknya gemas langsung berbinar. 

Jimin yang melihat hal tersebut mendongak, mencoba menahan air matanya. Rasanya menyakitkan saat melihat Jungkook bersikap seolah malam itu tidak terjadi apapun. Walaupun luka di wajah Jungkook menegaskan bahwa malam itu bukanlah bunga tidur bagi Jimin, melainkan kenyataan yang harus dia tolak mentah-mentah. Karena kepingan yang dia temukan haruslah disembunyikan dari semua orang, bahwa dia harus tetap mempertahankan topeng bahagia dan baik-baik saja yang dipakai oleh Jungkook. 

Jimin awalnya menolak, merasa keberatan, karena sebagai anak yang dicap cengeng oleh sang ayah, Jimin tidak bisa menahan perasaannya. Apalagi, untuk orang yang Jimin sayang seperti Jungkook. Sehingga Jimin memutuskan untuk melakukan saran sang ayah yang mengatakan bahwa Jimin hanya perlu memberikan kasih sayang yang tulus untuk Jungkook, kasih sayang yang akan menyembuhkan Jungkook dari luka-luka, baik itu luka yang terlihat atau luka tak kasat mata di hatinya. 

Dong Il mengatakan bahwa bisa jadi luka di hati Jungkook begitu parah sehingga bernanah atau mungkin mendekati sekarat dan mati, sehingga sebelum hati Jeon Jungkook benar-benar mati maka Jimin harus menyembuhkannya. Jimin sedang melakukannya, dia hanya harus menyayangi Jungkook apa adanya.

"Jadi, Jeon Jungkook jawab pertanyaan Min Yoongi dengan benar." 

Min Yoongi memasang wajah galaknya, menatap Jungkook yang masih asyik dengan aktivitasnya menggigit gemas sedotan susu pisangnya. 

"Kenapa lagi kali ini?" Jungkook hanya mengerjapkan matanya, kemudian memiringkan kepalanya bingung. "Memangnya kenapa, Hyung?"

"Kau terluka lagi brandal!" Jungkook menganggukkan kepalanya. 

"Aku dipukul orang dengan tangan." Min Yoongi mengerjap kemudian mengusap wajahnya kasar. 

Bukan apa-apa, dia hanya ingin tahu siapa yang berani melukai Jungkook, karena dilihat dari sisi mana pun, Jungkook tidak terlihat sebagai seorang berandalan yang memiliki banyak musuh. Meskipun gelar troublemaker melekat di diri Jungkook, namun Yoongi yakin bahwa bukan gelar troublemaker yang membuat Jungkook mendapat luka-luka tersebut. Di mata Yoongi, luka-luka itu disebabkan oleh pukulan yang keras dengan tenaga super besar yang hanya bisa dilakukan oleh bodyguard-bodyguard bayaran yang memiliki sabuk tertinggi berbagai bela diri. 

The Hope [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang