CHAPTER 2 : YOU ARE MONSTER

147 14 0
                                    

Selena bangun dengan kantung mata yang cukup besar. Suara ledakan, tembakan dan suara jeritan terus saja menghantui malam malamnya. Selena tidak tahu ayahnya akan tinggal dirumah dekat perbatasan wilayah perang. Entah apa alasan sang ayah memilih mendirikan rumah disini. Selena tidak takut. Hanya saja hati selena terus bergetar menderngar jeritan dan tangis mereka yang memecah malam. Suara nya seakan menyanyat nyanyat hati selena.

Kaki jenjang selena melangkah keluar kamarnya, mencari keberadaan sang ayah. Namun selena tidak menemukan tanda tanda keberadan sang ayah. Sepertinya ayah selena telah pergi. Sang ayah hanya meninggalkan sebuah note kecil berwarna kuning yang menempel di kulkas.

"Dear selena sayang,

Maaf ayah harus pergi pagi pagi sekali. Ayah ada operasi militer hari ini. Mungkin ayah akan pulang sore hari. Ayah sudah membuat kan mu sandwich. Makanlah selagi hangat.

Form
Dady"

Selena meremas kertas note itu dengan kesal. Jemari nya melempar kertas itu kearah tong sampah. Bahkan ayah selena meninggalkan selena disaat mereka belum sempat berbicara apapun.

"Sialan!" Maki selena kesal.

"Kenapa ayah selalu saja pergi! Aku datang untuk menyampaikan berita kematian ibu pada ayah!" Air mata mata menggenangi pelupuk mata selena. Membuat menglihatan gadis itu memburam. Selena terisak pelan. Jemarinya memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Selena mengingat dengan jelas bagaimana wajah sang ibu ketika perempuan itu berjuang melawan penyakitnya.

Sebuah berita di televisi membuat kondisi ibu memburuk. Entahlah awalnya selena tidak yakin apa benar berita itu yang membuat kondisi ibunya memburuk. Meskipun ibu selena membatasi semua dunia luar dari selena. Selena bukan lagi gadis kecil yang tidak tahu apa apa.
Mata selena terpaku, melihat mengangkatan sang ayah menjadi Chief of General Staff setelah menaklukan tepi barat palestina dan menyebabkan banyak nyawa rakyat palestina gugur.

Setelah melihat itu, selena yakin. Kondisi ibu memburuk karena melihat berita seperti ini. Hatinya bahkan seperti teremas remas. Ayah selena dulu adalah sosok yang begitu lembut dan penyanyang. Bagaimana bisa sekarang ayah membunuh ribuan nyawa hanya demi sebuah wilayah kekuasan.

Suara tembakan diluar mengagetkan selena. Gadis itu bergegas bangkit dan menghapus air matanya. Selena berlari kecil. Mengintip dari jendela rumahnya dunia luar. Seorang anak kecil yang selena yakin baru berusia sekitar 5 tahun tampak menunduk takut. Didepan anak itu ada 2 orang laki laki berpakaian militer dengan lambang bendera israel menodong anak itu. Ujung senapan laras panjang galil menyentuh kening anak itu.

"Dasar bocah!jangan berlari kearah rumah komandan!" Seorang prajurit tampak menampar sang anak. Anak itu jatuh tersungkur menyentuh tanah didepan halaman rumah selena. Sudut bibir anak itu tampak mengeluarkan darah. Anak kecil itu tampak pasrah saat seorang prajurit mengarahkan ujung senapannya kearah kepalanya.

"Mati kamu!" Maki prajurit itu.

Tangan selena mengepal. Kenapa laki laki sebesar mereka hanya berani kepada seorang anak kecil. Selena tidak dapat menghentikan langkahnya untuk keluar. Bahkan tubuhnya bergerak sendiri untuk menolong anak kecil itu. Selena membuka pintu rumahnya dengan kasar. Kedua prajurit itu tampak kaget melihat seorang gadis cantik keluar dari rumah komandannya.

"Kenapa kalian menyakiti anak kecil?" Selena berjalan kearah anak kecil yang sedang meringis itu. Mata hazelnya menatap tajam mata amber sang anak kecil.

"Anak itu berjalan kearah rumah komandan, nona! Rumah komandan harus steril dari radius 100 meter!" Selena tidak begitu paham ucapan prajurit itu. Gadis itu malah sibuk menepuk nepuk kaki sang anak kecil yang kotor karena tanah. Dengan lembut selena membersihkan debu debu ditubuh sang anak kecil.

My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang