Cafe

12.4K 483 8
                                    

Kata sambutan :D

Saya sangat senang mendapat respon dari pembaca khususnya cerita saya yang ini, saya tidak tahu akan banyak yang baca dan beri vote.

Saya hanya penulis pemula tahun 2018 bulan Mei untuk akun ini, buat cerita ini hanya menyalurkan hobi saya yaitu menulis. Cerita ini saya karang tanpa kerangka dan judulnya yang sederhana jadilah cerita yang tak terlalu bagus ini, tapi saya bingung sendiri. Dari semua cerita saya cerita ini yang paling banyak responnya, awalnya berpikir biarin buat-buat saja sayang ide di buang. Setelah beberapa minggu notifikasi banyak banget bagi saya ya, soalnya saya pertama kali seperti ini.

Saya tidak tahu kekurangan dan kelebihan cerita, silakan baca sendiri.

Sekali lagi atas votenya terimakasih.

Jika ingin baca cerita-ceritaku yang lain lihat saja di akun saya.

Demi kenyamanan kalian FOLLOW penulis terlebih dahulu.

Selamat membaca!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ragil tanaka salah satu karyawan perusahaan swasta, jabatan seorang manager. Tidak memiliki kekasih, lebih tepatnya trauma untuk pacaran karena pernah ditolak seorang perempuan karena wajahnya paspasan dan pekerjaannya yang hanya karyawan biasa saat itu. Ia memiliki keluarga yang harmonis, semua keluarga selalu mendukungnya.

Suatu hari terlintas di otaknya cerita yang pernah ia baca mengenai mengikat seorang wanita, ia sangat bosan hidup sendiri.

Cafe

Ragil duduk di ruang VIP, khusus untuknya sendiri agar ia bisa merokok tanpa di tatap orang lain.

Suara pintu terbuka menampilkan seorang wanita yang cantik bagi standar Ragil, kulitnya putih, rambutnya panjang di ikat, haruskah dia melancarkan aksinya.

"Tuan pesanannya."

Dengan penuh taktik Ragil membuat handphonnya terjatuh karena tergeser oleh nampan yang di pegang pelayan tersebut. Tak masalah bagi ragil harus mengorbankan salah satu handphonnya.

"Astaga,  maaf tuan saya tidak sengaja." panik wanita itu.

"Apakah maaf mu bisa mengembalikan handphon mahalku seperti sedia kala." ucap Ragil berbohong.

"Tidak, tapi sungguh saya tidak sengaja." wanita itu tertunduk takut.

"Panggil managermu akan ku beritahu pelayanan di cafe ini sangat buruk."

"Ja_jangan tuan, saya mohon saya bisa di pecat. Saya sangat butuh pekerjaan ini, saya akan ganti handphon tuan saya janji."

"Saya tidak masalah dengan handphon itu, saya masih ada 2 lagi ini dan satu lagi di rumah."

"Saya harus bagaimana tuan." ucap gadis itu seakan meminta solusi.

Ragil sedikit kasihan menatap wajah gadis itu tertunduk, ia juga menyadari matanya sudah berkaca-kaca.

"Buka kancing bajumu di hadapanku."

"Ma_maksud tuan?" wanita itu bingung dengan perkataan yang lontarkan Ragil.

"Iya, buka kancing bajumu. Cukup 2 kancing saja aku sudah puas."

"Tuan apa anda menganggap saya wanita murahan yang ada di bar."

Gadis itu marah dan sangat kesal.

"Ya sudah panggil managermu sekarang."

"Ta tapi,"

"Buka 2 kancing bajumu atau panggil manager mu."

"Ba baiklah."

Gadis itu membuka kancing bajunya dengan tangan gemetar, wajahnya tertunduk. Air mata sudah lolos begitu saja.

Jpreet

Suara kamera terdengar, gadis itu menatap pria di hadapannya. Ia sangat terkejut.

"Tuan kenapa anda mengambil foto tersebut." paniknya.

"Sebagai kenang-kenangan tubuhmu, tunggu aku. Aku pastikan besok aku akan datang lagi."

***

Keesokan harinya di cafe

"Saya tidak mau tau gadis yang bernama Alisa yang harus melayani saya." Ucap Ragil kepada pelayan laki-laki tersebut.

"Baik pak."

Beberapa menit kemudian, Alisa datang dengan wajah ketakutan. Ia meletakkan pesanan Ragil dan segera berbalik untuk pergi.

"Duduk."

Alisa menuruti permintaan Ragil tapi hanya menunduk.

"Buka 3 kancing mu?"

"Kau tidak mau melakukannya, baiklah saya akan memanggil managermu." ucap Ragil penuh penekanan.

"Saya akan mengundurkan diri." ucap Alisa, penuh perhitungan untuk berkata seperti itu.

Di luar dugaan Ragil Alisa berani untuk mengundurkan diri.

"Apa aku tidak salah dengar." Ragil berusaha mencerna perkataan Alisa.

"Tidak, aku hanya takut kemarin 2 kancing, hari ini 3 kancing, besok 4 kancing dan sampai seterusnya bahkan mungkin kau menyuruhku telanjang di hadapanmu." Alisa sudah menangis dalam marahnya.

"Saya orang miskin tuan, bahkan anak yatim. Tapi saya punya harga diri, mendengar perkataan ibu saya lebih baik mati dari pada berdosa. Jadi saya lebih rela hidup kelaparan mungkin allah menakdirkan seperti itu.

Sebelum saya pergi, saya ingin memberi saran kepada tuan.

Hargailah wanita, karena seorang pria tidak akan hadir karena seorang wanita, tidak memiliki seorang keturunan kalau bukan seorang wanita yang melahirkannya."

Alisa bergegas pergi dengan berlinang air mata, sedangkan Ragil masih terdiam.

Bersambung
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pendek? Saya buat cerita ini emang untuk sekali baca. Jikalau berkenan beri vote&kritisan dari kalian saya ucapkan terimakasih. Terimakasih juga yang sudah Follow. Saya suka brteman dengan siapa saja kecuali seorang PLAGIAT.

KANCING (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang