Ragil menunggu Alisa menjawab, tapi tak kunjung bibir itu bergerak untuk berkata.
"Jangan diam Alisa, jawab perkataan saya."
Alisa hanya tertunduk menangis sedangkan Ragil panik dan khawatir, ia takut berpikir yang bukan-bukan.
"Mas a_aku hiks hiks hiks " Alisa tak kuasa menahan isak tangisnya.
"Jangan menangis, ceritala saat kamu sudah tenang." Ragil memeluk Alisa, seakan menyalurkan kekuatan. Setidaknya dekapannya bisa membuat Alisa tenang.
"Malam itu aku baru di terima di cafe Cempaka, aku tahu cafe itu jual minuman beralkohol. Tapi pemikiran aku, aku hanya mengantar makanan dan minuman tak lebih dari itu. Pakaian aku juga pantas, tapi ada hiks hiks laki-laki mencoba melecehkan aku. Aku takut saat itu, mungkin aku buat dia marah ia menamparku.
Terus ia menyeretku untuk keluar cafe aku takut, aku memukul-mukul dia ia kembali menamparku. Aku menjerit meminta tolong sayangnya tak ada yang mau peduli.
Ia berusaha memperkosahku, aku terus melawan. Akhirnya aku melihat botol di dekat situ aku memukul kepalanya. Ia pingsan dan kepalanya berdarah, aku berlari ketakutan. Aku bingung tempat itu sangat sepi akhirnya aku minta tolong laras untuk menjemputku awalnya ia menolak karena takut tempat itu sepi. Akhirnya ia mengajak 2 temannya untuk ikut dengannya.
Aku takut saat ia menyentuhku hiks hiks dia mengataiku." ucap Alisa panjang lebar, dengan diiringi tangisnya.
"Alisa, sudah tidak apa-apa jangan bersedih lagi. Saya senang kamu mau cerita sama saya." Ragil memeluk tubuh Alisa yang ketakutan, untung saja kejadian itu tak merampas kehormatan Alisa. Jika iya, ia pastikan laki-laki itu harus mendapatkan pelajaran yang setimpal.
Beraninya ia melakukan hal itu kepada Alisa, Alisa adalah kekasihnya. Ehhh salah orang yang ia cintai.
Ia berjanji akan selalu menjaga Alisa.
"Alisa kamu mau menikah dengan saya.."
Alisa menatap wajah Ragil terkejut."Alisa nggak cocok untuk mas." balas Alisa.
"Kenapa? Saya tau diri alisa kamu menolak saya karena apa."
Awalnya Alisa tak mengerti maksud Ragil, tapi saat ragil berkata.
"Kamu sama seperti dia ternyata, aku tahu aku jelek, hitam..."
"Astaga bukan itu maksud alisa mas, alisa yang tidak pantas untuk mas. Mas tidak jelek kok."
"Maksudnya?"
"Mas sepertinya orang kaya, lisa orang miskin. Terus hanya tamat SMA, lisa nggak pantas menerima lamaran mas."
"Saya suka sama kamu itu tulus, bukan maksud saya awalnya melecehkan kamu. Saya pikir wanita cantik seperti kamu itu ya gimana ya..."
"Murahan?"
"Heem iya, maaf. Mas hanya ingin membuat kamu dekat dengan mas karena mas memiliki foto waktu itu. Tapi ternyata kamu berhenti dari cafe."
"Apa yang membuat mas suka dengan lisa?"
"Kamu cantik, tidak murahan, baik, saya suka senyuman kamu, terus kamu tidak melihat saya dari fisik."
"Heeem begitu ya, Alisa tidak memandang orang dari fisik mas. Kadang orang cantik atau ganteng malah sok paling sempurna. Padahal jika allah berkehendak besok harinya ia bisa langsung jelek, misal karena kecelakaan, terkena air keras, bahkan ia bisa di cabut nyawanya oleh allah."
"Alisa kok mas tambah cinta sama kamu?"
"Ih ternyata mas bisa gombal ya."
"Mau ya nikah sama mas."
"Mas yakin?"
"Yakin, mas nggak sabar memiliki kamu."
"Alisa terima lamaran mas."
"Besok sore mas kerumah kamu ya sama orang tua mas."
"Besok sore? Tidak kecepatan?"
"Tidak."
Mereka menikmati angin pantai, Ragil merangkul Alisa agar lebih dekat dengannya seakan menghangati tubuh alisa yang tertepa angin malam. Alisa merasa nyaman bersandar di bahu laki-laki yang membuatnya merasa aman.
***
BersambungSaya sangat ingin tahu adegan mana yang kalian suka atau sedih atau baper atau apalah. Kalau berkenan tolong jawab ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANCING (End)
Romantizm#273 Romance #283 Romance #313 Romance #380 Romance #392 Romance *** "Saya harus bagaimana tuan." Ragil sedikit kasihan menatap wajah gadis itu tertunduk, ia juga menyadari matanya sudah berkaca-kaca. "Buka kancing bajumu di hadapanku." "Ma maksud...