Alisa membereskan kamarnya sedangkan Ragil yang mengajak Rama dan Rasya bermain di ruang keluarga tepatnya di kasur kecil yang memang di letakan di ruang keluarga. Anak mereka sedah berumur 2 tahun setengah.
Melihat ponsel Ragil yang tergletak di kasur membuat Alisa memeriksa ponsel suaminya, entah mengapa melihat galeri di ponsel suaminya membuat Alisa sedikit sedih.
Semenjak itu Alisa banyak diam, ia hanya berkata ya, tidak atau heem jika di tanya.
Ragil memperhatikan sikap istrinya yang sedikit murung membuatnya memeluk tubuh istrinya saat Alisa sedang meletakkan pakaian di lemari.
"Ada masalah ya?" tanya Ragil menenggelamkan kepalanya di curuk leher Alisa.
"Tidak."
"Heem, jangan bohong."
"Jadi Alisa harus jujur."
"Iya, mas perhatikan sejak beberapa terakhir ini kamu jarang senyum, tertawa, suka melamun, saat mas minta jatah juga kamu selalu menghindar. Mas ada salah?"
"Alisa sedih," ucap alisa hanya menunduk, sedangkan Ragil mendengar suara lirih Alisa membuatnya khawatir. Ragil langsung membalikkan tubuh istrinya agar menghadap kepadanya.
"Sedih kenapa?"
"Mas cinta sama Alisa?"
"Kok nanya begitu?"
"Atau Alisa hanya sebagai pelampiasan mas aja, harusnya Alisa ngerti dari awal mas hanya nafsu kepada Alisa."
"Mas nggak suka kamu ngomong seperti itu."
"Foto tubuh alisa mas masih simpan saat di cafe dulu, terus mas dateng ke Club tempat haram seperti itu."
"Astafirullah halazim Alisa, mas nyimpen Foto kamu ya nggak apa-apa dong kan mas suami kamu dan untuk kenang-kenangan karena mas minta buka kancing baju kamu. Soal Club itu juga datangnya rame-rame, ya awalnya mau meeting karena kami semua cowok ya nggak apa-apa tempatnya di situ."
"Pertama Alisa nggak suka mas simpan Foto Alisa saat menampakkan tubuh terbuka alisa saat itu, ya walau hanya bagian dada. Bisa aja teman mas pinjam hp mas ehh ke liat deh foto itu gimana. Kedua, Alisa nggak suka mas masuk Club. Meeting seperti apa itu, nggak mutu di tempat seperti itu."
"Iya-iya maaf, nggak lagi deh."
"Rama sama Rasya mana?"
"Tidur di ruang keluarga, tapi udah mas selimutin kok."
"Ya udah."
"Berarti di maafin dong, berarti boleh minta jatah sekarang_ auwhh."
"Ihhh mesum."
"Ya sudah kalau nggak boleh, mas dateng ke Club aja. Pasti banyak yang mau ngasih jatah sama mas."
"Apa? Mas Ragil tega. Alisa mau balik kerumah ibu aja, Rama sama Rasya ikut Alisa aja. Udah sana pergi!"
"Mangkanya kasih jatah, 1 minggu puasa loh ini."
"Ihhh, ya udah ayok."
Senyum Ragil mengembang, karena tak sabar langsung saja Ragil menyerang istrinya itu.
"Tubuh kamu beda deh."
"Mas mau ngatain aku gendut gitu."
"Nggak kok."
"Kenapa ya perempuan paling sensitif jika masalah berat badan." batin Ragil.
Ragil sangat bersyukur sudah memiliki keluarga yang lengkap seperti ini, sesuatu kekurangannya membuatnya mendapatkan sesuatu yang tulus.
Entah perbedaan apa pun itu, membuatnya mengerti. Jika sesuatu kesempurnaan fisik bukanlah jaminan sebuah kebahagiaan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
....
Selesaiiiiiii udah nggak di lanjut lagi, yang kurang greget sama adegannya ya nggak apa".
Ini juga atas permintaan yang baca
Saya sangat ingin tahu adegan mana yang kalian suka atau apalah. Kalau berkenan tolong jawab ya.
Tunggu sequelnya
Ok
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANCING (End)
Romance#273 Romance #283 Romance #313 Romance #380 Romance #392 Romance *** "Saya harus bagaimana tuan." Ragil sedikit kasihan menatap wajah gadis itu tertunduk, ia juga menyadari matanya sudah berkaca-kaca. "Buka kancing bajumu di hadapanku." "Ma maksud...