Takut & Malam kedua

9.4K 290 4
                                    

Alisa dan Ragil bersalaman dengan setiap tamu yang memberi mereka ucapan, terlihat jelas dari raut wajah mereka bahwa mereka bahagia.

Tiba-tiba dua sahabat Ragil datang, entah mengapa Alisa menjadi sangat ketakutan. Alisa hanya diam dan kadang-kadang melamun, semua hal itu tak luput dari penglihatan Ragil.

Acara sudah selesai Alisa dan Ragil segera kembali ke kamarnya, Alisa terlebih dahulu selesai jadi ia segera tidur dengan perasaan gelisah dan takut. Mata alisa terpejam tapi rasa kantuk terselimuti oleh rasa takut.

Ragil segera bergegas bergabung tidur bersama istrinya, melihat Alisa sudah tidur Ragil hanya memeluk pinggang alisa dari belakang.

"Jangan sentuh saya." suara Alisa terdengar sangat ketakutan, dahinya berkeringat. Kata itu terus di ucapkannya.

"Alisa hey, kamu kenapa? Kalau kamu belum siap tak apa. Kita bisa melakukannya besok-besok."

Alisa hanya menangis dan memeluk tubuhnya dalam posisi tidur menyamping, isak tangisnya terdengar membuat Ragil bingung.

"Alisa takut, alisa takut ibu alisa takut hiks hiks hiks."

"Alisa lihat Mas, alisa lihat mata mas? Ini mas Ragil. Kenapa kamu takut?"

"Ma_mas Ragil?"

"Iya ini aku, ada apa?"

"Alisa takut, alisa takut mas." alisa memeluk erat tubuh ragil, seakan takut di tinggalkan.

"Sekarang tidur ya."

Ragil memeluk tubuh istrinya dengan rasa sayang, ia mengelus rabut Alisa agar segera tertidur.

***

"Lapas lepas, jangan sentuh hiks hiks hiks. Kamu jahat pergi pergi pergi..."

"Alisa? Alisa bangun ada apa?"

Alisa terbangun dari tidurnya dengan ketakutan dan napas tak beraturan ia langsung memeluk tubuh suaminya.

"Mas Ragil, Alisa takut sama teman mas Ragil hiks hiks.."

"Teman? Akbar sama Nico?"

"Alisa tidak tahu siapa namanya, tapi dia yang... yang me hiks mencoba memperkosa Alisa mas hiks hiks hiks..."

"Apa? Kenapa baru bilang." ucap Ragil dengan emosi.

Ragil bergegas ke cafe tempat biasa ia dan kedua sahabatnnya nongkrong, tatapannya jatuh pada dua pria di pojok.

"Lohh penganten baru kenapa ada disini?" Tanya akbar dengan santai.

"Siapa di antara kalian berdua yang hampir memperkosa Alisa, jawab buruan?"

Brak

Ragil memukul meja sehingga para pengunjung menatap ke arahnya, melihat ekspresi Nico sangat ketakutan ragil bisa menebak siapa orangnya.

Bugh bugh

"Ternyata Nico dan kamu kemarin diam saja di hadapanku. Sedangkan Alisa sampai sekarang sangat ketakutan, kamu bukan sahabatku lagi."

Bugh bugh

Setelah puas memukul Nico, Ragil pergi meninggalkan kedua temannya. Sedangkan akbar hanya bisa diam ia tidak bisa membela Nico, karena memang jelas Nico bersalah dan parahnya ia tak menganggap telah terjadi sesuatu saat kemarin di pesta pernikahan Ragil.

***

Ragil melihat Alisa sudah membaik ia sudah bisa berbincang-bincang bersama keluarganya, ia tersenyum menatap Alisa yang sekarang berstatus sebagai istrinya.

"Udah ratna biar Alisa balik ke kamarnya pasti dia sudah capek." ucap bunda Ragil.

"Ih tante kok begitu sih, Ratnakan mau minta resep kecantikan sama kak Alisa." balas ratna dengan cemberut.

"Ratna, aku nggak pake apa-apa kok. Kalau kamu mau cantik, setiap kecantikan itu relatif loh bagi setiap yang memandangnya. Pakai air wudhu juga bisa nambah cahaya di wajah kita, kalau mau maskeran sih nggak apa-apa tapi pakai masker alami saja."

"Boleh di coba kak, kira-kira masker alami yang bagus apa ya kak?"

"Kalau kakak sih pernah coba pakai jeruk nipis, tapi kalau wajah kamu ada jerawat atau luka kecil pasti pedih. Bisa juga pakai putih telur atau buah alpukat dan masih banyak lagi."

"Iya deh kak, nanti aku coba."

"Nah sekarangkan udah selesai ceritanya, kita semua balik ke kamar masing-masing."

"Iya bun."

"Iya deh tante ku sayang."

***

Tok tok tok

"Mas sudah tidur ya?" tanya Alisa melihat Ragil sudah terbaring di tempat tidur, melihat tak ada respon alisa langsung berbaring menyusul Ragil.

"Alisa?"

"Eh, mas belum tidur?"

"Gimana mau tidur kamunya nggak datang-datang, nggak ada yang mas peluk jadinya." Ragil memeluk tubuh istrinya. Ragil melepas pelukannya, ia menatap wajah cantiknya.

"Istrinya mas Ragil kok cantik banget ya, kulitnya putih lagi. Nanti kalau kita punya anak harus mirip kamu biar nggak hitam seperti mas."

"Mas ini gimana sih, nggak bisa bedain warna coklat dan hitam. Kulit mas itu coklat bukan hitam."

"Lah kenapa orang sering bilang kopi susu? Bukan coklat susu?"

"Terserah mas deh."

"Ih ngambek."

"Siapa yang ngambek, akukan nggak pernah bahas warna kulit tapi mas selalu gitu."

"Iya deh mas minta maaf ya, nanti kalau kamu ngambek mas nggak dapat jatah dong."

"Ih apaan sih, maafnya nggak di terima soalnya ada maunya."

"Hehehehe iya-iya."

"Mas?"

"Mas apain teman mas?"

"Sudah aku kasih pelajaran dan dia nggak akan aku anggap sahabat lagi."

"Nggak boleh begitu mas, memutuskan tali silatuhrami itu dosa. Alisa nggak kenapa-kenapa kok!"

"Benar nggak kenapa-kenapa." Ragil menatap wajah alisa tangannya mengelus pipi alisa dengan lembut.

"Iya mas, mungkin kemarin Alisa hanya sedikit syok melihat mas Nico."

Ragil mendekatkan wajahnya ke wajah Alisa, ia bisa merasakan ada rasa takut di diri Alisa.

"Kamu masih takut alisa!"

"A_alisa hanya deg degan aja, mas ragil soalnya dekat banget dengan Alisa." jawab alisa dengan gugup.

"Mas Ragil boleh ngelakuin itu sekarang?"

"Kata bunda kalau mau ngelakuin itu shalat sunnah dulu mas."

"Kita shalat sunnah yuk mas udah nggak tahan."

Ragil dan Alisa segera melaksanakan shalat sunnah, setelah itu ragil segera melaksanakan kewajibannya dengan meminta haknya pada Alisa. Alisa hanya menurut, walau ini bukan malam pertama mereka walau hanya malam kedua bagi mereka tetap saja tidak berbeda.

Mereka menghabisi malam penuh dengan cinta, berharap nanti bisa menghasilkan buah hati mereka.

Bersambung

KANCING (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang