Ragil datang kembali keesokan harinya ke Cafe, tujuan utamanya adalah mencari Alisa.
Tapi sayangnya alisa benar-benar keluar dari tempat kerjanya, Ragil merasa bersalah. Ia berusaha mencari alamat Alisa dari salah satu teman alisa di cafe, setelah mengetahuinya Ragill hanya menatap rumah sederhana yang terlihat sepi. Tiba-tiba keluar wanita yang ia tunggu membawa sangkek, Ragil terus mengikuti kemana wanita itu pergi. Ternyata Alisa masuk di salah satu toko roti, Ragil mengambil kesimpulan bahwa Alisa menitip kue disana.
Wanita itu melihat ke kiri dan kekanan tapi tak kunjung melihat angkot akhirnya ia berjalan kaki, kadang-kadang ia berhenti untuk duduk sebentar dan berteduh dari sinar matahari.
"Alisa?"
Alisa mendongak melihat laki-laki yang membuatnya sedikit kesal kemarin, Alisa bergegas pergi tapi di tahan oleh Ragil.
"Maaf mas saya sudah keluar dari cafe, jadi saya tidak ada urusan lagi dengan mas."
"Saya hanya ingin minta maaf."
Alisa menatap wajah Ragil sebentar dan kembali menunduk.
"Iya saya maafkan, kalau begitu saya permisi."
"Tunggu, bolehkah saya mengantar kamu pulang sebagai permintaan maaf saya. Saya tidak akan membuat yang macam-maca." ucap Ragil sungguh-sungguh.
"Heem, tapi sebenarnya tidak perlu. Saya sudah memaafkan mas, tidak perlu repot-repot." tolak Alisa.
"Saya tidak repot, ayo."
Akhirnya Alisa mau menaiki mobil Ragil walau sedikit was was, ragil tahu kegelisaan Alisa ia hanya bisa tersenyum.
"Mas tahu rumah saya dari mana?"
"Dari laras teman kamu di cafe."
Alisa turun dari mobil setelah sampai begitupun ragil tapi setelah ragil ingin pulang Andini ibu Alisa menahan Ragil untuk bertamu dulu dirumahnya.
"Kapan lagi teman Alisa main kerumah ibukan!"
"Ibu, Mas Ragil mau langsung pulang kok."
"Ishh kamu itu ya, emang nak Ragil ngomong begitu. Jangan ngusir secara halus kamu, pantesan anggak ada teman cowok kamu lis."
Alisa mulai kesal menatap Ragil yang diam-diam menertawainya karena ulah ibunya.
"Ibu sudah deh."
Ragil yang menatap ibu dan anak itu tersenyum geli.
"Kapan-kapan saja ya buk saya main lagi, saya masih ada urusan soalnya."
"Yah nggak apa-apa, tapi jangan bohong loh."
"Iya buk, saya permisi."
Ragil langsung mencium punggung tangan Andini dan bergegas pergi.
***
Di ruang kerja Ragil tersenyum-senyum mengingat kejadian kemarin siang, entah mengapa Alisa memenuhi otaknya.
"Woy Gil, kamu kenapa? Gila?"
"Apaan sih!"
"Jatuh cinta ya?"
"Apaan sih."
"Jangan salah pilih, ingat masa lalu. Pilih wanita yang bukan mencintai Uang kamu."
"Akbar, kamu tahu dari mana aku jatuh cinta?"
"Gejala jatuh cinta itu ya efeknya melamun, senyum-senyum, terus pekerjaan nggak beres."
"Bisa aja kamu."
"Akbar, aku melakukan kesalahan sama dia."
"Apa?" heran Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANCING (End)
Romance#273 Romance #283 Romance #313 Romance #380 Romance #392 Romance *** "Saya harus bagaimana tuan." Ragil sedikit kasihan menatap wajah gadis itu tertunduk, ia juga menyadari matanya sudah berkaca-kaca. "Buka kancing bajumu di hadapanku." "Ma maksud...