Penyempurnaan Kehilangan

123 6 0
                                    

Telah bertahun-tahun, aku belajar mengarungi detik demi detik berikut hari demi hari tanpa adanya sebuah kabar darimu, angan hanya semu.

Telah ribuan asa pula berusaha kumusnahkan, berharap bahwa kau akan kembali namun lagi-lagi sang khayal menjelma tak terkendali.

Luka masih mengejar, hidupku kini rasanya lejar.
wangi tubuhmu terus menyeruak bebas ke dalam sanubari waktu, mencambuki setiap bilur menyatu.

Masa depan memang milikku, namun bagaimana aku meraih masa depan jikalau apa yang berlalu setia menghantui? Eksistensi tujuan masa depan seakan bungkam sebab ia tak berani dan aku selalu gagal meyakini, selaksa meracuni.

Sebelumnya aku mencoba menerjemahkan segenap rasa yang kau idamkan, sampai aku abai pada kebahagiaan diri sendiri. Tetesan air mata runtuh meluruh karena resah pun gelisah, ketahuilah aku rapuh tatkala mengingat kebersamaan kita dengan berbagai kisah.

Cukup untaian doa dan gerak langkah sangkala, yang mungkin nanti mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan muliaku, perihal mengapa aku masih mencinta sedang kau dulu berdusta.

Jarak meriung di lubuk kalbu, jalan setapak kecil bersuara parau seraya mengibaratkan memori abu-abu. Kenangan tak dapat dibelenggu, tergenang mereka melambai di antara perpisahan raga, keguguran sudah terjadi, hatiku seolah hilang penghuni meski denyut nadi tetap di sini.

Maaf bila aku terlihat ambisi, sungguh aku belum siap beradaptasi atas cerita kita yang perlahan membasi. Maka dari itu aku ingin berbagi dan kutulis engkau di masa kini sebagai cara menyempurnakan makna kehilangan.

—nurauliasari
#RelasiParadigma

TIADA SAJAK YANG TAK INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang