Terlatih Setia

80 4 0
                                    

Kita telah sepakat setelah berdebat panjang soal kesetiaan. Bahwa berpisah dan saling melupakan adalah konsekuensi paling logis dari pengkhianatan. Namun suatu ketika kita berdebat lagi tentang kehilangan dan mencintai tanpa memiliki. Kehilangan dan perpisahan yang bukan atas kehendak kita sendiri: kematian. Tak ada yang tahu kematian kapan datangnya. Yang saling mencintai pun bila tiba saatnya pasti juga akan berpisah.

Perdebatan kita pada tema ini selalu saja tak pernah ada mufakat. Kamu bersikeras bahwa setelah kehilangan pasti ada penggantinya karena kehidupan harus terus berlanjut. Seseorang yg mencintai tanpa memiliki harus siap untuk menderita sangat tragis dalam waktu yg lama. Namun pada akhirnya dia akan mencintai yang lain. Karena kehidupan ini akan selalu mencapai keseimbangan. Duka akan sirna oleh bahagia. Kepedihan akan terobat oleh kesenangan. Hidup harus terus berlanjut. Pilihannya ada dua, memilikinya atau mencintai yang lain. Begitu katamu. Dan aku mengerti ini amanatmu untukku bila kelak kau dipanggil lebih dulu.

Sedangkan bagiku memilih mencintai yang lain seperti bertaruh dengan waktu dan kematian. Cinta bagiku bukan perasaan terukur dan dapat diatur. Dia dapat hinggap begitu saja, namun sukar dicerabut sampai ke akarnya. Perkara hati tidak segampang perkara akal yang hanya dengan bicara untung rugi sudah bisa berubah haluan. Perkara hati adalah perkara yang berbeda. Apalagi jika ini kaitannya denganmu.

Memilih mencintai yang lain seperti memilih ketidakmungkinan. Sebenarnya mungkin, tapi saat aku mampu melupakanmu dan mencintai orang lain, saat itu ajalku sudah menjemputku lebih dulu. Bahkan, ajal bagiku lebih cepat datangnya daripada melupakanmu.

Kau tau artinya apa? Melupakanmu dan mencintai satu orang lagi bukanlah pilihan. Saat aku telah memilihmu, selamanya aku ingin setia. Impianku tentang kita adalah impian yang melebihi umur manusia dan umur dunia. Bila urusannya soal bertahan hidup, aku akan bertahan dengan terus mencintaimu dan mengusahakan setiap kemungkinan yang akan mempertemukan kita kembali. Tidak bisa di dunia, maka di surga.

Sebenarnya kita tidak benar-benar sedang berdebat. Kita sedang saling mencintai. Kau ingin aku tetap bahagia dan melanjutkan hidup bila kelak kau pergi lebih dulu. Sedangkan aku menegaskan kesetiaanku padamu tak lekang oleh waktu.

—taufikaulia

TIADA SAJAK YANG TAK INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang