감기

170 21 0
                                    

"Ah-choo!"

"Astaga hyung, ini sudah ke berapa kalinya kau bersin?" keluh Jung-kook sambil berlari kearahnya membawa sekotak tissue. Jimin langsung mengambil lima sekaligus dan membersihkan hidungnya.

"Entahlah." balas Jimin kembali lemas. Dari suaranya, Tae-hyung dan Jung-kook sudah bisa menebak penyakitnya.

"Hyung, kau tidak mau ke dokter saja?" tanya Jung-kook khawatir.

"Ani. Aku lebih memilih tidur."

Dengan itu, Jimin langsung jatuh tertidur pulas. Namun, Jung-kook dan Tae-hyung tidak bisa menahan rasa kekhawatiran mereka. Jika Ji-min tidak ingin pergi ke dokter, mereka hanya bisa mengeluarkan kartu utama mereka.

"Lia-ssi?"

"Ada apa?"

"Ji-min hyung, sepertinya sakit."

"Apa?! Tunggu aku, aku akan segera ke situ!"

Camillia terkejut bukan main. Ia langsung meninggalkan kantor istana-nya dan meminta supirnya pergi ke Lambert's Resort. Rasa khawatir mencampur aduk dalam dirinya.

"Apakah Jimin sakit karena kehujanan? Atau karena kedinginan?" pikirnya.

Kedua maknae Bangtan tersebut langsung mengeluarkan seringai penuh kemenangan. Ini waktunya mereka membalas dendam pada Jimin. Tapi kalau dipikir-pikir, ini lebih seperti hadiah dibandingkan balas dendam. Kedua maknae tersebut akhirnya memutuskan untuk keluar dari resort untuk memberikan Jimin dan Camillia waktu pribadi.

🌼🌼🌼

Camillia memasuki kamar para member Bangtan dengan wajah pucat pasi. Ia langsung meletakkan kantong plastik berisi bubur hangat di meja makan, dan berlari ke dalam kamar Ji-min.

Ia memasuki kamar Jimin yang gelap gulita dengan gugup. Tangannya meraih lampu meja yang berada di dekat kasur untuk menyalakannya. Sekilas saja sudah terlihat, baju Ji-min yang basah akibat keringat, serta wajahnya yang merah.

Camillia pelan-pelan duduk di ujung kasur dan meletakkan tangannya di kening Ji-min.

"Gosh! It's burning!" sentaknya setelah menyentuh kepala Ji-min yang begitu panas.

Ia bergegas ke dalam kamar mandi dan mengambil handuk basah. Perlahan-lahan ia mengompres kepala Ji-min. Namun, ia menyadari masalah yang lebih besar lagi. Bajunya Ji-min basah kuyup dari keringat akibat demam tinggi.

Camillia jujur bingung harus melakukan apa. Terpaksa, ia melepas kancing Ji-min satu per satu. Disaat ia memasukkan tangannya untuk mengeringkan keringat Ji-min, tangan Ji-min langsung refleks menahannya.

"Mau apa kau?" tanya Ji-min dengan desahan lemah. Keningnya mengerut akibat pusing yang begitu parah.

"B-Bajumu basah semua. Aku hanya ingin membersihkan keringatmu. Tidak ada maksud lain." balas Camillia kembali terkejut.

"Sini, biar aku saja." ujar Ji-min sambil mencoba membersihkan keringatnya. Namun, ia malah jatuh tertidur seketika.

"Seriously?" ujar Camillia seolah-olah tidak percaya. Jimin malah tertidur dan bukan membersihkan keringatnya. Menilai dari kondisinya, menggerakan jarinya bisa dianggap cukup sulit, apalagi mengelap keringatnya.

Perlahan-lahan Camillia mengambil kembali kain itu dari tangan Jimin dan membersihkan keringatnya. Tubuh Jimin begitu panas. Ini pertama kalinya Camillia mendapati seseorang begitu panas akibat flu sederhana. Memang tidak bisa diremehkan, tapi ia terkejut bukan main melihat kondisi tubuh Jimin yang mendadak lemah karena flu.

Camillia meletakkan tangannya di kepala Jimin untuk memeriksa suhu tubuhnya, namun entah kenapa tangan Jimin tiba-tiba merambat dan menahan tangannya. Kepala Jimin menggunakan tangan Camillia sebagai kompres di samping pipinya.

"Um. . . J-Jimin ssi?" panggil Camillia sambil perlahan-lahan menarik tangannya, namun tetap saja tangan Jimin mengejarnya dan menariknya kembali.

Terpaksa, Camillia menahan posisi tangannya sebagai bantal Jimin. Sambil menunduk, ia menatapi wajah Jimin. Wajah yang memancarkan kelelahan itu benar-benar membuat hati Camillia melemah.

"Sepertinya, aku tidak bisa menghindarimu lagi Park Ji-min. . ." ujarnya dengan desahan lemah. Pelan-pelan ia bergerak menuju dahi Jimin dan menanamkan sebuah ciuman di keningnya. Tanpa disadarinya, kedua kelopak matanya ikut tertutup. Ia jatuh tertidur lagi, di samping Park Ji-min.

🌼🌼🌼

"Hyung, sepertinya Camillia baru dari sini." ujar Jung-kook sambil melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal hotel. Ia mengusap kedua telapak tangannya untuk menghilangkan rasa kedinginan.

"Tapi. . . Kenapa buburnya sudah dingin dan tidak dimakan?" tanya Tae-hyung yang sudah duluan berlari ke meja dapur.

"Seolma. . . [Jangan-jangan] mereka bertengkar?" tanya Jung-kook kembali dengan ekspresi ketakutan. Pertengkaran dengan orang yang sakit hanya akan membawa dampak yang lebih buruk. Jika itu benar-benar terjadi, Jung-kook dan Tae-hyung tidak akan dapat mengampuni diri mereka sendiri karena telah mencelakai Ji-min.

Tanpa berpikir dua kali, mereka langsung berlari ke arah kamar Ji-min. Akibat kecepatan mereka, kedatangan mereka mendobrak pintu Ji-min dan membangunkan Jimin. Disaat yang bersamaan Camillia juga ikut terbangun.

"Hyung!" teriak Jung-kook dengan nafas terengah-engah.

"Keuheuk!" teriak Camillia sambil menahan perih kram di tangannya. Tidur di posisi yang tidak nyaman itu, tentunya membawa kram di berbagai posisi, tetapi paling mencolok di lengannya.

"Y-Ya! Kau sejak kapan disini?" tanya Ji-min terkejut mendapati Camillia berada di samping kasurnya.

"A-Aku mendapat telpon dari dua temanmu itu," balas Camillia sambil melemparkan sirikan marah ke arah Jung-kook dan Tae-hyung.

"Oh, begitu. M-Maaf telah menyusahkanmu."

"Tidak juga. Aku akan segera kembali ke kantor istana. Urusanku menumpuk disana. Ie-man, gabolgeyo. [Sampai sini dulu, aku pamit]" ucap Camillia sambil meringkas-ringkas barangnya dan bergegas keluar kamar resort mereka.

Pandangannya tiba-tiba terlintas ke arah bubur yang tadi ia bawa. Melihat para member Bangtan yang sudah keluar kamar semua, ia langsung menoleh kearah mereka.

"Tae-hyung ssi, maaf merepotkanmu. Tolong hangatkan bubur itu untuk si ahjussi yang lagi sakit. Aku ada rapat dalam satu jam."

"Ah, tentu saja." balas Tae-hyung mantap.

Camillia menatapi Jimin untuk terakhir kalinya dan memutuskan untuk meninggalkan kamar para members Bangtan.

"Almond! Prepare the car!"

"Of course, Your Highness."

🌼🌼🌼

"Tae-hyung a,"

"Eo, wae? [Iya, kenapa]" balas Tae-hyung yang masih sibuk memanaskan bubur untuk Jimin.

"Apakah. . . ia terlihat bahagia?"

"Siapa?"

"Camillia lah."

"Sebenarnya, ia memiliki wajah yang sama dengan Soo-yeon maupun Soo-jung ketika masih dalam tahap memasuki suatu hubungan. Para wanita pasti akan terlihat tidak yakin dan kurang mempercayaimu. Engkau hanya perlu mendapatkan kepercayaannya, itu sudah cukup." balas Tae-hyung dengan senyum tulus.

Ucapan Tae-hyung terus terngiang-ngian tanpa henti dalam kepala Ji-min. Lambat laun, pusingnya malah datang kembali karena ucapan Tae-hyung.

"Aku ingin kembali tidur," ujar Ji-min sambil berjalan ke kamarnya.

"Bagaimana dengan buburmu?"

"Baiklah, akan kumakan dulu." ujar Ji-min yang langsung berjalan kembali ke meja makan. Ia memakan bubur yang berada di hadapannya dengan lahap.

—End of Chapter Seventeen : 감기—

Bodyguard🌼pjm [3/7]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang