"Aku. . . ingin bertanya sesuatu," ucap Camillia dengan lirih.
"Ada apa?"
"Hari itu, mengapa. . . kau berpura-pura melupakanku?"
Jimin tertegun diam mendengar ucapan Camillia. Ia tidak menyangka bahwa Camillia bisa mengetahui bahwa ia hanya berpura-pura tentang amnesianya.
"Aku. . . waktu itu ingin mengetahui apakah kau akan menyerah jika seseorang yang kamu cintai tidak mengingatmu. Awalnya, kupikir kau akan menyerah dengan mudah. Namun, kau berhasil bertahan untuk waktu yang cukup lama. Aku tidak berniat untuk menjalankan prank itu untuk waktu yang lama. Aku pikir setelah aku marah kau akan meninjuku atau menamparku, heck, aku bahkan pikir kau akan membunuhku waktu itu. Namun, yang mengejutkanku adalah kau hanya berdiam dan meninggalkanku begitu saja."
Camillia langsung bangun dari posisinya, ia ingin sekali menampar pria disampingnya ini. Berani-beraninya ia membohongi dirinya seperti itu. Namun, hatinya selalu luluh melihat pria bernama Park Ji-min. Padahal faktanya, pria ini bisa disebut lebih parah dari seorang brengsek, namun ia tidak pernah bisa membuat dirinya membenci Park Ji-min.
"Camillia, kamu harus tahu satu hal. Meskipun kau mungkin telah menyerah padaku, aku tidak akan menyerah padamu. Kau harus tahu, apapun yang terjadi, aku akan selalu berusaha untuk bersamamu. Apapun masalah yang menimpamu, aku akan selalu berada di sampingmu. Bahkan seandainya kau suatu hari akan melupakanku karena kau harus mengambil takhtamu, aku tidak akan pernah melupakanmu."
"Why are you saying this? Are you leaving?" tanya Camillia dengan mata yang mulai berlinangan air mata.
"Kau adalah bodyguardku yang pertama. Wanitaku yang pertama, dan juga. . . pemilik hatiku yang pertama dan terakhir." ujar Park Ji-min lirih sambil mendekatkan wajahnya ke Camillia.
Perlahan-lahan kedua itu akhirnya mempertemukan bibir mereka. Jimin akhirnya bisa melepaskan pertahanan dirinya untuk mengecup bibir sang Tuan Putri.
"Ji-min ssi, aku. . . bukanlah wanita yang mungkin kau inginkan. Aku bukan tipe Puteri cantik yang bekerja sana sini sekedar untuk diplomasi, aku memiliki masa lalu yang kelam. Semua masa mudaku habis untuk bekerja sebagai pembunuh sadis. Aku. . . tidak layak untuk semua ini. Aku juga takut, takut membahayakanmu--"
"Babo. [Bodoh]" ujar Jimin lirih sambil mendekatkan wajahnya perlahan-lahan ke Camillia.
"Apa katamu?"
"Itu seharusnya barisku, akulah yang takut dirimu terjatuh dalam bahaya."
"What the? Kau pikir aku ini cewek macam apa? A damsel in distress?" balas Camillia kembali tidak terima.
"Aku tahu kau kuat Lia. Tapi, ada saatnya aku juga berharap kau bisa benar-benar menjadi dirimu. Bukan seorang bodyguard, bukan seorang petarung, bukan Putri Inggris, tapi hanya dirimu, Lia. Aku tidak ingin kau hidup dengan patokan perfeksionis, aku hanya ingin kau hidup sebagai Lia. Lia yang tidak bisa memasak namun selalu mencoba sebaik mungkin, Lia yang peduli pada pelayan-pelayannya dan menganggap mereka sebagai teman sendiri, Lia yang ceroboh dan sering melakukan kesalahan. Aku ingin kau hidup sebagai manusia biasa, bukan seseorang yang harus sempurna di semua hal. Karena itulah yang membuatku mencintaimu, Lia. Bukan takhtamu, bukan kemampuan bela dirimu, tapi dirimu sendiri."
Lia terdiam mendengar ucapan Jimin. Di dalam hatinya, ia juga ingin melepaskan semua bebannya. Ia tidak ingin hidup dengan patokan segala sesuatu sempurna. Selama ini ia hidup bagaikan robot. Robot yang tidak pernah istirahat. Satu-satunya saat dimana ia bisa melepaskan semua bebannya hanyalah di pundak Jimin. Satu-satunya tempat ia bisa melepaskan tangisannya dan air mata yang selalu ia pendam, hanyalah Park Jimin.
Perlahan-lahan air mata mulai membasahi pipi Lia ketika ia mulai mengingat kembali semua memorinya bersama Park Jimin. Dari pertemuan akibat dompet, hingga mereka yang sekarang. Begitu banyak saat-saat berharga yang telah mereka lalui bersama.
"Park Ji-min ssi. Kedepannya, kau akan menghadapi banyak tantangan dengan berada bersamaku. Banyak mafia akan mengejarmu dan mencoba menjatuhkanmu, media massa akan selalu mengikuti tiap gerak-gerikmu. Apa kau yakin kau ingin tetap bersamaku?"
"Aku yakin, asalkan kau berjanji kau tidak akan membiarkanku melalui ini sendirian."
Lia kemudian mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Park Ji-min dan meraih ujung wajahnya. Ia memegangnya perlahan dan akhirnya mengucapkan jawabannya, "Tentu saja."
🌼🌼🌼
Beberapa bulan kemudian, Lia semakin jatuh sibuk dalam urusan kerajaan. Para menteri terus menekannya untuk mengeluarkan kebijakan ini itu, namun Lia berhasil menanggung semua itu dengan baik. Pandangan publik terhadapnya semakin lama semakin baik. Sedangkan Park Ji-min sendiri sedang sibuk mempersiapkan comeback BTS yang telah lama ditunggu-tunggu para ARMY.
"Byeontae ya [Si mesum], sedang apa kau?" tanya Lia sambil tertawa geli berbicara dengan Jimin melalui handphonenya. Ini sudah lebih dari tiga hari sejak Lia terakhir mendengar suara Jimin.
"Aku? Aku sedang di ruang latihan bersama para member lain. Kami sedang melatih choreography untuk tarian lagu baru kami. Aku janji aku akan datang ke Inggris minggu depan untuk menemuimu, I miss you." jawab Ji-min sambil perlahan-lahan menyusuri lorong istana Lia. Tanpa sepengetahuan Lia, Ji-min dan Almond telah menyiapkan sebuah surprise karena hari itulah ulang tahun Lia. Akibat pekerjaan yang kian menumpuk, Lia sendiri bahkan tidak menyadari bahwa hari itulah hari ulang tahunnya.
"Oh, begitu." balas Lia kembali dengan nada yang sedikit menunjukkan kekecewaannya karena Ji-min baru bisa datang minggu depan. Kenyatannya, ia sudah tidak tahan ingin menemui Ji-min.
"Ada apa dengan suaramu? Kau terdengar kecewa sekali."
"No, it's fine. Hanya sedikit lelah." ujar Lia sambil perlahan-lahan meregangkan tubuhnya yang kini cukup kaku. Betapa inginnya ia pergi ke gym agar ia bisa melakukan boxing untuk meredakan stressnya, namun sebulan yang lalu ia tertangkap basah oleh sang Perdana Menteri dan semenjak itu ia harus pergi ke gym diam-diam agar tidak ketahuan.
Tiba-tiba lampu kamar Lia mati dalam sekejap. Ia terkejut bukan main. Ia langsung berdiri dalam posisi pertahanannya dan mencari senter untuk menerangi kamarnya yang kini gelap gulita. Baru saja ia hampir menyentuh saklar. . .
"Happy Birthday, Lia! Happy Birthday, Lia!"
Sebuah rombongan memasuki kamar Lia sambil menebarkan confetti dan membawa sebuah kue ulang tahun besar untuk Lia.
"Oh my goodness!" Lia kagetnya bukan main, apalagi melihat pria yang begitu ia ingin temui berada di tengah parade itu.
"Happy Birthday, Lia!"
Tidak hanya Park Ji-min, tapi seluruh rombongan pelayan pribadinya, Almond, para member Bangtan, bahkan Lee Soo-jung dan Lee Soo-yeon hadir di tengah ruangan itu.
Lia tidak dapat menghentikan air matanya yang mengalir di pipinya. Ia begitu bahagia karena semua orang yang ia cintai kini berada di satu ruangan dengannya. Keluarga keduanya lebih tepatnya.
"Lia, setelah semua yang kita lalui bersama, dari pencurian dompetku yang begitu bodoh, jatuhnya pesawat, amnesia palsu, hingga pertemuan kita di boxing ring, meskipun semua peristiwa itu begitu ekstrim dan gila, namun semua itu tidak menyaingi cintaku padamu. Aku sekarang berlutut dan menawarkanmu, will you be my one and only?"
Lia tersenyum lebar sambil menahan tangisannya, "That's a tough question."
Lia kemudian berjalan mendekati Jimin dan langsung memeluknya erat, "I'd never say no to you. I love you, byuntae ya!" [Aku tidak akan mengatakan tidak padamu, aku mencintaimu dasar mesum!]
—The End—
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard🌼pjm [3/7]
RomanceCamillia Peterson Seorang boneka mafia yang bekerja dibawah Lee Corp. Soo-jung mengambilnya sebagai bawahannya untuk melindunginya karena Camillia merupakan seorang prajurit yang lebih tangguh darinya. Sejak kematian orang tuanya, ia sudah tidak mem...