Gugur

554 47 3
                                    

3 bulan sudah berlalu.

Perubahan dari waktu ke waktu yang berjalan terus terjadi pada Jennie. Namun tidak pada sikap Taeyong yang masih dingin dan cuek pada istrinya tersebut.

Kini perut Jennie sudah terlihat membuncit. Namun, Jennie selalu khawatir jika Taeyong berusaha untuk menghilangkan janin yang ada di dalam rahimnya tersebut.

Karena ia selalu teringat ucapan Taeyong yang terus menari di kepalanya.

Jennie bangun dari tidurnya. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu, ia melangkah ke dapur untuk memasak sarapan.

At 08.30 pagi.

Setelah sarapan pagi, Taeyong duduk di ruang tv. Ia tidak pergi ke kantornya hari ini. Karena ia mengambil cuti 1 hari.

Kini, ia sedang mengutak-atik handphonya untuk memberitahukan kepada sekretaris di kantornya. Setelah mengabarkan pada sekretarisnya, lalu Taeyong mengambil koran yang ada di meja dan membacanya.

"Usia kandungan Jennie sudah 3 bulan. Aku harus segera membawanya kesana."gumam Taeyong.

Bagaimana Taeyong bisa tau?

Ya, karena Taeyong membuat agenda kalender di handphonenya tentang usia kandungan Jennie. Itu sangat memudahkannya untuk tau berapa usia kandungan istrinya.

Bukan peduli, namun sebaliknya.

Taeyong menyimpan koran yang tadi sekilas ia baca. Lalu dia berdiri dari duduknya dan menghampiri Jennie yang sedang mencuci piring di dapur.

"Setelah ini, kau harus ikut aku."ucap Taeyong membuat Jennie terkejut.

"Ke-kemana?"tanya Jennie menatap Taeyong.

"Kau tidak perlu tau."jawab Taeyong dingin.

"Bukankah kau harus bekerja?"

"Aku sudah mengambil cuti."

Setelah selesai mencuci piring dan membersihkan dapur, Jennie pun bersiap-siap untuk pergi bersama Taeyong.

Jennie benar-benar tidak tau kemana Taeyong akan membawanya. Kekhawatirannya selalu sama, ia takut Taeyong akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti janin yang ada di dalam kandungannya.

Hening.

Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan. Jennie terus memikirkan kemana Taeyong akan membawanya. Sedangkan Taeyong tetap terlihat tenang dan fokus mengemudi mobilnya.

*

30 menit kemudian.

Merekapun sampai di sebuah rumah sakit. Jennie ingat dengan rumah sakit itu.

Taeyong turun dari mobilnya, sementara Jennie masih terdiam di dalam mobil sambil memikirkan sesuatu.

Lama menunggu Jennie keluar, membuat Taeyong geram. Akhirnya, Taeyong membukakan pintu mobil untuk Jennie.

Jennie memandang lekat kedua mata Taeyong.

"Turun!"perintah Taeyong dingin.

"Ke-kenapa kita pergi kesini?"tanya Jennie.

"Kau tidak perlu bertanya. Ayo ikut aku."

"Aku tidak mau."

"Ayo turun. Jangan membuat aku memaksamu turun dengan kekerasan."

Jennie tetap diam dan duduk. Ia sama sekali tidak ingin turun. Air mata pun mengalir sempurna di pipi Jennie saat Taeyong memaksanya untuk turun.

"Ayo turun atau___"

He Is My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang