BAB IV: Deep Pain and Screams Loud

9.4K 795 47
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Nadit, you're the greatest that Allah ever sent to me. Being your husband was the happiest moment in my life, eventhough i just had a little time to hold you, to took care of you. Nadit, even the sky was crying on the day you left the world for forever and there's no one could describe how broken I am. Naditya, I'm in pain, but everytime I remember your painfully screams, I know my pain is nothing compare yours. So, even there's nothing that my heart want more than being with you for another hundreds years, I'm letting you go, Naditya, because I know, now you're free from pain, and you rest in peace in His Jannah. Innalillahi wa inailaihi rajiun."

Kalau saja Mauza saat ini bukan istri dari si penulis keterangan foto itu, mungkin dia akan menitikkan air mata sambil histeris mengagumi ke romantisan si suami yang ditinggal pergi istrinya. Nyatanya, dia hampir menitikkan air mata, bukan karena terharu, tetapi karena ada setitik rasa sakit di sudut hatinya. Mauza baru saja menyadari, hidupnya terjebak pada sosok laki-laki yang punya rasa cinta begitu besar pada almarhumah istrinya.

Memang, foto itu diunggah di Instagram satu tahun yang lalu, sebulan setelah Naditya pergi untuk selamanya. Mungkin saja, seiring berjalannya waktu semuanya berubah, tetapi hati Mauza percaya, bahwa tak semudah itu rasa cinta mengabur. Diamatinya sekali lagi foto itu. Ada Farzan yang tengah merangkul Naditya yang tertawa lebar. Hijab warna tosca yang di pakai Naditya melambai ditiup angina tetapi tidak menutupi wajahnya yang cantik. Matanya berwarna coklat tua, bibirnya merah muda alami, kulitnya masih dikatakan putih langsat walau sedikit lebih terang dan semakin terlihat terang karena ia memakai pakaian berwarna terang. Sejujurnya Mauza tidak menyangka Naditya sangat cantik ketika berdandan alami seperti itu. Satu-satunya waktu mereka pernah berjumpa adalah ketika pesta pernikahan Farzan dan Naditya berlangsung. Saat itu Naditya menggunakan dandan tebal yang membuatnya tampak begitu berbeda.

Latar belakang foto itu adalah sebuah pantai indah yang tidak diketahui Mauza lokasinya. Mungkin di luar negeri. Mungkin ini foto bulan madu mereka. Farzan terlihat begitu bahagia, meski hanya seulas senyum tipis yang terukir di wajahnya. Senyum yang sejak pertama kali mereka berkenal secara formal, menjadi senyum favorit Mauza. Matanya tidak berbohong, sinar bahagia memancar menyilaukan siapa saja. Ada ragu yang menelusup di hati Mauza bahwa mungkin kebahagian Farzan waktu itu tak akan terulang bersama Mauza.

All I Ever Did Was Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang