BAB VII : Real Eyes Realize Real Lies

9.2K 783 33
                                    

"Sekali lagi selamat ya, Say

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekali lagi selamat ya, Say. Bakery kamu desainnya keren banget, kuenya juga ga kalah mantap. Kita pamit dulu." Bina mencium pipi kanan dan kiri Mauza. Kemudian, Mauza beralih menyalami Irfan. "Terima kasih udah mampir ya, Mbak, Mas," ujar Mauza tulus.

Kini toko kue milik Mauza sudah resmi berdiri. Memang masih skala kecil. Itu pun karena dia akhirnya menerima tawaran Farzan untuk membuka toko kue di lantai atasr café milik Farzan. Pekerjaan kantor Farzan yang semakin membludak membuat Farzan akhirnya meminta Mauza untuk memantau keadaan bengkel dan cafenya. Lalu, Farzan memberikan Mauza kesempatan untuk memasarkan desert-desert-nya di café Farzan. Kata Farzan hitung-hitung sekalian membaca selera pasar. Sebulan setelahnya, ketika secara statistik terbukti bahwa kue buatan Mauza selalu diminati pelanggan, Farzan menyarankan untuk Mauza membuat toko kue nya di lantai dua di café itu. Nanti, jika memang usaha Mauza sudah stabil, maka Farzan akan senang hati membantu Mauza mengekspansi usaha tersebut. Setelah Mauza pikir-pikir, tidak ada salahnya untuk merealisasikan saran Farzan, apalagi menurutnya terlalu muluk-muluk bila langsung membuka usaha kue berskala besar. Hingga pada hari ini toko kue yang diberi Mauza nama Sweet Treats secara resmi telah dibuka.

Bina dan Irfan baru hendak beranjak dari posisinya, sosok Farzan terlihat di ambang pintu. Lelaki tersebut mendekat dengan wajah cerah, meski tidak dapat dipungkiri ada gurat lelah di sana. Penampilannya pun tidak terlalu rapi, kemeja putih yang dikenakan Farzan sudah keluar setengah dari celana kainnya. Namun, hal tersebut tetap membuat Mauza tersenyum kecil. Senyum tersebut semakin lebar ketika menyadari benda yang ada di tangan Farzan. Buket anggrek bulan, bunga favorit Mauza. Sejujurnya, Mauza benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir Farzan. Terkadang ia bisa berperilaku manis dan terasa sangat dekat dengan Mauza, tetapi di lain waktu, lelaki itu terasa begitu jauh, tak tergapai Mauza. Jelas, hal itu juga membuat Mauza uring-uringan. Wanita ini tidak tahu harus bersikap seperti apa. Yang Mauza tahu, hatinya bisa kapan saja menyerah pada pesona suaminya itu, yang ia takuti adalah Farzan melepasnya begitu saja.

"Nih suami satu gimana ya, Yang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih suami satu gimana ya, Yang. Masa bininya buka usaha baru malah datang pas acara mau kelar," Irfan memang berbicara pada Bina tetapi maksud hatinya tidak bukan adalah menyindir Farzan yang baru bergabung dengan mereka.

All I Ever Did Was Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang