Chapt. 8 : |Lies Better Than Truth|
CASIE benci mengakui bahwa ia jatuh cinta pada Harry. Sekuat apapun ia menyangkal, rasa yang datang justru semakin mencekik.
Ketika hari di mana ia bertemu Harry di rooftop, dan di Las Vegas, ia mewanti dirinya untuk tidak jatuh pada Harry.
Tapi Casie terlalu letih untuk menampik. Jika pada akhirnya justru terasa semakin besar.
Pernikahannya dengan Harry tinggal tiga minggu lagi, dan karena sekarang ia tengah memilih -berdebat- bersama Harry tentang warna apa yang akan dipakai, akhirnya keduanya sepakat.
Soft pink, putih, emas dan biru.
Resepsi akan diadakan di London dan memakai nuansa yang elegan. Dan tentu saja memukau.
Sementara gaun, Casie meminta Harry menemaninya untuk memilih. Karena baik Anne maupun Mia lebih memilih mengatur segala yang menyangkut resepsi.
Ada banyak gaun yang terpajang. Dan semuanya tampak begitu indah. Setelah lama memilih dan berdebat akhirnya urusan gaun dan tuxedo selesai.
Cincin juga sudah.
"Kuharap semuanya berjalan lancar nanti," desah Harry dengan pelan.
"Kau berharap yang buruk?" Mata Casie memicing tajam.
"Tidak, bukan begitu." Harry mengambil jeda untuk menatap tepat pada manit mata Casie. "Hanya saja aku khawatir nanti semuanya tidak berjalan lancar," lanjutnya.
Casie mencebik. Ia balas menyorot Harry namun kali ini lebih tenang dan terkendali. "Mana ada orang yang berani mengacaukan pernikahan kita, aku akan membunuhnya nanti," katanya dengan sedikit candaan.
Thomas, satu-satunya yang perlu aku takuti. Bisiknya dalam hati.
"Berhenti menatapku Harry. Dan aku lapar, tatapanmu tak akan membuatku kenyang," kata Casie selagi memakai sabuk pengaman.
Harry tertawa dan mengacak rambut Casie. Kemudian menjalankan mobilnya menuju salah satu cafe.
"Hari Senin nanti, tepat dua minggu sebelum pernikahan, kita akan pindah ke London."
Ucapan Harry hanya dibalas dengan gumaman Casie yang pertanda setuju.
Setelah sampai di tempat parkir Cafe, Harry segera turun yang diikuti Casie.
Keduanya memasuki cafe yang tampak lenggang dan memesan makanan.
"Pesanan akan tiba secepatnya," ujar si Pelayan dengan genit menatap Harry.
Casie yang melihat itu menaikan sebelas alisnya dan menghentikan langkah si Pelayan yang akan pergi.
"Berhenti berharap dari sekarang juga untuk bisa menikahinya. Kau takkan bisa," ujar Casie dengan santai.
Pelayan itu tertunduk kemudian sekali lagi izin untuk pergi.
"Kau tidak seharusnya berlaku kasar,"
"Dan aku tidak suka ketika apa yang menjadi milikku, digoda oleh orang lain," balasnya telak.
Harry tersenyum geli memandang wajah Casie yang masam. Ia kemudian mengulum bibirnya melihat Casie yang mendelik tajam.
"Casie, apa kau pernah mengenal Thomas Frangstone?"
Tubuh Casie terasa kaku. Ia mengalihkan pandangannya dari jalanan kepada Harry.
"Tidak. Aku tidak mengenalnya, sedikitpun."
Maaf Harry, aku berbohong.
________
Chapter 8?? Done.
·> I'm so happy and proud. Without you guys, this story will be nothing.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Forget You |Harry Styles|
Fanfiction[C O M P L E T E D] (Even this story is completed, please, keep vote❤) "Wedding is not only a happy ending. It can be a sad ending." She loves him. He loves her. Tidak. Semuanya tidak seindah itu, hidup itu bukan hanya tentang manis tapi juga pahit...