𝟎𝟐 ║𝑯𝒊𝒔 𝒓𝒐𝒐𝒇𝒕𝒐𝒑 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒏𝒕 𝒎𝒆 𝒉𝒐𝒎𝒆

11.2K 997 24
                                    

𝐀𝐑𝐂𝐀𝐍𝐄 ┊ His rooftop that sent me home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐀𝐑𝐂𝐀𝐍𝐄 ┊ His rooftop that sent me home

━━━━━━━Ⓐ━━━━━━━

Langkah demi langkah tungkaiku melewati tangga rumah milik laki-laki yang menolongku, aku baru saja mandi dan membersihkan diriku dari semua yang menggangguku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah demi langkah tungkaiku melewati tangga rumah milik laki-laki yang menolongku, aku baru saja mandi dan membersihkan diriku dari semua yang menggangguku. Langkahku terhenti saat melihat laki-laki yang tengah berkutik dengan laptopnya tanpa atasan, aku membuang pandanganku dari tubuhnya yang dipenuhi tato itu dan berusaha untuk tidak berteriak karena keterkejutan.

"Oh hey, selamat siang?" sapaku setelah berdeham dan mencoba untuk mencairkan suasana, aku terpaksa menoleh ke arahnya dengan senyuman kecil di bibirku. Ia menutup laptopnya dan berjalan ke arahku. Oh tidak, jangan mendekat ke arahku tanpa atasan seperti itu! Gadis batinku dapat kehilangan akal.

"Selamat siang," sapanya kembali, aku mencoba untuk bersikap biasa saja meski jantungku sudah berdegup dengan begitu cepat, bahkan gadis batinku kini membiarkan air liurnya mengalir, memperhatikan tubuh atletisnya yang dipenuhi dengan tato itu.

Suasana pun menjadi hening, aku tidak tahu harus berkata apalagi karena pikiranku sedikit terganggu dengan pemandangan pria tanpa atasannya ini. "Ayo makan siang bersama," Ia berjalan menuju ruang makan, membuatku mengikutinya dari belakang. Mataku membulat dengan sempurna saat melihat tato di punggungnya yang menarik perhatianku.

"Berapa banyak tato di tubuhnya itu?" tanyaku pada diri sendiri dan aku tahu kalau aku tidak akan mendapat jawabannya.

Pagi tadi, aku memilih untuk sarapan di kamar dan untungnya pria itu mengerti akan keadaanku, Ia membiarkanku memakan sarapanku di kamarnya sedangkan dirinya makan sendiri di ruang makan. Meski rasanya begitu tidak tahu diri, namun pria itu benar-benar tidak berkomentar sama sekali dan membiarkanku berdiam diri di kamarnya.

Aku menarik kursi dan segera duduk, pria itu memilih untuk duduk di hadapanku dengan tatapan datarnya, aku meneguk air liurku dengan sulit. Apakah Ia akan memakan sarapannya tanpa atasan? Oh ayolah, bukankah itu akan mengganggu? Maksudku mengganggu penglihatanku.

"Selamat pagi, Tuan Evandeer dan Nyonya Eloise" seorang pelayan tiba-tiba datang, aku menolehkan kepalaku dan tersenyum kecil kepada Anne yang membalas senyumanku dengan senyuman ramah miliknya.

ARCANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang