Sabtu, 4-8-2018
AUTHOR POV
Sudah setengah jam lebih Jisoo masih betah duduk di pinggir kasur. Sedari tadi Jisoo hanya meneteskan cairan bening. Hari ini, hari yang paling menyakitkan untuk Jisoo. Hari ini adalah hari pernikahan Jin dan perempuan pilihan ibu.
Tok tok tok
Dengan cepat Jisoo menghapus air matanya. Seorang gadis berambut coklat mendekati Jisoo. Ia tahu bahwa sahabatnya itu terus menangis.
"Udah dong jangan nangis lagi, aku ikut sedih nih" ujar Jennie seraya memeluk Jisoo dan mengusap punggungnya untuk memberinya kekuatan.
"Jenniee.. hiks hiks aku ga kuat hiks liatnya nanti hiks hiks" tangisan Jisoo pecah di pelukan sahabatnya itu.
"Udah dong, kamu harus kuat! Oke?" Jennie mengambil tissue yang tak jauh dari sana. Jennie mengelap air mata Jisoo.
"Aku yakin kamu akan bahagia suatu saat nanti, karna di cerita itu ga ada yang namanya sad ending. Kalo sad ending, pasti kedepannya atau lanjutan ceritanya akan ada kebahagian dan kebahagian itu akan menggantikan rasa sakit yang sebelumnya ada" Jennie mengeratkan pelukannya kepada Jisoo yang masih terisak.
.....
JISOO POV
Rumah orang tua Jin menjadi tempat acara pernikahan Jin dan Irene. Rumah ini di ubah menjadi sangat indah bak istana yang mengadakan pesta. Dan banyak sekali tamu yang datang. Tamu di sini kebanyakan dari teman teman ibu dan Irene. Tapi jangan salah, jumlah teman ibu dan Irene sangat banyak.
Tidak seperti hari pernikahanku. Memang sih, aku yang meminta kepada Jin untuk tidak terlalu berlebihan saat acara pernikahanku.
"Mewah sekali" ucapku pelan.
"Mewah tapi tidak ada kebahagian, itu sama saja tidak terlihat mewah"
"Siapa yang tidak bahagia? Aku? Aku bahagia melihat Jin men-"elakku.
"Bukan kamu, tetapi Jin. Dia sangat mencintaimu, sampai dia setuju menerima ini semua karnamu, nak" ujar papa sambil merangkul pundakku. Selama acara berlangsung papa terus berada di sisiku, menguatkanku.
Dan kini saatnya adegan yang aku sangat hindari. Aku hanya bisa menundukan kepalanya sambil meneteskan air mata yang terus keluar. Aku ingin menghentikan cairan ini tetapi dia terus keluar. Hati ini rasanya sakit sekali.
Aku tidak mau papa melihat cairan ini yang terus keluar. "P-pa Jisoo ke kamar ma-"
"YAAMPUN JISOO!"
.....
AUTHOR POV
Matahari sudah mulai bersembunyi. Wanita itu sedang menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga. Rambut hitamnya yang sesekali menutupi wajah cantiknya karna tertiup angin.
Saking nyamannya menikmati aing sore, wanita ini tak merasa ada seseorang yang melihatnya dari belakang. Seseorang itu mendekati wanita yang masih memandangi langit.
Jisoo sempat terkejut karna tiba tiba ada tangan kekar yang melingkar di perutnya. Lelaki yang baru saja menyelesaikan acaranya datang ke kamar lalu memeluk Jisoo.
"Kenapa kau ke sini?" Tanya Jisoo yang masih memandangi indahnya langit jingga. Bukannya menjawab, Jin malah mengeratkan pelukannya dah menaru dagunya di pundak sang istri.
"Memangnya tak boleh? Ini kamarku juga. Dan sedang apa kau disini sendiri? Disini dingin kau bisa sakit nanti, sayang."Jin mengeratkan pelukannya.
"Oh ya! Aku dengar dari papa bahwa kamu hampir pingsan? Maafkan aku, aku benar benar minta maaf. Sehar-"
"Ssttt! Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Aku hanya kelelahan saja "
Keduanya saling memejamkan matanya, merasakan angin sore sekaligus hangatnya pelukan.
Moment ini terhentikan karna ada suara ketukan pintu dan pintu terbuka karna seseorang. "Oh?! Maaf aku mengganggu, eumm kalau begitu aku per-" ucap Irene terpotong.
"Ada apa?" Tanya Jin dingin. Jisoo bisa melihat aura tak bersahabat suaminya langsing menggenggam lengan Jin yang masih menggunakan jas.
"Apa kau mencari Jin?" Tanya Jisoo kepada Irene yang baru menjadi istri Jin juga. Irene mengangguk ragu. "Sudah sana, ini malam pertama kalian" ujar Jisoo sambil tersenyum walau hatinya terasa sakit sekali.
"Malam ini aku tidur dengan istriku, mungkin selamanya" ujar Jin sambil melihat ke Jisoo saat kata 'istriku'.
"Baiklah kalau begitu aku ke kamar dulu" Irene pun menutup kembali pintu.
Setelah pimtu tertutup kembali Jisoo melipat tangannya di dada sambil menatap Jin. "Dia istrimu juga Jin, jangan egois, kau harus adil".
"Cepat datangi dia" Jisoo menarik tangan Jin untuk keluar dari kamar mereka.
"Kau mengusirku?" Jisoo mengeleng.
"Kau harus adil Jin"
"Biarkan malam ini saja aku tidur bersamamu" Jin mencium pucuk kepala Jisoo. Jisoo memikir sebentar, jujur saja Jisoo memang ingin Jin tidur bersamanya selamanya tetapi Irene istri Jin juga, dia tak boleh egois.
"Aku mohon" Jisoo pasrah, ia hanya mengagguk mengiyakan permintaan suaminya yang amat ia cintai.
...
JISOO POV
Pagi ini semua anggota keluarga sedah sarapan sambil sesekali berbincang, mengenai perusahan atau yang lainnya.
"Oh ya Jin, bagai mana malam pertamamu?" Pertanyaan ibu membuatku berhenti menyuapkan nasi ke mulut.
"UHUKK" Jin ter batuk dan segera aku mennuangkan air ke gelas. Belum aku menyentuh teko kaya itu, tangan Irene telah mengambil alih. Irene memberikan gelas itu dan Jin menerima, itu yang membuat hatiku sakit.
"Kamu kenapa Jin? Ada yang salah dengan perkataan ibu?" Tanya ibu kepada Jin. Jin hanya menggelengkan kepala. "apa kamu tidak tidur dengan Irene?!!" Tanya ibu kembali dengan nada tinggi.
"Ini sedang sarapan bu, tak usah membahas apapun dulu"
"Ini sem-"
"Aku berangkat dulu bu" Jin berdiri dari kursinya sambil menarik tangan Jisoo. "Ayo" Jisoo yang masih bingungan hanya ikut saja.
"Jin? Kita mau ke mana?"
"Ikut aku saja"
Maaf baru bisa update
Mohon maaf lahir dan batin ya...
Maaf kali aku banyak typo, aku males periksa hehehe😶😶
JANGAN LUPA VOMMENT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary ||JINSOO||
Fanfiction⚠️Banyak typo karna itu ciri khas saye ⚠️Pure, real, murni, asli ini hasil dari otak aku sendiri (makanya kadang ga nyambung kl lg ga mood) ⚠️GA BOLEH COPAS hargai penulis yg pusing plus pegel bikin ff ~Keturunan, Apakah mempunyai keturunan harus se...
