Kamis, 10-01-2019
"JISOO!!!" teriak Jin saat melihat Irene terjatuh di lantai. "APA YANG KAU LAKUKAN?!!!" bentak Jin kepada Jisoo lalu Jin membantu Irene yang mengaduh kesakitan.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Biar aku jel-"
"Tadi dia hampir menusuk perutku dengan pisau yang di genggamnya hiks hiks" potong Irene.
"TIDAK!! Dia tadi mau membunuhku dengan pisau ini!! namun aku menahannya dan dia tiba tiba-" jelas Jisoo namun di potong oleh bentakan Jin yang membuat Jisoo tidak percaya dengan kelakuan suaminya yang sangat ia cintai itu. Jisoo sangat terkejut, ini pertama kalinya Jin membentak Jisoo.
"sudah tak usah membela diri lagi! jelas jelas pisau itu ada di tanganmu dan aku melihat kau mendorong Irene! Jika sesuatu terjadi kepada bayiku aku tak akan memaafkanmu Jisoo!" setelah itu Jin membawa Irene menuju rumah sakit. Setelah mereka pergi Jisoo menangis. Hatinya sakit saat orang yang dia sayangi tidak percaya kepadanya.
Yang terjadi sebenarnya adalah Irene menodongkan pisau itu ke arah Jisoo namun Jisoo mencoba menahannya dengan menggenggam pisau itu hingga tangannya Jisoo berdara. Saat Jin datang Irene pura-pura terjatuh dan mengaduh kesakitan. Dan Jin mempercayai istri keduanya itu.
Jinnya telah berubah, Jin telah mencintai Irene dan bayinya. Disini sekarang Jisoo hanya menjadi pengganggu di kehidupan mereka. Yang Jisoo hawatirkan sekarang terjadi.
Jisoo bangun dari duduknya lalu pergi menuju kamar mandi. Ia membersihkan tangannya sendiri sambil menangis. Jisoo mengobati tangannya sendiri. Luka ini membuat air matanya keluar lebih banyak. Sakit yang ia terima berlipat lipat. Hati dan tangannya terluka. Sangat perih.
***
Di tempat lain,
"Dok apa bayi saya baik-baik saja?" tanya Jin kepada dokter yang baru saja menangani irene.
"Tak ada masalah apapun, kandungannya baik baik saya dan bayinya pun sehat" jawab dokternya dengan wajah heran.
"Apa dokter yakin? Istri saya abis jatuh dok"
"tidak adamasalah apapun dan tidak ada luka bentur" ujar sang dokter "Kalau begitu saya pergi dulu ya pak, permisi" setelah dokter pergi, Jin masuk ke ruangan Irene.
"kau baik-baik saja?' tanya Jin lembut sambil menggenggam tangan Irene. Irene hanya membalas dengan anggukan disertai senyum.
"Kenapa Jisoo jadi seperti itu? Awas saja! Aku tak akan memaafkannya!" diam-diam Irene memasang seyum smirknya.
***
Plak
Tamparan keras terdengar sangat kencang. Yang di sakiti hanya memegang pipinya sambil menangis.
"KAU TIDAK TAU DIRI HAH?!!! BERANI BERANINYA KAU MAU MELUKAI MENANTUKU!!"
"Hiks,, tidak buu, aku tidak melakukan itu, Irene yang mau membunuhku bukan ak- aakkkk!!" Rambut Jisoo di jambak oleh Ibu.
"Kau menuduh Irene?!!"
"Aaakkk!! Aku mohon hentikan, sakit buu aaakkkkk!!" Ibu terus memkul sambil menjambak rambut Jisoo. Tadi tiba tiba Ibu datang ke rumah dan langsung menyiksa Jisoo tanpa henti.
"IBU!!" Jin kaget saat masuk ke rumah melihat Jisoo di siksa. "Apa yang Ibu lakukan! Hentikan! Dia bisa mati bu!"
"Biarkan saja dia mati! Supaya dia perji jauh seperti orang tuannya! Sama sama MEREPOTKAN"
"IBU BOLEH MENGEJEKKU, MENGHINAKU, MENYIKSAKU, TAPI JANGAN DENGAN ORANG TUAKU!!"
"YA! BERANINYA KAU MEMBENTAK IBU!!" Ibu terlihat mau menarik Jisoo namun Jin menahannya.
"Ke kamarmu sekarang!" Suruh Jin kepada Jisoo. Jisoo langsung pergi sambil menangis. Air matanya turun mengenai luka sobek di bibirnya. Penampilannya sudah terlihat tak wajar. Jisoo sangat lelah, ia tak kuat dengan perlakuan semua orang kepadanya.
Jisoo segera membereskan semua barang barangnya lalu di masukan ke tasnya. Jisoo berniat pergi. Ia tak tahan lagi menerima semua ini. Walau ia belum tau tujuannya, ia ingin pergi secepatnya. Ia turun ke bawah sambil membawa tas yang ukurannya lumayan besar.
Saat di bawah ia mendapat pertanyaan dari Irene. Di situ hanya ada Irene, Ibu dan Jin entah ada dimana. "Kau mau pergi? Baguslah jadi tidak ada pengganggu lagi disini, jangan balik lagi ya" ujar Irene dengan senyum sinisnya.
Saat di gerbang Jisoo bertemu dengan Papa. Papa melihat penampilan mertua yang sangat ia sayangin bertanya dan sangat khawatir. Jisoo memeluk Papa karna hanya papa yang sayang kepadanya. "Yaampun sayang ada apa ini?! Apakah mereka menyiksamu? Kau mau kemana membawa tas? Ayo biar papa antar saja" Papa menuntun Jisoo masuk ke mobilnya.
***
"Papa aku mohon, jangan beri tahu aku ada disini, aku mohon Pa""Tenang saja nak, Papa tidak akan memberi tahu siapapun asal kau harus selalu menghubungi Papa ya? Juga maaf"
"Papa tak salah, lagi pula aku selalu memaafkan mereka kok"
"Kau memang anak yang baik" Papa memeluk Jisoo dan tak terasa dia meneteskan air matanya. "Sekarang masuklah, Jennie papa tiyip Jisoo ya, jaga kesehatanmu nak" Papa pun pergi meninggalkan rumah Jennie. Jisoo dan Jennie pun masuk ke dalam.
"Hikss,, hikss,,"
"Tenangkan dirimu dulu, barulah cerita, oke?" Jennie memeluk erat tubuh Jisoo. "Aigo, muka dan tanganmu ini kenapa? Biar aku obati" Jennie pergi mengambil kotak obat. Saat ia kembali Jennie kaget saat Jisoo lari sambil menutup mulutnya.
Maap cuma dikit soalnya mau PAS nih jadi aku update dikit dulu lagian udh mentok nih
Btw aku seneng bgt pas ke akun ini lg banyak notif yang ngevote ff ini
Makanya semangat ngetik tapi mentok nih
Tadi udh keburu di isi mtk ni otak makanya jadi lieur *pusingBtw ini ga aku revisi, jadi kl ada typo maap
Comment aja yak😸👍❤JANGAN LUPA VOMMENT❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary ||JINSOO||
Fanfiction⚠️Banyak typo karna itu ciri khas saye ⚠️Pure, real, murni, asli ini hasil dari otak aku sendiri (makanya kadang ga nyambung kl lg ga mood) ⚠️GA BOLEH COPAS hargai penulis yg pusing plus pegel bikin ff ~Keturunan, Apakah mempunyai keturunan harus se...