1

9.7K 466 6
                                    

Katie sangat membenci bila masa season tiba. Ingin sekali ia pergi jauh saat season berlangsung tapi ia tahu itu tak mungkin. Ia memiliki tugas untuk mencari pendamping hidup. Tahun ini adalah season ke tiganya dan ia berharap akan mendapat nasib mujur. Ia ingin bisa membanggakan pria paling penting dalam hidupnya,  ayahnya, Sebastian Winther. Katie masih bisa ingat masa kecilnya yang bahagia bersama keluarganya.  Masih ingat sang ayah yang bahagia, tertawa bersama, menghibur dirinya saat ia sedih. Tapi semua telah berubah sejak ibu Katie meninggal. Ayah Katie berubah menjadi pendiam dan dingin. Lebih banyak mengurung diri dalam ruang kerja, menghabiskan waktu dengan bekerja dan melupakan bahwa ia mempunyai putri yang masih membutuhkannya.

"Lihat, lady Katie hadir kembali."

"Ah kau lihat gaun yang ia pakai?! Betapa tak cocoknya..."

"Apa dia pikir kali ini ia bisa mendapatkan pendamping dengan memakai gaun aneh seperti itu?!"

"Bagaimana ia bisa kurus jika terus makan? Kau lihat berapa banyak kue yang ia ambil tadi?!"

Katie berjalan seraya menunduk. Tidak sedikitpun wanita-wanita itu mencoba membicarakan dirinya dengan berbisik. Seakan sengaja agar ia mendengarnya. Katie tak tahan berdiri di sudut aula dan hanya mendengarkan gosip serta ledekan mengenai dirinya. Ia pun melangkah menuju taman.

Saat perjalanannya menuju pintu yang mengarah ke taman, Katie melihat sesosok pria yang membuat langkahnya menjadi pelan. Ia menatap pria itu diam-diam. Andrew Hartley, bisiknya. Pria bertubuh tinggi tegap dengan mata birunya. Anak dari George Hartley, Sang Earl of Warrington. Pria yang paling tampan yang pernah ia lihat. Sosok yang singgah di hatinya dan selalu ia pikirkan.

Seringkali Katie berharap pria itu melihat dirinya. Tersenyum padanya. Atau sekedar mengangguk. Tapi itu hanya mimpi belaka. Siapa yang mau denganku, keluhnya dalam hati, jika aku tidak begini pasti aku sudah menikah saat season pertamaku. Katie sebenarnya tidak jelek. Hanya bertubuh gemuk. Lebih berisi dari wanita lainnya dengan pipinya yang tembem. Korset yang dipakai justru membuat dadanya membusung ke depan. Membuat Katie malu dan tak percaya diri.

Katie tiba di luar rumah mewah dan berhadapan dengan taman luas indah dengan aroma bunga. Saat itu gelap tapi Katie yakin taman itu pasti sangat indah. Ia berjalan melewati jalan setapak dan air mancur hingga tiba di ujung taman. Ia duduk di bangku. Kepalanya menengadah menatap langit malam dengan kilauan bintang. Angin dingin berhembus, membuat Katie kedinginan sejenak.

Katie merasa kecewa dengan sikap para lady di dalam. Mereka selalu bergosip mengenai dirinya. Apa salahnya jika ia makan untuk memuaskan rasa laparnya? Memang tadi ia terlalu banyak mengambil kue. Katie mendesah seraya menyandarkan punggung pada bangku taman.

"Meong...."

Katie memekik kaget mendadak mendengar suara hewan itu. Ia bisa merasakan tubuh hewan mungil itu mendekat dan menggesekkan badan pada kakinya. Katie menunduk ke bawah bangku dan melihat seekor kucing berwarna putih bersih.

"Hai kucing kecil...apa yang kaulakukan di sini?"tanya Katie seraya mengangkat tubuh kucing tersebut. Mendudukkannya di bangku di sampingnya dan mengusap buli halus kucing tersebut

"Apa kau juga kesepian di dalam sana?"Tanya Katie memperhatikan sang kucing yang asyik duduk seraya menjilat tangannya. Katie mendesah. "Apakah aku memang gadis yang membosankan? Bakal kau saja tak mau mendengarkan aku... kau tahu? Aku sangat bosan dengan pesta ini. Dengan segala tugasku di setiap season...kenapa aku begitu sulit mendapatkan calon suami? Apakah aku memang sangat jelek, pus?!"

Sang kucing hanya melirik Katie lalu kembali mengalihkan pandangan saat mendengar suara gemerisik dari balik semak. Lalu dengan gesit kucing itu melesat pergi mengejar apapun yang ada di balik semak.

"Yah...dan kini ia pun pergi meninggalkan aku. Mungkin aku memang gadis yang membosankan dan tidak menarik...."keluh Katie seraya menarik napas.

"Di sana rupanya kau!"

Katie menoleh kaget mendengar suara seorang pria di belakang lalu melihat dua sosok berdiri. Ia melihat Andrew berdiri tak jauh dari tempatnya duduk dan merasa dadanya berpacu lebih cepat.

'Sedang apa ia di sana? Apa ia memperhatikan aku dari tadi?'tanyanya dalam hati

Ia melihat Andrew yang menoleh sekilas ke arahnya lalu melangkah menjauh bersama pria satu lagi. Katie menarik napas dan kembali bersandar. Dadanya kembali berdetak normal. Ia merasakan tegang saat matanya bertatapan dengan manik mata Andrew. Entah apakah pria itu mengenalnya. Yang pasti Katie sangat mengenalnya. Begitu mengenalnya hingga menginginkan pria itu sebagai pendamping hidupnya. Katie tertawa sendiri. Mana mungkin Andrew mau dengannya. Ia yang gemuk dan jelek seperti ini.

———

Andrew Hartley, pemuda paling tampan dan menjanjikan di kalangan bangsawan melangkah dengan mantap memasuki aula pesta. Mengangguk tersenyum dan membalas sapa setiap para tamu pesta. Banyak yang menyambut kedatangannya terutama para wanita dan ibu yang menginginkan dirinya sebagai pendamping hidup putri mereka. Demi kesopanan ia pun terpaksa membalas percakapan. Tak sedikit wanita yang mengharapkan bisa menari bersamanya. Tapi dengan segala alasan ia pun bisa menghindar.

Andrew bukannya tak suka wanita. Ia sama seperti pria lainnya yang menyukai wanita cantik. Tempat pesta terutama masa season seperti ini merupakan masa yang paling ia hindari. Bagaikan mimpi buruk baginya karena kejaran para wanita. Andrew masih tak ingin terikat tali pernikahan. Ia masih ingin bebas berpetualangan ke manapun yang ia mau. Mengerjakan apapun yang ia hendaki.

Tapi hal itu tak bisa ia lakukan selamanya. Ia baru saja kembali dari Amerika atas permintaan ayahnya. Sang ayah mulai merasa dirinya sudah tua dan tak kuat lagi hingga memintanya pulang untuk mencari calon pendamping hidup sebagai syarat warisannya. Andrew merasa lelah setelah berdansa dengan banyak gadis. Mereka semua cantik tapi sayangnya tak sesuai dengan harapan Andrew. Ia menginginkan wanita yang cerdas. Bukan hanya wanita yang dengan mudahnya tersipu malu saat ia memuji atau tersenyum, bukan wanita yang hanya bisa mengangguk ketika mendengarkan ceritanya dan terdiam saat Andrew meminta pendapatnya. Lelah mendengar para wanita itu hanya bisa membicarakan perihal gaun dan gosip tak jelas.

"Ah...lady Katie kembali muncul lagi. Kukira ia tak akan berani muncul..."

"Siapa lady Katie?"tanya Andrew

"Wanita yang berdiri dekat jendela dan mengenakan gaun coklat itu."

Andrew melihat ke arah yang ditunjuk wanita yang sedang menari bersamanya. Ia melihat seorang wanita muda berdiri dengan piring berisi kudapan di tangannya. Wanita itu tampak tak cocok mengenakan gaun yang membuatnya terlihat gemuk. Dan riasannya tampak membuatnya terlihat tua.

"Lihatlah...bagaimana ia bisa menarik perhatian para pria jika memakai gaun aneh seperti itu?! Belum lagi makanan di piringnya...hanya akan membuatnya gemuk..."

Andrew memutar mata dengan malas karena harus mendengarkan sang lady yang terus membicarakan lady Katie. Berharap musik segera berhenti dan ia bisa menjauh dari wanita penggosip di hadapannya.

Merasa pengap ia pun berjalan keluar menuju taman. Udara sejuk menerpa wajah dan membelai rambutnya. Ia menghirup napas panjang. Perlahan mendongak dan membuka mata menatap bintang di langit yang gelap. Andrew berjalan melintasi jalan setapak yang dihiasi berbagai jenis bunga dengan aroma harumnya hingga tiba di ujung taman

Ia sedang melamun mengenai ayahnya yang sakit ketika mendengar suara kucing. Andrew menatap ke sekelilingnya dan melihat sosok wanita sedang duduk di bangku taman.

"Hai kucing kecil...apa yang kaulakukan di sini?"

Entah kenapa ia merasa penasaran siapa gadis yang memilih menyendiri di taman ketimbang di dalam. Andrew perlahan mendekat dan memicingkan mata lalu menyadari bahwa dia adalah wanita yang banyak dibicarakan para wanita di dalam. Andrew memperhatikan sang lady yang sedang berbincang dengan kucing itu.

"Di sana rupanya kau!"

Andrew menoleh kaget. "Kau membuatku kaget, John!"

"Apa yang kaulakukan di sini? Aku mencarimu dari tadi untuk bermain kartu. Kau mau bergabung kan?!"

"Tentu saja. Ayolah..."sahut Andrew melangkah seraya menoleh sekilas ke arah Katie yang sedang menatapnya. Lalu ia membuang muka dan melanjutkan berjalan menuju bagian dalam aula pesta




Tbc

The Girl Who Turn Into Beautiful Swan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang