13

8.5K 534 28
                                    

Andrew baru saja kembali dari perjalanannya ke estate milik keluarganya. Memberesi segala urusan dari pagi. Hampir seminggu ini ia pergi membereskan segala pekerjaannya. Dan selama itu pula ia tidak bertemu Katie. Andrew tak tahu di mana Katie dan sedang apa. Sampai di rumah biasanya ia akan mengurung diri di ruang kerja atau kamarnya. Pikirannya kembali teringat akan percakapannya dengan John beberapa hari yang lalu.

"Kau harus membuka hatimu, Andrew. Mau sampai kapan hidup seperti ini?"

"Aku baik saja. Kau tak usah cemaskan aku."

"Kau tidak baik saja. Aku sudah lihat sejak dulu. Kau terus menyimpan kenangan akan ibumu. Aku tahu kau sangat sayang ibumu. Tapi ibumu kini sudah istirahat dengan tenang. Beliau pasti tak akan mau kau terus hidup dengan kenangan itu!"

"Kau tak pernah tahu karena bukan kau yang merasakan dan melihat semuanya."

"Kenapa kau tak mau membuka hatimu? Apa kau takut akan mengalami seperti kejadian orang tuamu? Andrew, semua itu tak akan terjadi. Apa yang menimpa orang tuamu belum tentu akan kau alami juga. Diam-diam kau menyukainya bukan?!"

Andrew menatap John lalu kembali membuang muka. John tersenyum menyeringai.

"Kau menyukainya. Buang rasa gengsimu dan temui Katie. Perlakukan dia dengan baik. Aku yakin kalian akan bahagia. Katie pun menyukaimu, Andrew."

"Akan aku pikirkan."

"Andrew, itu bukan sesuatu yang harus kaupikirkan! Lakukan!"Ujar John gemas.

Andrew tersentak kaget ketika ia mendengar suara dari lantai bawah.

"Aduh...."

Andrew mendengar suara yang dikenalnya. Mendekati tangga dan menengok ke bawah. Melihat Katie sedang mengusap lutut, tampaknya ia terbentur. Lalu Katie menegakkan tubuh dan menolehkan kepala ke sekelilingnya, seakan ia tak ingin terlihat. Andrew mengenyitkan dahi melihat Katie menunduk mengambil sebuah pigura besar dari kayu dan berjalan menuju bagian belakang rumah.

Apa yang ia bawa, tanyanya dalam hati, dan kenapa ia ke sana? Bagian belakang yang biasanya hanya merupakan gudang atau kamar tak terpakai. Semua itu membuatnya penasaran dan memutuskan untuk membuntuti Katie. Ia menuruni tangga dengan perlahan. Bergegas mendekati lorong di mana Katie tadi berjalan. Ia terus mengikuti Katie secara diam-diam. Sesekali Andrew berhenti dan bersembunyi melihat Katie yang menengok ke kiri dan kanan, memastikan tak ada orang di sana

Lalu Andrew melihat Katie masuk ke dalam salah satu ruangan. Andrew mengenyit seraya berpikir. Ruangan yang dimasuki Katie merupakan ruangan kosong dulu. Apa yang ia lakukan di sana? Perubahan apa yang ia lalukan dalam ruangan kosong itu?

Andrew mendekat hingga berdiri di depan pintu. Menatap pintu sambil berpikir. Andrew mendekatkan dan menempelkan telinganya pada pintu, berharap mendengar suara dari dalam. Tak terdengar suara apapun. Ia makin penasaran. Menimbang apakah ia akan mengetuk atau menanyainya saat bertemu kembali nanti.

Andrew memutuskan untuk mengetuk dan langsung bertanya. Ia tak mau menunda dan Katie mengelak saat ditanyai lain waktu. Andrew pun menarik napas, mengangkat tangan dan mengetuk pintu tersebut. Tak ada suara dari dalam. Andrew menduga pasti Katie terkejut. Ia kembali mengetuknya dan tak lama terdengar suara langkah kaki pelan dari dalam.

Pintu terbuka sedikit. Menampakkan mata Katie yang mengintip dari dalam. Katie langsung membelalakkan matanya melihat suaminya yang berdiri di sana. Katie terkejut. Bagaimana bisa, tanyanya dalam hati.

"My...my lord...."

"Katie."sahut Andrew.

Katie membuka lebih lebar tapi tak cukup akses bagi Andrew untuk melihat ke dalam. "Kenapa kau ada di sini..."gumam Katie tampak masih kaget. Ia curiga apakah sejak tadi Andrew mengikutinya. Katie sangat ingat bahwa tadi ia sudah berhati-hati dan tak ada orang yang membuntutinya.

The Girl Who Turn Into Beautiful Swan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang