9

5.4K 429 12
                                    

Tiga hari sudah berlalu sejak kepulangan Andrew. Meski satu Rumah tapi mereka sangat jarang bertemu kecuali saat makan bersama. Andrew heran ke mana Katie pergi. Apa yang Katie lakukan. Ia penasaran tapi tak ingin menanyakan langsung. Tak mau Katie tahu bahwa ia mengamati dirinya, meski sebenarnya ia sering memperhatikan wanita itu diam-diam.

Hampir seharian Andrew berkutat di ruang kerja selama tiga hari itu. Membaca semua surat penting dan menyelesaikan masalah maupun pekerjaan yang terbengkalai akibat kepergiannya. Andrew memijat pelipis matanya setelah membaca sebuah laporan dan mendengar suara tertawa yang merdu dari arah luar, dari taman rumahnya.

Katie, batinnya. Wanita itu lagi. Ia mendengar istrinya sedang berbincang sambil bergurau dan tertawa. Terdengar begitu bahagia. Membuat Andrew penasaran lalu beranjak mendekati jendela. Ia menengok ke arah bawah. Terlihat Katie sedang menyiram bunga di bantu seorang pelayan wanita. Sesekali mereka berdua tertawa. Katie mendongakkan kepala saat itu dan matanya bertemu dengan mata biru Andrew yang sedang menatapnya. Ia berhenti tertawa dan matanya masih bertatapan dengan suaminya. Meski dari jauh tapi Katie dapat melihat betapa biru mata milik suaminya. Andrew merasa salah tingkah karena ia tepergok sedang mengamati Katie.

Mendadak Katie tersenyum lalu mengangkat tangan. Melambaikan tangan kepada Andrew seraya berseru, "Turunlah ke bawah, my lord, nikmati hari yang indah ini..."

Andrew mengangkat alis. Ia hanya diam lalu berlalu pergi dari jendela. Katie merasa kecewa. Apa yang ia harapkan? Andrew akan tersenyum padanya lalu menjawab ajakannya?! Mana mungkin pria dingin itu mau bergabung dengannya. Andrew sudah mengatakan untuk tidak banyak berharap padanya. Katie menarik napas lalu kembali menoleh pada sang pelayan. "Mari kita teruskan. Sepertinya suamiku sedang sibuk."

"Ya, my lady..."sahut sang pelayan

"Daun kering ini harus segera dipotong. Tolong ambilkan gunting ya."

"Ya, my lady. Aku akan segera mengambilnya."

Katie sedang memeriksa bunga lainnya ketika ia mendengar suara langkah kaki di belakang. Mengira sang pelayan yang datang dengan gunting. Ia mengulurkan tangan tanpa melihat. Lalu kembali sibuk mengecek dan menggunting daun yang kering atau layu.

"Aku tak mengira kau bisa berkebun..."

Katie terkejut. Refleks ia berdiri dan menjatuhkan guntingnya. Entah sejak kapan Andrew berdiri di belakangnya. "My lord...."

"Maaf, aku mengagetkanmu ya."

"Ah tidak. Aku....apa anda yang membawakan gunting tadi?!"

"Ya. Kenapa?"

"Tidak apa...."sahut Katie mencoba menenangkan debaran di dadanya.

Andrew mengamati kebun rumahnya penuh dengan bunga warna warni. Magnolia, daffodil, mawar merah dan kuning, tulip, daisy, lilac, lavender dan lainnya di tanam Katie. "Kau yang menanam semua ini?"

"Ya, my lord."

"Aku tak tahu jika kau punya bakat seperti ini."

"Aku memang menyukai berkebun. Di rumahku pun dulu aku selalu melakukan ini."ujar Katie tersenyum seraya memperhatikan hasil kerja keras selama ini.

Andrew melirik pada Katie. Ia merasa istrinya termasuk wanita yang berbeda. Ia melihat Katie tampak segar dan keringatan karena habis berkebun. Tak peduli dengan tangan dan gaunnya yang kotor karena tanah. Rambutnya berantakan, beberapa helai rambut menyeruak keluar dari sanggul dan menggantung di ke dua sisi wajahnya.

Tanpa sadar tangan Andrew terangkat. Menyelipkan rambut coklat Katie ke belakang telinga. Tindakannya membuat Katie terkejut dan menatap Andrew dengan mata terbelalak. Jari Andrew yang hangat seakan mengaliri sengatan listrik di kulit Katie. Ia bergidik merasakan tangan Andrew yang merapikan rambut dan menyentuh telinganya.

Katie mencoba mengatur napas dan berharap debaran jantungnya tak akan terdengar oleh Andrew. Tidak, ia tak boleh menyerah saat ini. Katie menjauh mundur seraya merapikan rambutnya dengan gugup.

"Maaf...penampilanku pasti sangat tak enak dilihat ya..."

Andrew terdiam. Ia tak tahu kenapa bisa bertindak demikian. Mereka pun terdiam. Suasana menjadi canggung bagi mereka berdua.

"Aku...aku mau masuk ke dalam dulu untuk rehat, my lord."ujar Katie bergegas pergi dari hadapan Andrew. Ia melangkah masuk seraya memegangi wajahnya yang panas. Debaran di dadanya masih terasa. Hal tadi merupakan pertama kalinya ia berada dekat dengan Andrew setelah 5 tahun berlalu. Berdiri sedekat tadi ia melihat Andrew begitu tampan dan gagah. Mata birunya seakan bisa menghipnotisnya, membuatnya lupa akan niatnya. Katie tak tahu apa yang akan terjadi jika tadi ia tidak menghindar. Apa Andrew akan memeluk atau menciumnya?

"Argh tidak....itu tak mungkin terjadi...."

"Anda kenapa, my lady?"tanya seorang pelayan yang heran melihat tingkah Katie yang aneh. Berjalan mondar mandir di ruang depan seraya memegangi dada dan bergumam sendiri

Katie terlonjak kaget. "Oh kau membuatku kaget..."ujarnya tersipu malu. "Aku..aku tak apa...kurasa aku harus rehat dulu...."

"Anda yakin baik saja? Apa anda mau saya bawakan minuman?"

"Tidak usah. Terima kasih. Kurasa aku hanya kelelahan..."ucap Katie seraya menaiki tangga menuju kamarnya. Ia segera menutup pintu dan menghampiri teko berisi air. Menuang ke dalam gelas lalu meminumnya. Merasa segar merambati tubuh dan menenangkan debaran jantungnya.

Katie menarik napas. Bayangan wajah dan kehangatan tangan Andrew masih terasa hingga kini.  Perlakuan Andrew tadi cukup untuk membuat kacau perasaannya. Hampir saja benteng pertahanannya runtuh tadi. Masih merasa sesak, Katie pun mendekati jendela dan membukanya. Membiarkan angin membelai wajah halus Katie. Ia menatap awan putih yang berada di atas langit. Bergerak mengikuti angin yang bertiup.

Katie teringat kembali akan kejadian 5 tahun yang lalu. Betapa bahagianya ia saat tahu akan menikah dengan Andrew, pria yang ia sukai diam-diam sejak pandangan pertama. Hanya Katie yang tahu bagaimana gugupnya ia menghadapi hari besarnya. Setiap hari ia selalu berdoa dan berharap Andrew tak akan kecewa melihatnya. Ia mengimpikan kehidupan rumah tangga yang harmonis bersama Andrew. Tapi yang terjadi justru kebalikannya. Secara terang-terangan Andrew mengatakan bahwa ia tidak mencintainya dan meremehkan dirinya. Dan yang lebih menyakitkan lagi pria itu pergi meninggalkan dirinya tanpa pemberitahuan apapun.

Selama 5 tahun Katie berusaha menata kembali hati dan hidupnya. Dan ia berhasil melakukan hal tersebut hingga tiba-tiba suatu hari suaminya pulang tanpa memberi kabar, sama seperti saat kepergiannya. Katie mengira Andrew tidak akan pernah pulang. Kalaupun ia kembali, Katie tak yakin Andrew mau pulang ke rumahnya. Ia juga berharap jika suatu saat nanti Andrew pulang, ia sudah tak memiliki perasaan apapun pada pria itu. Tapi yang terjadi....saat Katie pertama melihatnya, ia merasa napasnya sesak seketika. Melihat wajah Andrew yang sempurna nyaris membuat pertahanannya runtuh dan menangis. Ia memang merasa lega saat melihat Andrew pulang. Namun Katie yang sekarang bukanlah Katie yang dulu. Kini ia lebih tegar dan percaya diri.

———

Malam itu Andrew tak bisa tidur. Ia pun memutuskan untuk keluar ke balkon dan berdiri di pinggiran balkon. Melirik ke kamar sebelah tanpa sadar. Melihat kamar Katie masih terang. Apa ia belum tidur? Ataukah ia sedang membaca dan melakukan kegiatan lain? Andrew terus memikirkan wanita itu, istrinya. Ia masih bisa mengingat kejadian pagi tadi, betapa halus kulit wajah Katie di tangannya. Ia tak ragu seluruh badan Katie pasti begitu halus dan harum.

Sekali lagi Andrew mengumpat pelan. Kenapa ia harus memikirkan wanita yang tak pernah ia pedulikan selama ini? Kenapa bayangan Katie tak bisa lepas dari pikirannya? Tak pernah ia memikirkan seorang wanita seperti ini. Memang banyak wanita yang mendekati dirinya dan ia hanyalah pria biasa yang tak dapat menahan godaan. Setelah menghabiskan malam bersama, ia akan berlalu pergi tanpa pernah memikirkan wanita itu kembali. Beda dengan Katie, sikapnya yang anggun dan percaya diri serta tak acuh membuat Andrew penasaran. Tak pernah ia diabaikan seperti ini. Membuatnya menjadi penasaran akan istrinya. Merasa kesal, Andrew kembali masuk ke dalam kamar. Mendekati baskom berisi air, memasukkan tangan ke dalam cairan bening dingin itu dan membasahi wajahnya untuk mengenyahkan pikiran kacau



Tbc

The Girl Who Turn Into Beautiful Swan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang